Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Senin, 28 Desember 2020 | 08:20 WIB
Pemilik Joglo Tani, To Suprapto, menunjukkan lahan pertanian eksperimen yang ia buat dengan menggabungkan kolam ikan air tawar untuk menanam padi, di Jalan Godean KM 9, Mandungan 1, Desa Margoluwih, Kecamatan Seyegan, Sleman, Minggu (27/12/2020). - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

Sedangkan kondisi perekonomian sedang kurang baik akibat dampak dari pandemi Covid-19. Tak jarang pengeluaran lebih banyak dibandingkan pemasukan.

"Tapi sekarang ini, mulai 2020 sejak pandemi Covid-19 menyerang, banyak sekali orang yang tertarik untuk berkreativitas atau tidak malas lagi dengan pertanian. Tidak hanya bagi masyarakat desa, tapi juga masyarakat kota pun punya kreativitasnya sendiri," ungkapnya.

Disampaikan Pak To, peningkatan itu terlihat dari gerakan ibu-ibu PKK lalu melalui kelompok di tingkat RT/RW di perkotaan. Selain itu, ada juga anak-anak muda. Joglo Tani sendiri masih membuka pelatihan untuk para anak muda yang ingin PKL atau magang.

"Semakin meningkat untuk pembelajaran juga kita saat ini juga gunakan sistem daring. Selain mereka yang datang langsung dan kita yang mendatangi mereka, tapi memang kalau dilakukan secara langsung dan melakukan bisa lebih ingat. Semakin menjamur gencar juga itu ibu-ibu," tuturnya.

Baca Juga: Tugu Virus Corona di Pekanbaru

Pak To menyebutkan, sekarang masyarakat mulai melihat dan merasakan sendiri bahwa pertanian menjadi sektor yang penting bagi kehidupan. Kalau dulu masyarakat masih cenderung menyepelekan pertanian.

"Kalau dihitung dari kedatangan orang yang ke sini [Joglo Tani], misal setiap bulan ada sekitar seribu orang atau sekitar 40 persen. Sekerang bisa makin naik menjadi 60-70 persen. Sebab mereka merasa ada kebutuhan di situ," terangnya.

Lahan terbatas di perkotaan, kata Pak To, sudah bukan menjadi masalah besar lagi sekarang ini. Hal yang terpenting adalah sudah menentukan terlebih dulu ingin mandiri apa.

Pak To mencontohnya semisal sayuran. Dengan lahan vertikal pun sekarang sayuran bisa tumbuh dengan baik. Melalui lahan satu meter, misalnya dapat dibuat untuk budidaya lele dengan di atasnya adalah sayuran.

"Orang kota sudah punya niatan, mau nanam padi di tengah kota juga bisa kok hanya saja yang harus dicari ilmu-ilmunya itu. Kriteria orang itu ada tiga yakni kagum, terkejut, ikut-ikutan, nah kagum itulah yang akan menjadi modal utama keinginan itu muncul. Harus ada greget sendiri," cetusnya.

Baca Juga: Abai Tangani Pandemi, Bupati Probolinggo Ancam Tunda Pencairan Dana Desa

Menurutnya program ketahanan pangan yang sejauh ini selalu dicanangkan pemerintah hanya sebatas pemberian bantuan saja. Baik itu dalam bentuk sembako atau uang tunai yang itu semua tidak bisa terus diandalkan setiap waktu.

Pak To menyoroti bahwa modal perubahan sikap, yang didukung dengan pemahaman yang baik akan mengubah kondisi masyarakat itu sendiri. Nantinya akan disusul oleh ketrampilan yang ada untuk meningkatkan sumber daya manusia, serta manajemen pengelolaan yang baik.

"Kalau ketahanan pangan dari pemerintah dengan bantuan sosial saja bisa berapa tahun akan seperti ini terus. Kenapa tidak diberikan kegiatan yang produktif untuk masyarakat. Jadi bukan untuk dimakan atau dikonsumsi langsung habis tapi ada yang dilakukan secara sustainable," tandasnya.

Load More