SuaraJogja.id - Pemungutan suara dalam Pilkada Sleman 2020 sudah selesai diselenggarakan pada Rabu (9/12/2020) kemarin. Meski di tengah pandemi Covid-19 dan ancaman bencana erupsi Gunung Merapi, Kabupaten Sleman tetap menyelenggarakan pesta demokrasi tersebut dengan lancar.
Kendati demikian, Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Kabupaten Sleman menyebutkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam Pilkada serentak 2020 tidak begitu maksimal. Bahkan tingkat partisipasi itu lebih rendah jika dibandingkan dengan Pemilu 2019 lalu.
"Secara umum dari tingkat partisipasi kali ini memang tidak setinggi pada 2019 kemarin. Kalau saat itu ada beberapa TPS yang sampai kekurangan logistik seperti surat suara kali ini justru terbalik, malah banyak lebihnya," kata Koordinator Divisi Hukum Bawaslu Kabupaten Sleman, Arjuna Al Ichsan Siregar, saat dikonfirmasi awak media, Kamis (10/12/2020).
Arjuna menjelaskan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam Pilkada serentak kali ini hanya menyentuh angka 70 persen saja. Persesntase itu lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2019, yang mencapai 87,7 persen.
Baca Juga: APK Masih Terpasang Saat Pemungutan Suara, Bawaslu Sleman Langsung Turunkan
Bahkan tingkat partisipasi di Pemilu 2019 diketahui lebih tinggi dibanding Pemilu 2014. Sebab, pada Pemilu 2014, tingkat partisipasi berada di kisaran angka 81 persen.
Menurut Arjuna, pandemi Covid-19 menjadi salah satu faktor utama yang melatarbelakangi menurunnya angka partisipasi pemilih tersebut. Hal itu ditambah dengan kurang memadainya informasi tentang protokol kesehatan pencegahan Covid-19 yang diterapkan saat pemungutan suara.
"Jelang sehari sebelum masa pemungutan suara saja kami masih sibuk koordinasi dengan KPU terkait protokol kesehatan yang pasti bagi masyarakat. Terlebih bagi warga yang menjalani isolasi mandiri. Bahkan sempat juga terjadi tarik ulur terkait boleh tidaknya saksi masuk ke TPS," terangnya.
Padahal, kata Arjuna, target partisipasi pemilih di Kabupaten Sleman sendiri sekitar 80 persen. Namun ternyata, yang terjadi kemarin kurang dari itu.
"Pandemi Covid-19 bisa yang jadi penyebabnya. Ha-hal seperti tadi yang mungkin berdampak sehingga masyarakat was-was datang ke TPS," ungkapnya.
Baca Juga: Pemilih Bengkalis Salah Tempat Coblos, 3 TPS Gelar Pemungutan Suara Ulang
Sebenarnya petugas tidak kehabisan akal untuk selalu mendorong masyarakat dalam menyalurkan hak suaranya. Itu terbukti dari tetap datangnya petugas untuk melayani masyarakat yang berada di rumah atau sedang menjalani perawat karena masih terpapar Covid-19.
Berita Terkait
-
Istri Mendes Yandri Susanto Menang Quick Count Indikator 76,9 Persen
-
Potret Pemungutan Suara Ulang di Berbagai Daerah Indonesia
-
Bawaslu RI Periksa 12 Orang Terkait Dugaan Politik Uang di PSU Pilkada Serang
-
KPU Klaim 8 Daerah Siap Gelar Pemungutan Suara Ulang Pilkada Akhir Pekan Ini
-
KPU Percepat Pelaksanakan PSU di Parigi Moutong karena Terbentur Jadwal Ibadah
Terpopuler
- Pemutihan Pajak Kendaraan Jatim 2025 Kapan Dibuka? Jangan sampai Ketinggalan, Cek Jadwalnya!
- Emil Audero Menyesal: Lebih Baik Ketimbang Tidak Sama Sekali
- Forum Purnawirawan Prajurit TNI Usul Pergantian Gibran hingga Tuntut Reshuffle Menteri Pro-Jokowi
- 5 Rekomendasi Moisturizer Indomaret, Anti Repot Cari Skincare buat Wajah Glowing
- Kata Anak Hotma Sitompul Soal Desiree Tarigan dan Bams Datang Melayat
Pilihan
-
Emansipasi Tanpa Harus Menyerupai Laki-Laki
-
Laga Sulit di Goodison Park: Ini Link Live Streaming Everton vs Manchester City
-
Pemain Keturunan Jawa Bertemu Patrick Kluivert, Akhirnya Gabung Timnas Indonesia?
-
Jadwal Dan Rute Lengkap Bus Trans Metro Dewata di Bali Mulai Besok 20 April 2025
-
Polemik Tolak Rencana Kremasi Murdaya Poo di Borobudur
Terkini
-
Insiden Laka Laut di DIY Masih Berulang, Aturan Wisatawan Pakai Life Jacket Diwacanakan
-
Tingkatkan Kenyamanan Pengguna Asing, BRImo Kini Hadir dalam Dua Bahasa
-
Ribuan Personel Polresta Yogyakarta Diterjunkan Amankan Perayaan Paskah Selama 24 Jam
-
Kebijakan Pemerintah Disebut Belum Pro Rakyat, Ekonom Sebut Kelas Menengah Terancam Miskin
-
Soroti Maraknya Kasus Kekerasan Seksual Dokter Spesialis, RSA UGM Perkuat Etika dan Pengawasan