Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Sabtu, 06 Februari 2021 | 13:11 WIB
Guguran lava terlihat dari Desa Hargobinangun, Pakem, Sleman, DI Yogyakarta, Minggu (17/1/2021). ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah

SuaraJogja.id - Ada kemunculan kubah lava baru di tengah puncak Gunung Merapi, yang terdeteksi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG).

Kubah lava tersebut, menurut keterangan Kepala BPPTKG Hanik Humaida, baru mulai terlihat sejak 4 Februari 2021.

Ia menjelasakan, dalam konferensi pers secara virtual di Yogyakarta, Jumat (5/2/2021), kubah lava baru itu memiliki laju pertumbuhan yang masih relatif lambat.

"Per tanggal 4 [Februari] mulai kelihatan. Kita duga kubah lava yang di tengah tumbuh," kata Hanik, dilansir ANTARA.

Baca Juga: Pipa Rusak Kena Banjir Lahar Merapi, Warga Pakem Andalkan Droping Air

Dengan munculnya kubah lava baru tersebut, dapat disimpulkan bahwa saat ini Gunung Merapi memiliki dua kubah lava yang sama-sama tumbuh. Hanik mengungkapkan, fenomena ini terjadi kali pertama dalam sejarah.

Kubah lava pertama, yakni Kubah Lava 2021, sebelumnya berada di sisi barat daya lereng Merapi, atau tepatnya di atas lava sisa erupsi tahun 1997.

"Baru kali ini dalam sejarah, Gunung Merapi mempunyai dua kubah lava," ujar Hanik.

Menurut dia, kubah lava baru yang muncul di tengah puncak kawah Merapi masih berasal dari satu jalur kepundan -- lubang keluarnya magma dari perut bumi -- yang sama dengan kubah lava pertama.

Berdasarkan data sejak Desember 2020, BPPTKG memang mendeteksi pelebaran letak hiposenter kegempaan vulkanik Gunung Merapi yang kemudian membentuk dua ujung jalur keluarnya magma ke permukaan.

Baca Juga: Sempat Hujan Deras, Lahar Hujan Gunung Merapi Sudah Masuk ke Wilayah Turgo

Ujung sebelah kiri menembus ke sisi barat daya Merapi dan sebelah kanan menembus ke kubah lava baru yang ada di tengah kawah puncak Merapi.

Munculnya kubah lava baru itu mengakibatkan perubahan morfologi di area puncak Merapi.

Meski demikian, Hanik memastikan, potensi bahaya kubah lava baru ini masih rendah karena ukurannya kecil dan laju pertumbuhannya sangat lambat.

Apabila mengeluarkan guguran lava atau awan panas, menurut dia, ada kemungkinan luncuran mengarah ke bukaan kawah atau ke tenggara arah Kali Gendol, Kabupaten Sleman, akan tetapi jangkauannya diperkirakan tidak sampai ke permukiman warga yang berjarak 6,5 km dari puncak.

"Kami mencoba mengambil foto drone hari ini, tapi gagal karena selalu tertutup kabut. Namun demikian secara asesmen, potensi bahayanya belum signifikan," kata Hanik.

Oleh sebab itu, hingga saat ini BPPTKG masih mempertahankan status aktivitas Gunung Merapi pada Level III atau Siaga.

Potensi bahaya saat ini masih berupa guguran lava dan awan panas yang bersumber dari Kubah Lava 2021 pada sektor selatan-barat daya, meliputi sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 km.

Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.

BPPTKG mencatat, volume Kubah Lava 2021, yang sebelumnya mencapai 158.000 meter kubik pada 25 Januari 2021, menurun signifikan menjadi 62.000 meter kubik per 28 Januari 2021 akibat banyaknya awan panas dan guguran lava yang keluar.

Pada 4 Februari 2021, volume kembali meningkat menjadi 117.000 meter kubik dengan laju pertumbuhan 13.000 meter kubik per hari.

Berikutnya, aktivitas seismik atau kegempaan yang menurun menjadi kurang dari 10 kali per hari, deformasi -- perubahan bentuk tubuh Gunung Merapi -- menjadi 1 cm per hari.

Selain itu, konsentrasi gas vulkanik CO2 yang menurun menjadi 350 ppm menunjukkan tidak adanya tekanan berlebih dari dalam yang mencerminkan tambahan suplai magma.

Load More