SuaraJogja.id - Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta memastikan tidak akan ada penyelenggaraan acara besar dalam perayaan pergantian tahun mendatang. Keputusan ini merupakan bentuk upaya untuk terus menaati protokol kesehatan dengan tidak membuat kerumunan.
Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengatakan bahwa pihaknya telah membuat langkah-langkah antisipasi dalam pergantian tahun 2020 ke 2021 di tengah pandemi Covid-19 nanti. Heroe tidak ingin Pemkot Yogyakarta kecolongan dengan munculnya klaster baru setelah acara pergantian tahun dilaksanakan.
"Intinya tidak ada event yang itu berpotensi menimbulkan kerumunan. Jadi orang atau wisatawan yang datang ke Jogja memang menikmati suasananya, bukan menghadiri event tertentu," ujar Heroe saat dikonfirmasi awak media, Senin (14/12/2020).
Heroe tidak memungkiri bahwa sebagai salah satu daerah tujuan pariwisata, Jogja, akan selalu didatangi oleh banyak pengunjung baik dari dalam ataupun luar kota. Pihaknya pun membatasi penyelenggaraan event dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Baca Juga: Libur Nataru, Kebutuhan Uang Tunai di Sumut Capai Rp 3,94 Triliun
Disebutkan Heroe, setidaknya ada enam titik yang berpotensi menjadi pusat kerumunan di Kota Jogja. Tiga dari enam titik hasil dari pemetaan tadi, yang menjadi fokus perhatian Pemkot Jogja, adalah Titik Nol Kilometer, simpang Tugu Pal Putih Yogyakarta, dan sepanjang kawasan Malioboro.
"Tentu kita tidak bisa menghalangi orang untuk tidak datang ke Malioboro. Namun ada cara-cara lain yang disiapkan, seperti membatasi jumlah yang kita bagi dalam zona kawasan masing-masing," ucapnya.
Terkait dengan acara-acara yang bakal diselenggarakan ketika malam tahun baru, kata Heroe, itu bakal diarahkan untuk dilakukan di dalam ruangan. Salah satunya hotel, tentunya dengan protokol ketat seperti pembatasan jumlah pengunjung yang hadir hingga mendapat pengawasan dari petugas berwenang.
Disampaikan Heroe bahwa koordinasi telah dilakukan dengan pengelola hotel untuk melihat kapasitas ruangan yang ada. Sebab luasan bangunan itu bakal berpengaruh dengan penentuan jumlah orang yang diperkenankan hadir di situ.
"Pembatasan peserta tidak otomatis 50 persen, bisa jadi 40 atau 20 persen. Hal itu akan disesuaikan dengan melihat bentuk dan gedungnya seperti apa. Kita upayakan tidak ada acara yang memancing kerumunan. Jika memang masih ada event itu di dalam ruangan, dibatasi dengan syarat protokol kesehatan yang ketat," kata Heroe yang juga Ketua Harian Satgas Penanganan Covid-19 Yogyakarta.
Baca Juga: Jelang Libur Natal dan Tahun Baru, Aktivitas di Terminal Jombor Masih Sepi
Sebelumnya diberitakan bahwa Pemda DIY juga memutuskan akan melarang berbagai bentuk kerumunan selama perayaan nataru 2021 mendatang.
Berita Terkait
-
10 Hal yang Harus Dipatuhi Saat Nyepi di Bali, Melanggar Bisa Terkena Sanksi
-
Semarak Perayaan Pawai Cap Go Meh di Pecinan Glodok
-
Mengintip Perayaan Cap Go Meh di Kawasan SCBD
-
Kabar Duka: Shancai 'Meteor Garden' Tutup Usia, Dee Hsu Ungkap Penyebabnya
-
Mudik Imlek Aman, China Kerahkan Robot dan Drone Awasi Kereta Cepat
Terpopuler
- Pemutihan Pajak Kendaraan Jatim 2025 Kapan Dibuka? Jangan sampai Ketinggalan, Cek Jadwalnya!
- Sama-sama Bermesin 250 cc, XMAX Kalah Murah: Intip Pesona Motor Sporty Yamaha Terbaru
- Emil Audero Menyesal: Lebih Baik Ketimbang Tidak Sama Sekali
- Forum Purnawirawan Prajurit TNI Usul Pergantian Gibran hingga Tuntut Reshuffle Menteri Pro-Jokowi
- 5 Rekomendasi Moisturizer Indomaret, Anti Repot Cari Skincare buat Wajah Glowing
Pilihan
-
Emansipasi Tanpa Harus Menyerupai Laki-Laki
-
Laga Sulit di Goodison Park: Ini Link Live Streaming Everton vs Manchester City
-
Pemain Keturunan Jawa Bertemu Patrick Kluivert, Akhirnya Gabung Timnas Indonesia?
-
Jadwal Dan Rute Lengkap Bus Trans Metro Dewata di Bali Mulai Besok 20 April 2025
-
Polemik Tolak Rencana Kremasi Murdaya Poo di Borobudur
Terkini
-
Insiden Laka Laut di DIY Masih Berulang, Aturan Wisatawan Pakai Life Jacket Diwacanakan
-
Tingkatkan Kenyamanan Pengguna Asing, BRImo Kini Hadir dalam Dua Bahasa
-
Ribuan Personel Polresta Yogyakarta Diterjunkan Amankan Perayaan Paskah Selama 24 Jam
-
Kebijakan Pemerintah Disebut Belum Pro Rakyat, Ekonom Sebut Kelas Menengah Terancam Miskin
-
Soroti Maraknya Kasus Kekerasan Seksual Dokter Spesialis, RSA UGM Perkuat Etika dan Pengawasan