SuaraJogja.id - Kerinduan akan kerukunan antar-umat beragama di Indonesia membuat seniman Jogja Butet Kartaredjasa terbawa nostalgia puluhan tahun lalu tentang almarhum ayahnya, Bagong Kussudiardja. Ia teringat akan hubungan akrab antara sang seniman dan Mantan Menteri Agama (Menag) sekaligus tokoh Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (UIN Suka), Mukti Ali.
Cerita itu ia bagikan di Instagram, Minggu (29/11/2020), setelah Butet bertemu Rektor UIN Suka Al Makin.
"Kemarin kepada Prof Al Makin, rektor UIN Sunan Kalijaga, saya bocorkan cerita menarik bertalian soal kesejukan agama, terutama soal relasi seniman dengan agama. Yaitu, soal hubungan Pak Bagong dengan IAIN Sunan Kalijaga," tulisnya melalui akun terverifikasi @masbutet.
Kala itu, kata Butet, pada sekitar 1970-an, Bagong, yang sebelumnya membuat sendratari "Kelahiran dan Kebangkitan Isa Almasih", menggarap sendratari "Sunan Kalijaga".
Baca Juga: Kumpul Bareng Pelukis di UIN Sunan Kalijaga, Butet Rasakan Kesejukan Agama
Di tengah proses penggarapan, Bagong berkonsultasi dengan Mukti Ali, yang juga pernah menjabat sebagai wakil rektor IAIN Sunan Kalijaga [sekarang UIN Sunan Kalijaga]. Untuk keperluan karya seninya itu, Bagong pun belajar pengetahuan Islam.
"Seniman dan ulama itu kerap tukar pikiran, terutama membekali pengetahuan Islam bagi Pak Bagong yang Kristen," terang Butet.
Bahkan, seperti diceritakan Butet, sendratari garapan Bagong kental akan perpaduan antara agama dan seni yang apik, mulai dari karakter utama yang dibawakan penari Katolik hingga koreografi jemaah yang sedang salat.
"Dalam sendratari “Sunan Kalijaga” di mana karakter utama dimainkan penari Katholik, Yohanes Sumandiyahadi, - Pak Bagong antara lain menghadirkan koreografi orang2 sedang sholat diiringi lantunan vokal suara lelaki seperti suara adzan. Liriknya dalam bahasa Jawa, berisi sembah puji keagungan Tuhan. Yang menembangkan Pak Parman yang vokalnya bisa memekik sampai oktaf yang tinggi banget," terang Butet.
"Sungguh perpaduan musik dan koreografi spiritual yang bisa bikin merinding. Banyak motif2 koreografi yang diolah dari tradisi keagamaan, bersumber pada gerak2 rohaniah yang Islami," imbuhnya.
Baca Juga: Sebarkan Toleransi Lewat Seni, Puluhan Seniman Melukis Bareng di UIN Sunan
Kenangan itu, yang mengingatkan Butet akan indahnya keberagaman agama dan kerukunan pemeluknya, membuat ia merindukan kondisi Indonesia di masa lalu.
Berita Terkait
-
Pelantikan Ormawa FADIB UIN SUKA: Harapan untuk Kepengurusan yang Baru
-
Vihara Tertua di Banten Ramai Dikunjungi saat Imlek, Bukti Kerukunan Umat Beragama
-
MK Hapus Presidential Threshold! Siapa 4 Mahasiswa di Balik Gugatan Bersejarah Ini?
-
Benarkah Gus Miftah Lulusan UIN Sunan Kalijaga? Ini Penjelasannya
-
Gus Miftah Kuliah di Mana? Riwayat Pendidikannya Dikuliti Usai Viral Olok-olok Penjual Es Teh
Terpopuler
- Pamer Hampers Lebaran dari Letkol Teddy, Irfan Hakim Banjir Kritikan: Tolong Jaga Hati Rakyat
- Kekayaan Menakjubkan Lucky Hakim, Bupati Indramayu yang Kena Sentil Dedi Mulyadi
- Jairo Riedewald Belum Jelas, Pemain Keturunan Indonesia Ini Lebih Mudah Diproses Naturalisasi
- Jualan Sepi usai Mualaf, Ruben Onsu Disarankan Minta Tolong ke Sarwendah
- Bak Trio Ridho-Idzes-Hubner, Timnas Indonesia U-17 Punya 3 Bek Solid
Pilihan
-
Harga Emas Antam Berbalik Lompat Tinggi Rp23.000 Hari Ini, Jadi Rp1.777.000/Gram
-
Wall Street Keok, IHSG Diprediksi Melemah Imbas Perang Dagang Trump vs Xi Jinping
-
Megawati dan Prabowo Subianto Akhirnya Bertemu, Begini Respon Jokowi
-
PM Malaysia Anwar Ibrahim Tegaskan ASEAN Solid dan Bersatu
-
Emas dan Bitcoin Banyak Diborong Imbas Ketegangan Perang Dagang AS vs China
Terkini
-
Sleman Pastikan Tak Ada ASN Bolos, Tapi Keterlambatan Tetap Jadi Sorotan
-
Pemda DIY Ngebut Bangun Sekolah Rakyat, Siswa Miskin Bisa Sekolah Juli 2025
-
Pengawasan Jebol hingga Daging Sapi Antraks Dijual Bebas, 3 Warga Gunungkidul Terinfeksi
-
Libur Lebaran di Sleman, Kunjungan Wisatawan Melonjak Drastis, Candi Prambanan Jadi Primadona
-
Zona Merah Antraks di Gunungkidul, Daging Ilegal Beredar? Waspada