Bagi Rohmad, membuat genting dengan cara manual adalah warisan ayahnya. Di samping meneruskan usaha untuk bertahan hidup, kualitas dari pembuatan manual lebih baik.
"Memang ada pasarnya sendiri, alhamdulillah sampai saat ini, pelanggan saya masih banyak. Dulu tetangga saya juga produksi genting seperti bapak saya, tapi karena tidak bisa bertahan, akhirnya bangkrut," terang dia.
Kualitas genting yang baik terletak pada proses pembuatannya.
"Untuk proses pembuatannya, tanah liat ini ditaruh diatas cetakan yang sudah disediakan lalu saya injak-injak hingga membentuk persegi sesuai alat cetak. Selanjutnya kami taburi pasir Progo agar tidak terlalu lengket," ujar dia.
Setelah ditaburi pasir Progo, tanah liat yang sudah berbentuk persegi dicetak lagi berbentuk genting yang desainnya sedikit berbeda dengan genting kebanyakan.
"Jadi ketika sudah dipasang diatas [atap rumah], genting akan lebih kuat karena ada panil, semacam penyangga antara genting satu dengan genting lainnya," kata dia.
Setelah pencetakan selesai, genting dijemur di terik matahari selama 3-4 jam. Genting yang sudah kering lalu dibakar di dalam tobong atau tempat pembakaran berukuran besar.
Satu tobong bisa diisi sampai dua ribu genting. Pembakaran dilakukan selama lima jam dengan bahan bakar pelepah kelapa.
Satu genting Rohmad hargai Rp900. Biasanya pembeli memesan seribu genting. Harga tersebut dianggap lebih murah dibandingkan genting lainnya yang dibuat dengan cara pres.
Baca Juga: Tingkat Partisipasi Warga Bantul pada Pilkada Serentak Tertinggi di DIY
Biasanya, genting pres bisa mencapai Rp1,2-1,5 juta per seribu buah. Jumlah itu cukup mahal untuk para pembangun rumah.
"Jadi saya memberikan harga yang murah, tetapi kualitas tetap terjaga," ujar Rohmad.
Pembeli Rohmad masih berada di wilayah DIY. Ia biasa mengantar genting-genting ini ke Kulon Progo dan juga Kota Yogyakarta.
Tak dipungkiri saat awal Pandemi Covid-19 usahanya hampir bangkrut. Namun berkat dorongan dari istri dan ibu, usaha ini tetap Rohmad jalankan.
"Ketika mulai ada kelonggaran dari pemerintah, saya kembali mempromosikan lagi. Jadi di wilayah Poncosari ini sudah jarang pengrajin genting, sehingga hal ini saya manfaatkan dan ingin mengenalkan ada kualitas genting di tengah desa yang masih bagus untuk membangun rumah," terangnya.
Berita Terkait
-
Tingkat Partisipasi Warga Bantul pada Pilkada Serentak Tertinggi di DIY
-
Hadir di Detik Akhir Pleno KPU, Joko Purnomo Lakukan ini ke Saksi Suharsono
-
Rekapitulasi Pilkada Bantul Selesai, Paslon Halim-Joko Raih Suara Terbanyak
-
Hiks, Mobil Listrik Model S dan X Kurang Laku, Tesla Tutup Warung Sebentar
-
Permintaan Model X dan Model S Menurun, Tesla "Tutup Warung" 13 Hari
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- Beda Biaya Masuk Ponpes Al Khoziny dan Ponpes Tebuireng, Kualitas Bangunan Dinilai Jomplang
- Owner Bake n Grind Terancam Penjara Hingga 5 Tahun Akibat Pasal Berlapis
- 5 Link DANA Kaget Terbaru Bernilai Rp 434 Ribu, Klaim Sekarang Sebelum Kehabisan!
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
Pilihan
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
-
Timnas Indonesia 57 Tahun Tanpa Kemenangan Lawan Irak, Saatnya Garuda Patahkan Kutukan?
Terkini
-
Taktik Jitu Anti Bokek: Jadikan Saldo DANA Kaget Rp249 Ribu Modal Nongkrong Akhir Pekan
-
Setelah Tragedi Sidoarjo, Ponpes di Bantul Jadi Sorotan! Kemenag Lakukan Ini
-
DANA Kaget Banjir Rejeki: Tips & Trik Jitu Klaim Saldo Gratis Hingga Jutaan Rupiah di Sini
-
Waspadai Kendal Tornado FC, PSS Sleman Janjikan Tampil Trengginas di Kandang
-
Efisiensi Anggaran "Memangkas" Kebudayaan? Komikus Yogyakarta Angkat Bicara Lewat Karya