Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Muhammad Ilham Baktora
Kamis, 18 Februari 2021 | 16:29 WIB
Menko PMK Muhadjir Effendy menyapa satu keluarga yang sedang menjalani karantina mandiri di Kalurahan Wirokerten, Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul, Kamis (18/2/2021). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

SuaraJogja.id - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy meninjau penyelenggaraan Pengetatan secara Terbatas Kegiatan Masyarakat (PTKM) di Bantul, Kamis (18/2/2021).

Ia bersama Kepala Dinas Kesehatan Bantul Agus Budi Raharjo juga menyapa satu keluarga yang sedang menjalani karantina atau isolasi mandiri (isoman) di Kalurahan Wirokerten, Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul.

Muhadjir Effendy bersama rombongan Dinkes Bantul menyapa satu keluarga tersebut dengan jarak sekitar 10 meter dari rumah yang digunakan untuk karantina mandiri. Satgas juga menyiapkan disinfektan untuk disemprot di sekitar Muhadjir Effendy berdiri.

Dalam kesempatan itu, Muhadjir Effendy berbincang menggunakan mikrofon yang telah disiapkan pihak kalurahan dengan salah seorang anggota keluarga. Tak hanya berbincang, mantan menteri Pendidikan dan Kebudayaan (mendikbud) itu juga menanyakan kondisi serta memberi santunan. Pihaknya juga mengapresiasi bagaimana warga sekitar juga membantu keluarga tersebut dengan sejumlah sembako.

Baca Juga: Selter Gose Muhammadiyah Bantul Berbasis Keagamaan, Menko PMK: Itu Perlu

"Sebenarnya PPKM berskala mikro yang menyasar ke lingkup paling kecil [RT] yang diperintahkan Bapak Presiden itu ya contoh di wilayah Wirokerten ini. Masyarakat bergotong royong, lalu kebutuhan sehari-hari keluarga yang terkonfirmasi Covid-19 dan isolasi mandiri semua diambil alih oleh kalurahan," kata Muhadjir Effendy saat kunjungan ke Wirokerten, Kamis.

Ia menjelaskan bahwa karantina mandiri harus dilakukan selama 14 hari sesuai masa inkubasi virus. Salah satu anggota keluarga yang dia kunjungi tak memiliki gejala dan termasuk OTG.

Dari penuturan keluarga tersebut, mereka diketahui terpapar Covid-19 saat salah satu dari mereka menjalani tes swab. Selama pandemi, mereka belum pernah ikut rapid test atau swab PCR.

Satgas Covid-19, yang saat itu melakukan tracing, menawarkan tes swab, dan hasilnya positif. Setelah itu, satu keluarga yang berkontak erat harus ikut isolasi mandiri selama 14 hari ke depan.

Muhadjir Effendy mengatakan bahwa 3T, atau tracing, test, dan treatment, harus dilakukan tenaga kesehatan untuk mengetahui jumlah kasus. Harapannya, bisa segera diambil tindakan untuk mengantisipasi penyebaran virus.

Baca Juga: Menko PMK Usulkan Candi Borobudur Direkonstruksi Ulang

"Pelaksanaan 3T di level mikro ini penting. Ini harus berjalan selama Covid-19 masih ada," terang dia.

Ia mengatakan bahwa dengan adanya seseorang yang terpapar Covid-19, warga lain tak perlu khawatir, apalagi sampai memberi stigma. Gotong royong untuk membantu warga tersebut harus terus dilakukan.

"Jika ada tracing, betul-betul mau di-tracing. Jangan tidak mau atau sembunyi dan khawatir diberi stigma tidak baik. Hal ini tentunya sebagai upaya memutus penyebaran Covid-19 agar tak meluas. Selain itu, warga lain bisa mencontoh bagaimana penyelenggaraan PTKM mikro yang dilakukan di Wirokerten," kata dia.

Terpisah, Lurah Wirokerten Rakhmawati Wijayaningrum menjelaskan bahwa satu keluarga itu sudah menjalani isolasi mandiri selama empat hari sejak Senin (15/2/2021). Pihak kalurahan membantu warga tersebut agar kebutuhan sehari-harinya tetap terpenuhi.

"Jadi ada kas RT yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang isolasi mandiri. Jadi warga di sini gotong royong untuk saling memberikan bantuan terutama makanan selama mereka karantina," terang Rakhma.

Ia juga kerap memberikan edukasi terhadap satgas yang ada di sejumlah RT untuk membentuk pola pikir saling membantu di tengah situasi pandemi.

"Nah harapan kami, masyarakat itu bisa saling membantu dan gotong royong, yang diketahui saat ini mulai hilang. Kami ingin mengembalikan itu agar tumbuh kembali," kata dia.

Rakhma menjelaskan, pihak kalurahan sudah menyediakan selter kalurahan, yang berada di SD Negeri Wirokerten. Selter dikhususkan untuk pasien OTG dan bergejala ringan.

"Kami memang mengarahkan masing-masing dusun jika memungkinkan bisa menyediakan selter sendiri, tapi jika tidak mampu, kami sudah menyiapkan selter desa, yang memiliki 16 kamar. Itu sebagai antisipasi," katanya.

Rakhma mengatakan bahwa di Wirokerten tercatat ada 80 kasus aktif sejak posko Satgas Covid-19 Kalurahan dibentuk.

"Sejak 21 Maret saat posko ini dibentuk, ada 88 positif sampai hari ini. Dua orang di antaranya meninggal. Nah, dari 88 yang positif, lima orang tengah menjalani pemulihan dan isolasi," jelas dia.

Load More