SuaraJogja.id - Polda DIY mencatat tingkat kerawanan di wilayah kabupaten dan kota sepanjang tahun 2020. Hasilnya Kabupaten Sleman masih menduduki peringkat tertinggi disusul oleh Kabupaten Bantul yang merangsek ke peringkat ke dua.
Kapolda DIY Inspektur Jenderal Polisi Asep Suhendar, memaparkan dari data sepanjang tahun 2020 maka indeks tingkat kerawanan tertinggi masih dipegang oleh Kabupaten Sleman dengan total kasus kejahatan sebanyak 1.522 kasus. Sementara di peringkat kedua disandang oleh Kabupaten Bantul dengan jumlah total kasus sebanyak 851 kasus sepanjang tahun ini.
Selanjutnya diikuti oleh Kota Yogyakarta di peringkat ke tiga dengan total kasus mencapai 587 kasus yang ditempel ketat diurutan ke empat oleh Kabupaten Kulon Progo dengan jumlah kasus sepanjang tahun 2020 mencapai 523 kasus. Sementara itu Kabupaten Gunungkidul menjadi wilayah yang memilik tingkat kerawanan paling rendah sepanjang tahun ini dengan total 213 kasus saja.
"Sleman masih sama seperti tahun 2019 yakni berada diperingkat pertama. Tapi Bantul naik ke peringkat dua setelah tahun sebelumnya ada di peringkat ketiga menggeser Kota Yogyakarta," kata Asep, saat melangsungkan jumpa pers akhir tahun di Gedung Anton Sudjarwo, Selasa (29/12/2020).
Ketika ditanya terkait kemungkinan pergeseran jumlah kasus kejahatan sepanjang tahun ini ke daerah pinggiran DIY, Asep menyebut bahwa memang ada banyak faktor yang melatarbelakangi itu. Semisal terkait dengan perpindahan penduduk baik dari desa ke kota ataupun sebaliknya.
Menurutnya mobilitas penduduk juga dapat berpengaruh terhadap angka kriminalitas. Asep mencontohkan terkait dengan program urbaninasi yang mana tidak serta merta masyarakat yang pindah langsung mendapat pekerjaan di daerah barunya tersebut.
"Kalau sudah begitu [tidak punya pekerjaan], sedangkan perut tidak bisa menunggu lagi. Kalau gelap mata dan tidak bersabar dengan kondisi ya kriminalitas itu bisa terjadi," tuturnya.
Asep mengklaim bahwa perkembangan situasi kamtibmas di wilayah hukum Polda DIY sampai dengan akhir tahun 2020 yang mencakup berbagai kejahatan secara kualitas memang masih terkendali. Meskipun secara kuantitas masih ada kasus-kasus yang mengalami peningkatan.
Dipaparkan bahwa kasus yang ditangani di tahun 2019 tercatat sejumlah 3.453. Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebanyak 1.241 kasus atau sekitar 35,94 persen pada tahun 2020 yang jumlah totalnya mencapai 4.694 kasus.
Baca Juga: Jelang Ibadah Natal, Jibom Polda DIY Sterilisasi Gereja di Kota Yogyakarta
"Untuk penyelesaian perkara pun juga naik, kalau 2019 ada 1.228 kasus, dibandingkan tahun 2020 ada 3.492 kasus yang selesai ditangani. Jadi ada kenaikan sebesar 2.264 atau 184,36 persen," sebutnya.
Walaupun sebenarnya kata Asep, kondisi pandemi Covid-19 khususnya saat tiga sampai empat bulan pertama membuat kasus kejahatan di DIY sempat sangat menurun. Namun memasuki bulan Juli hingga Agustus dengan embel-embel tatanan kehidupan baru tingkat kejahatan mulai kembali meningkat.
"Kalau dibandingkan dengan tahun lalu memang ada peningkatan tapi memang ada penurunan juga di beberapa kasus. Kesimpulanny memang awal pandemi Covid-19 sempat menurunkan angka kriminalitas. Namun angka tersebut kembali mengalami peningkatan beberapa bulan berselang," ungkapnya.
Asep menyampaikan beberapa kasus yang turun adalah kasus pencurian sepeda motor (curnamor) dan kejatahan jalanan atau lebih dikenal dengan klitih. Terkait penuruan kasus klitih sendiri, menurut Asep, sebab pihaknya aktif dalam melakukan pengawasan atau patroli pencegahan aksi tersebut.
"Mungkin, saya juga tidak bisa memastikan karena ini juga bukan matematika. Kalau di kepolisian ada rumus niat ditambah kesempatan sama dengan kriminalitas. Jadi kita menghilangkan satu dari dua faktor awal itu. Mungkin dengan patroli itu juga berpengaruh dalam menurunkan kesempatan para oknum walaupun niatnya masih ada," tandasnya.
Hal tersebut juga berlaku dalam kasus curanmor yang disampaikan menurun pada sepanjang tahun ini. Namun Asep juga tidak memungkiri ada banyak faktor lain yang menyebabkan kasus kriminalitas di DIY mengalami peningkatan atau malah penurunan.
Berita Terkait
-
Pakai Kaus 'Garis Keras Fighter', Pemuda Lempari Warga Sleman dengan Batu
-
Penyiram Air Keras di Sleman Sasar Perempuan Pesepeda Berambut Pendek
-
Motif Penyemprot Air Keras ke Pesepeda di Sleman dan 4 Berita SuaraJogja
-
Pria Temanggung Semprot Air Keras ke Perempuan Sleman, Ini Kronologinya
-
Sakit Hati, Pria Temanggung Semprot Air Keras ke Pesepeda Perempuan Sleman
Terpopuler
- Ole Romeny Menolak Absen di Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
- Tanpa Naturalisasi, Jebolan Ajax Amsterdam Bisa Gantikan Ole Romeny di Timnas Indonesia
- Makna Satir Pengibaran Bendera One Piece di HUT RI ke-80, Ini Arti Sebenarnya Jolly Roger Luffy
- Ditemani Kader PSI, Mulyono Teman Kuliah Jokowi Akhirnya Muncul, Akui Bernama Asli Wakidi?
- Jelajah Rasa Nusantara dengan Promo Spesial BRImo di Signature Partner BRI
Pilihan
-
6 Smartwatch Murah untuk Gaji UMR, Pilihan Terbaik Para Perintis 2025
-
3 Film Jadi Simbol Perlawanan Terhadap Negara: Lebih dari Sekadar Hiburan
-
OJK Beberkan Fintech Penyumbang Terbanyak Pengaduan Debt Collector Galak
-
Tarif Trump 19% Berlaku 7 Agustus, RI & Thailand Kena 'Diskon' Sama, Singapura Paling Murah!
-
Pemerintah Dunia dan Tenryuubito: Antagonis One Piece yang Pungut Pajak Seenaknya
Terkini
-
Analisis Tajam Sabrang Letto: Kasus Tom Lembong Jadi Pertaruhan: Wasit Tak Adil!
-
Target PAD Pariwisata Bantul Terlalu Ambisius? Ini Strategi Dinas untuk Mengejarnya
-
Marak Pembangunan Abaikan Lingkungan, Lanskap Ekosistem DIY Kian Terancam
-
Status Kedaruratan Ditingkatkan Pasca Kasus Leptospirosis, Pemkot Jogja Sediakan Pemeriksaan Gratis
-
Bosan Kerja Kantoran? Pemuda Ini Buktikan Keripik Pisang Bisa Jadi Bisnis Menguntungkan di Kulon Progo