Selain dengan kota-kota yang sudah disampaikan, Ganjar tidak menutup kemungkinan agar kebijakan itu di terapkan di wilayah-wilayah lainnya. Jika nanti hasilnya masih belum baik, tidak mustahil jika kebijakan diperluas penerapannya hingga kepada satu pulau Jawa. Selama beberapa minggu terakhir, Ganjar sendiri tengah membahas tenaga kesehatan di Semarang yang mulai berkurang sedangkan kebutuhannya semakin meningkat.
Setelah berbincang dengan Menteri Kesehatan, Ganjar menyampaikan adanya dua solusi. Yakni, pertama dengan meminta program dari pelajar di bidang kesehatan. Selain itu, adalah dengan meminjam tenaga kesehatan dari wilayah lainnya yang memiliki kasus tidak sebanyak zona merah. Tidak hanya itu, ada juga kemungkinan untuk dibutuhkannya relawan dalam menghadapi kurangnya jumlah tenaga kesehatan.
"Sehingga Nakes ini betul-betul kita jaga, agar mereka bisa bekerja cukup. Iya kan, cukup waktu, cukup tenang, gitu kan. Tidak tertekan lebih banyak," imbuhnya.
Sementara itu, Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Wiku Bakti Bawono Adisasmito menyampaikan ada empat indikator utama yang menjadikan suatu daerah perlu mengikuti kebijakan PPPM. Wiku melihat di beberapa daerah masih memiliki angka yang tidak sesuai dengan nasional. Misalnya saja angka kasus positif atau angka kematiannya masih di atas rata-rata nasional.
Selain angka kematian yang harus diturunkan, faktor kedua adalah keterisian ranjang di rumah sakit. Terlihat saat ini rata-rata sudah di atas 70% di berbagai daerah. Menurutnya, hal itu sangat berbahaya. Sebab, bisa saja ranjangnya tersedia, tapi tidak dengan Sumber Daya Manusianya. Dengan angka kematian tenaga kesehatan yang cukup tinggi, sulit untuk bisa memiliki dokter dalam jumlah yang banyak. Jika tidak di rem, masyarakat tidak akan mendapatkan layanan kesehatan di rumah sakit.
Baca Juga: Kunci Menang Perang, Publik Harus Patuhi PSBB Jawa-Bali 11-25 Januari
"Untuk memiliki dokter yang jumlahnya banyak itu sulit. Apalagi jumlah kematian dokter juga semakin tinggi," terang Wiku.
Selain itu, angka pasien positif di berbagai daerah juga harus benar-benar ditekan di bawah angka nasional. Kemudian, jumlah angka sembuhnya harus meningkat sesuai dengan angka rata-rata nasional. Baik pemerintah daerah maupun masyarakat harus bisa membaca data. Masyarakat harus mengerti jika seluruh pihak harus mulai berinvestasi dalam hal kesehatan. Hal tersebut akan berdampak pada kondisi ekonomi kedepannya.
Tidak perlu dikonflikkan, dua sektor tersebut sama-sama pentingnya. Namun, saat masyarakat perlu untuk menginvestasikan kesehatan. Sebab, dibutuhkan waktu juga untuk mendinginkan suasana dan menekan kasusnya. Sehingga masyarakat bisa lebih sehat untuk bisa menghadapi kenyataan. PPPM rencananya akan berlangsung selama dua minggu. Menurut Wiku setiap daerah memiliki cara belajarnya sendiri.
Saat ini masyarakat harus serius karena pengendalian kasus ini bisa terjadi secara ping pong dengan daerah-daerah di sekitarnya. Wiku melihat di berbagai kabupaten dan kota yang jaraknya berdekatan, kasusnya bisa saling mendorong dan fasilitas kesehatan akhirnya digunakan oleh masyarakat sekitar. Ia berharap, karena dari pemerintah sudah bisa membaca datanya, untuk betul-betul bisa mengendalikan kasus di wilayah masing-masing.
"Ini harapannya harus ada kerjasama. Harus ada kesepakatan di tingkat masyarakat dan pemerintah daerah untuk melakukannya," ujar Wiku.
Baca Juga: Ganjar: Kesehatan dan Ekonomi Tak Bisa Jalan Bareng, Jangan Tipu-tipu Lagi
Hanya dalam kurun waktu dua minggu, Wiku menganggap semuanya harus berjalan dengan efektif. Sebab, pernah dalam kurun waktu yang diberikan tidak efektif. Sehingga masyarakat harus benar-benar serius dalam menghadapinya. Pemerintah dinilai memiliki kebijakan lebih ketat untuk menghadapi situasi pandemi saat ini. Pengalaman dari tahun sebelumnya, 10 hingga 14 hari setelah libur panjang pasti ada lonjakan kasus.
Berita Terkait
-
Ganjar: Nggak Boleh Ada Matahari Kembar, Nanti Pemimpinnya Bingung, Anak Buahnya Bingung
-
Ganjar Pranowo: Tren Suara dari Bawah Masih Menginginkan Megawati Jadi Ketua Umum PDIP Lagi
-
RI Ajak Kolaborasi di Forum CAP-CSA untuk Pariwisata di Tengah Ketidakpastian Global
-
Jadi Tuan Rumah UN Tourism ke-37, Indonesia Siap Pimpin Diskusi Global Soal Pariwisata Berkelanjutan
-
Traveloka-Archipelago Jalin Kemitraan, Dongkrak Potensi Wisata Nasional
Terpopuler
- Jerman Grup Neraka, Indonesia Gabung Kolombia, Ini Hasil Drawing Piala Dunia U-17 2025 Versi....
- Kiper Belanda Soroti Ragnar Oratmangoen Cs Pilih Timnas Indonesia: Lucu Sekali Mereka
- Innalillahi Selamat Tinggal Selamanya Djadjang Nurdjaman Sampaikan Kabar Duka dari Persib
- Jabat Tangan Erick Thohir dengan Bos Baru Shin Tae-yong, Ada Apa?
- 8 HP Samsung Siap Kantongi One UI 7 Berbasis Android 15, Langsung Update Bulan Ini!
Pilihan
-
Harga Emas Antam Hari Ini Melesat Hampir Tembus Rp2 Juta/Gram
-
Tim Piala Dunia U-17 2025: Usia Pemain Zambia Diragukan Warganet: Ini Mah U-37
-
Meski Berada di Balik Jeruji, Agus Difabel Nikahi Gadis Dengan Prosesi Perkawinan Keris
-
7 Rekomendasi HP Murah RAM 12 GB terbaik April 2025, Performa Handal
-
Massa Dikabarkan Geruduk Rumah Jokowi Soal Ijazah Palsu, Hercules: Itu Asli, Jangan Cari Masalah!
Terkini
-
Suap Tanah Kas Desa Trihanggo Terungkap, Lurah dan Pengusaha Hiburan Malam Ditahan
-
Tunggu Hasil Mediasi Mangkubumi, Warga RW 01 Lempuyangan Tolak Pengukuran Rumah PT KAI
-
Tak Puas dengan Pembuktian UGM, Massa TPUA Segera Sambangi Jokowi di Solo
-
Parkir ABA bakal Dibongkar, Sultan Pertanyakan Munculnya Pedagang Tapi Jukir Harus Diberdayakan
-
Guru Besar UGM Dipecat Karena Kekerasan Seksual, Kok Masih Digaji? UGM Buka Suara