Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Kamis, 24 Desember 2020 | 14:10 WIB
Supardiono (56), salah satu orang yang ikut merintis toko peralatan ibadah umat Kristen dan Katolik 'Rosario' yang berada di pinggir Jl. Raya Solo - Yogyakarta KM 12,5, Kringinan, Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman. [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

SuaraJogja.id - Pintu di toko bernama 'Rosario' hanya terbuka setengah. Akibatnya tidak banyak cahaya yang merambah masuk ke ruangan cukup luas itu. Beberapa sudut nampak gelap dan cukup berdebu.

Terletak di pinggir Jl. Raya Solo - Yogyakarta KM 12,5, Kringinan, Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, lalu-lalang sepeda motor hingga bus dan truk besar mengisi kesunyian tempat itu. Tidak sepenuhnya sepi, ada satu orang yang masih setia di balik mejanya menyibukkan diri dengan handphone miliknya.

Beberapa patung sosok Yesus hingga Bunda Maria masih terbungkus rapi di sisi kanan mejanya. Sudah agak berdebu memang. Namun debu itu hanya menempel di plastik penutupnya. Sementara patungnya masih berkilau dengan sekali polesan saja.

Buku-buku rohani serta pernak-pernik peribadatan umat Katolik tersusun di rak-rak yang sudah disediakan. Banyak yang tak sudah tak terjamah. Namun masih layak untuk disimpan atau dibeli bagi siapapun yang menginginkan dan membutuhkan.

Baca Juga: Asyik Memancing Ikan, Warga Sleman Kehilangan Sepeda Motor di Bantul

"Ya seperti ini kondisinya, sepi. Pandemi Covid-19 ini memang membuat toko ini sepi," kata Supardiono (56), salah satu orang yang ikut merintis toko peralatan ibadah umat Kristen dan Katolik ini, saat ditemui SuaraJogja.id, di tokonya.

Supardiono bercerita, toko 'Rosario' telah dirintis sejak tahun 1970an. Lalu mulai berkembang terus hingga tahun 1985. Setelah itu, tepatnya tahun 1993, toko itu menetap di daerah Kalasan hingga saat ini.

Koleksi dan produk yang dijual pun semakin beragam dari tahun ke tahun. Beberapa waktu lalu, kata Supardiono toko 'Rosario' juga masih memproduksi mayoritas barang-barang yang dijual tersebut.

Namun sayang, pandemi yang menerjang terhitung sejak awal tahun 2020 lalu mengubah kondisi toko tersebut. Produksi yang dulu terus berjalan setiap hari, kini terpaksa harus berhenti total.

Supardiono (56), salah satu orang yang ikut merintis toko peralatan ibadah umat Kristen dan Katolik 'Rosario' yang berada di pinggir Jl. Raya Solo - Yogyakarta KM 12,5, Kringinan, Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman. [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

Lebih miris lagi, dari 17 pegawai yang sebelumnya bekerja di toko tersebut untuk memproduksi segala pernak-pernik yang dijual harus diberhentikan sementara. Sekarang toko itu hanya menyisakan beberapa orang saja termasuk Supardiono untuk operasional toko.

Baca Juga: Kalah Sebagai Lurah, Pria di Sleman Rusak Jalan yang Sudah Diaspalnya

"Dulu ada 17 pegawai tapi setelah ada pandemi Covid-19, produksinya berhenti total. Benar-benar tidak ada produksi lagi selama pandemi ini," ungkapnya.

Supardiono menuturkan selama pandemi Covid-19 toko 'Rosario' hanya mengandalkan produk yang telah ada sejak produksi beberapa waktu lalu. Sepinya pembeli yang datang juga nyatanya juga masih belum bisa menghabiskan persediaan yang ada tersebut.

Selain mengandalkan stok produk yang masih ada dari sisa produksi beberapa waktu lalu, dikatakan Supardiono, pihaknya masih bisa bertahan dari pesanan yang datang. Memang masih belum bisa menyamai pendapatan saat sebelum masa pandemi Covid-19.

Namun pesanan yang datang setidaknya bisa memberikan sedikit harapan untuk tetap menjalankan roda perekonomian toko tersebut. Saat pesanan itu diterima, barulah Supardiono akan memanggil atau memanfaatkan beberapa pegawai yang dulu untuk dipekerjakan kembali.

"Dulu pemasukan sebelum pandemi Covid-19, menjelang Natal, mulai November hingga Desember itu sehari bisa mencapai Rp. 10 juta. Setelah ada pandemi Covid-19, sehari hanya Rp. 300 ribu hingga Rp. 1 juta," tuturnya.

Pendapatan itu memang belum termasuk dengan pesanan yang masuk. Jika ditambah dengan pesanan yang masuk ke toko 'Rosario' untuk produksi beberapa produk bisa cukup mendongkrak hingga Rp.3-5 juta.

Namun jumlah itu tidak selalu ada. Sebab memang pesanan meski sedang meningkat, penjualan langsung tidak bisa berkutik banyak.

Jika pembeli yang langsung ke toko selama ini hanya sebatas warga lokal saja. Berbeda dengan pesanan yang hingga ke berbagai daerah.

Dari mulai Jakarta, Larantuka, Sulawesi, Kalimantan hingga Timor Leste. Biasanya, kata Supardiono, pesanan itu dari sanak saudara yang berada di Jogja lalu diminta untuk dikirimkan ke daerah asalnya.

"Masih banyak pesanan ya karena situasi sekarang yang pandemi Covid-19. Banyakan orang yang masih memilih untuk beribadah di rumah. Jadi kebanyakan pesanan yang masuk juga datang dari perseorangan saja, ada dari beberapa gereja tapi tidak banyak," jelasnya.

Disampaikan Supardiono, saat ini produk atau barang yang paling digandrungi oleh orang-orang adalah piksis. Semacam wadah bulat yang memiliki tutup.

Alat ini digunakan untuk menyimpan hosti yang biasanya dibawa ke orang sakit atau misa lingkungan. Dapat juga digunakan untuk menyimpan hosti yang akan dikonsekrasikan dalam Sakramen Mahakudus.

"Sekarang piksis yang paling banyak dipesan. Dampak dari masih peribadatan di rumah juga. Pesanan banyak sekali. Piksis itu dari kuningan yang dilapisi emas," terangnya.

Selain itu pesanan juga datang dari beberapa masyarakat untuk digunakan sebagai cendera mata. Mulai dari acara pernikahan, serta tradisi orang meninggal, seperti peringatan 10 hari hingga 1000 hari kematian dan masih banyak lagi.

"Kebetulan ini baru ada pesanan dari Papua sebanyak 1500 rosario dan pernak-pernik lainnya untuk mengisi gereja baru di sana. Nanti akan kami kirim melalui jasa ekspedisi," sebutnya.

Produksi pernak-pernik itu sendiri, dijelaskan Supardiono waktunya berbeda-beda tergantung barang yang dibuat dan permintaan seperti apa. Semisal patung, produksinya bisa memakan waktu hingga satu minggu atau lebih, untuk piala bisa dua minggu, kalau untuk rosario bisa lebih cepat atau hitungan hari saja.

Sementara itu produksi sendiri mulai dari kuningan piala, salib, patung, hingga pernak-pernik seperti rosario dan berbagai perlengkapan ibadah yang diperlukan. Bahkan pihaknya juga bisa mengerjakan produk sesuai dengan permintaan konsumen.

Disebutkan Supardiono, terkait dengan harga sendiri satu paket untuk pernak-pernik pernikahan dibanderol seharga Rp. 500 ribu. Sedangkan untuk patung bervariasi mulai dari Rp. 30 ribu sampai Rp. 3 juta dan untuk rosario dan pernak-pernik lainnya mulai Rp. 10 ribu hingga Rp. 100 ribu.

Disinggung mengenai perawatan barang-barang lama yang tak tersentuh di tokonya, Supardiono mengakui tidak memerlukan tenaga ekstra. Pasalnya selain sudah dibalut oleh plastik, bahan-bahan dari produk tersebut lebih mudah dibersihkan.

"Tinggal dibersihkan saja mas paling dengan kemoceng, ya artinya memang perawatan mudah," tandasnya.

Load More