Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Sabtu, 05 Desember 2020 | 16:34 WIB
Salah satu spanduk yang ditertibkan Bawaslu - (Harian Jogja/Abdul Hamis Razak)

SuaraJogja.id - Spanduk yang menyinggung RS Sakina Idaman milik calon bupati Sri Muslimatun membuat geram tim paslon nomor 2 Pilkada Sleman Sri Muslimatun - Amin Purnama (Mulia). Di spanduk itu, RS tersebut dituding mencaplok tanah kas desa.

Sontak tim pemenangan paslon nomor 2 dibuat panas dengan pernyataan ini. Hasto Karyantoro, sang ketua, mengungkapkan bahwa spanduk itu berisi fitnah dan provokasi, sehingga baginya itu merupakan kejahatan pemilu yang terstruktur, terlebih telah disebar di berbagai titik.

“Ini jelas sebagai kejahatan pemilu yang terstruktur. Pemasangan spanduk sangat masif dalam dua hari terakhir dan tersebar liar di banyak tempat,” ujar anggota DPRD Sleman dari Fraksi PKS itu, Jumat (4/12/2020).

Spanduk tersebut berisi tuduhan bahwa Rumah Sakit Sakina Idaman milik Muslimatun mencaplok tanah kas desa di Mlati. Menurut Hasto, aksi ini jelas merupakan kampanye hitam. Pihaknya telah melaporkan kasus ini ke Bawaslu dan Kepolisian.

Baca Juga: Rumah Sakit di Sulawesi Selatan Siapkan Ruangan Khusus Vaksinasi

"Tim hukum kami sudah mengirim surat protes ke Bawaslu dan Polres," tegasnya, dikutip dari HarianJogja.com -- jaringan SuaraJogja.id.

Kasus maraknya spanduk liar turut direspons Ketua Fraksi Golkar DPRD Sleman Sukamto. Bagi Sukamto, yang kenal sejak lama dengan Muslimatun, tuduhan ini sangat menyakitkan.

Ia mengaku tahu, Muslimatun mengawali karier sebagai bidan di RSUP Dr Sardjito sejak 1980-an. Rumah Sakit Sakina Idaman miliknya dirintis dari rumah bersalin sejak 1993. Hingga 27 tahun berdiri, RS Sakina banyak membantu warga melahirkan secara gratis, terutama bagi kalangan tak mampu.

“Saya tahu rumah sakit itu dirintis Bu Mus bersama suaminya, Pak Damanhuri, dari nol. Dari masih klinik kecil-kecilan sejak tahun 1993. Hingga saat ini sudah ribuan warga yang melahirkan secara gratis. Malah baru sekarang muncul fitnah dan provokasi. Ini sangat menyakitkan," jelas anggota koalisi dari Paslon MuliA itu.

Menurut Sukamto, aksi ini sengaja dilakukan menjelang pencoblosan untuk membangun opini negatif.

Baca Juga: Antisipasi Kapasitas RS Penuh, Pemkab Bantul Buat Shelter Isolasi di Desa

"Karena tak mampu mengusung politik gagasan, mereka menebar hoaks dan provokasi untuk menjatuhkan kami. Parahnya, mereka menyerang rumah sakit sebagai simbol kemanusiaan," jelasnya.

Load More