
SuaraJogja.id - Para petani di DIY saat ini mengalami kekuranganketersediaan pupuk bersubsidi. Padahal musim tanam pertama akan dimulai pada pertengahan Desember 2020 mendatang.
Sementara harga pupuk non subsidi tiga kali lipat dari harga pupuk bersubsidi. Contohnya harga pupuk subsidi urea yang dijual di gabungan kelompok tani sekitar 90 ribu per sak untuk Harga Eceran Tertinggi (HET), maka harga pupuk non subsidi mencapai lebih dari Rp 280 ribu per sak.
"Yang ada sekarang ini ada cuma pupuk non subsidi. Kalau ada pun dari pengecer tidak diberikan semua ke gapoktan tapi dijual ke orang luar gapoktan karena harga jualnya lebih mahal," ujar Suwanto, petani gapoktan Sumber Harapan, Bantul usai bertemu anggota Komisi B DPRD DIY di kantor DPRD DIY, Jumat (20/11/2020) siang.
Padahal untuk 1 hektar lahan membutuhkan 2-4 sak pupuk, khususnya lahan yang gersang. Namun dengan langkanya pupuk subsidi, maka terpaksa petani membeli pupuk non subsidi dengan mengecer. Sudah lebih dari dua bulan ini mereka mengalami kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi.
Baca Juga: Ada Dugaan Money Politic, Bawaslu Akan Panggil Paslon Pilkada di Bantul
Sementara untuk musim tanam sekarang ini, petani sudah gagal panen. Musim hujan yang maju membuat lahan palawija mereka terendam air sehingga tidak bisa dipanen.
"Kami sudah kesulitan cari pupuk subsidi sejak Juli-Agustus lalu. Jadi akhirnya rugi karena sudah harga pupuk non subsidi mahal, sekarang musim hujan maju dan kami tidak bisa panen karena tanaman rusak," ungkapnya.
Ditambahkan petani lain, Sujito, untuk bisa mendapatkan pupuk bersubsidi, petani harus memiliki kartu tani. Namun belum semua petani memiliki kartu tersebut saat ini.
"Yang sudah punya kartu tani pun juga masih kesulitan. Saat menggesek kartu untuk dapat pupuk subsidi, ternyata tidak masuk hitungan," ungkapnya.
Sementara plt Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY, Syam Arjayanti mengungkapkan sebenarnya ketersediaan pupuk bersubsidi bagi petani ada. Namun keterserapan pemanfaatan pupuk tersebut di tingkat masih rendah.
Baca Juga: Tampil Beda, Buku Tahunan Siswa di Bantul Ini Gunakan Konsep Manusia Purba
"Penyerapan [pupuk subsidi] masih rendah. Sebab kalau kita monev ke lapangan, pupuk subsidi ada," ungkapnya.
Berita Terkait
-
Penyerapan Gabah Petani Mencapai 725.000 Ton Setara Beras: Rekor Tertinggi Bulog 10 Tahun Terakhir
-
Pastikan Petani Sejahtera, PCO Pantau Langsung Implementasi Pembelian Gabah Rp6.500/Kg
-
Lumbung Padi Sulawesi Jadi Prioritas: BRI dan Bulog Kolaborasi Serap Gabah Petani
-
Sri Mulyani Wanti-wanti Anggaran Rp16,6 Triliun Untuk Beli Beras Petani Tidak di Korupsi
-
Program Pertanian Organik Perusahaan Ini Tingkatkan Hasil Panen Petani Lokal
Terpopuler
- Menguak Sisi Gelap Mobil Listrik: Pembelajaran Penting dari Tragedi Ioniq 5 N di Tol JORR
- Kode Redeem FF SG2 Gurun Pasir yang Aktif, Langsung Klaim Sekarang Hadiahnya
- Dibanderol Setara Yamaha NMAX Turbo, Motor Adventure Suzuki Ini Siap Temani Petualangan
- Daftar Lengkap HP Xiaomi yang Memenuhi Syarat Dapat HyperOS 3 Android 16
- Xiaomi 15 Ultra Bawa Performa Jempolan dan Kamera Leica, Segini Harga Jual di Indonesia
Pilihan
-
Link Live Streaming AC Milan vs Inter Milan: Duel Panas Derby Della Madonnina
-
FULL TIME! Yuran Fernandes Pahlawan, PSM Makassar Kalahkan CAHN FC
-
Libur Lebaran, Polresta Solo Siagakan Pengamanan di Solo Safari
-
Dipermak Nottingham Forest, Statistik Ruben Amorim Bersama MU Memprihatinkan
-
Partai Hidup Mati Timnas Indonesia vs China: Kalah, Branko Ivankovic Dipecat!
Terkini
-
Arus Lalin di Simpang Stadion Kridosono Tak Macet, APILL Portable Belum Difungsikan Optimal
-
Kunjungan Wisatawan saat Libur Lebaran di Gunungkidul Menurun, Dispar Ungkap Sebabnya
-
H+2 Lebaran, Pergerakan Manusia ke Yogyakarta Masih Tinggi
-
Exit Tol Tamanmartani Tidak Lagi untuk Arus Balik, Pengaturan Dikembalikan Seperti Mudik
-
Putra Prabowo Berkunjung ke Kediaman Megawati, Waketum PAN: Meneduhkan Dinamika Politik