Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Selasa, 30 Maret 2021 | 14:13 WIB
Pesawat di Yogyakarta International Airport alias Bandara YIA - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

SuaraJogja.id - Angkasa Pura I (AP I) bersiap menjalankan uji coba penggunaan GeNose C19, sebagai salah satu syarat perjalanan udara.

Pernyataan itu disampaikan oleh General Manager AP I Kolonel Pnb. Agus Pandu Purnama, Selasa (30/3/2021). Menyusul ditunjuknya Bandara Internasional Yogyakarta (YIA)  sebagai satu dari empat bandara yang akan melakukan uji coba GeNose C19, 1 April 2021.

Pandu mengungkapkan, berdasarkan edaran dari Satgas COVID-19 Nomor 12 Tahun 2021 dinyatakan bahwa ada syarat-syarat untuk penumpang yang akan melakukan perjalanan.

"Salah satunya kami menggunakan GeNose 2 x 24 jam. Kami juga telah mengantisipasi terkait pelaksanaan penggunaan GeNose ini," kata dia.

Baca Juga: Alasan Pesawat Antonov Mendarat di YIA dan 4 Berita Top SuaraJogja

Pada 18 Maret 2021, pihaknya sudah melakukan simulasi. Sehingga YIA siap melalukan pemeriksaan GeNose bagi seluruh penumpang yang akan menggunakan bandara YIA, 1 April mendatang.

"Untuk harga, memang belum ditetapkan oleh kantor pusat, namun kisaran Rp40.000 hingga Rp50.000 per sekali pemeriksaan. Selain GeNose, nantinya kami juga melayani swab antigen, pelaku perjalanan udara bisa memilih," terangnya.

YIA total memiliki 6 unit alat GeNose, namun yang nanti akan digunakan untuk operasional hanya sebanyak 5 alat dan 1 alat untuk cadangan petugas.

"Ada sekitar 16 petugas yang sudah kami siapkan. Artinya, petugas siap melaksanakan penerima untuk penumpang sejak jam 4.00 WIB hingga 19.00 WIB," tuturnya.

Pihak bandara juga telah mengantisipasi perihal alur penumpang yang akan melaksanakan pemeriksaan, menerapkan protokol kesehatan, jaga jarak dan lainnya.

Baca Juga: Pesawat Antonov Mendarat di YIA, GM Angkasa Pura I: Ini Momen Penting

Sementara itu, pengamat Transportasi Udara Alvin Lie mengungkapkan, kebijakan itu berpotensi menimbulkan beban berlebih bagi operator bandara.

Hal itu terbukti pada jelang libur Natal & Tahun Baru 2020, ketika pemerintah hapus tes antibodi, pindah ke antigen. Termasuk pula ada pemangkasan masa berlaku hasil tes, dari semula 14 hari jadi 2 hari.

"[Saat itu] terjadi penumpukan penumpang di bandara, hingga akhir masa liburan," kata dia, dihubungi Suarajogja.id, Selasa.

Alvin menilai, dengan diberlakukannya GeNose menjelang traffic (lalu-lintas) mudik, seakan ingin mengulangi kejadian serupa.

"Bagaimana mengatur penumpang mana yang pakai GeNose dan mana yang antigen?," tuturnya.

Perlu diperhatikan bahwa tes GeNose harus dilakukan di bandara pada hari keberangkatan dan hanya berlaku pada hari tersebut, lanjut dia. Yang demikian itu akan membuat penumpang datang ke bandara tiga sampai empat jam sebelum keberangkatan.

"Jumlah penumpang yang terkumpul di bandara, akan meningkat jauh di atas biasanya," kata dia.

Sementara untuk tes antigen, pada umumnya penumpang lakukan tes satu sampai dua hari sebelum keberangkatan dan dilakukan di luar bandara, sehingga tidak terjadi konsentrasi penumpang di bandara.

"Selisih biaya Antigen dengan GeNose signifikan, bisa sekitar Rp100.000 hingga Rp210.000. Godaan untuk berbondong-bondong pakai GeNose cukup besar," tambahnya.

Alvin menilai, pada umumnya orang akan menjalani tes sekedar untuk memenuhi persyaratan. Bukan soal pencegahan COVID-19, seperti juga banyak orang pakai masker agar tidak kena sanksi. Bukan soal tular-menular COVID-19. Maka, mereka pakai masker asal-asalan saja. Tidak menutup hidung, diplorot ke dagu dan sebagainya.

Alvin merasa ngeri membayangkan terjadi penumpukan penumpang di bandara jelang mudik. Ia meyakini, penumpang pasti stress dan ada tensi tinggi di sana, karena mereka tidak ingin ketinggalan pesawat.

"Lebih bijak bila implementasi GeNose tidak pada masa Peak Traffic. Pasca Idulfitri lebih rendah risikonya," ucapnya.

Sebelumnya diketahui, sebanyak empat bandar udara (bandara) di Indonesia, akan melakukan uji coba layanan GeNose C19. Layanan Genose C19 akan diberikan bagi penumpang yang akan ikut penerbangan lewat empat bandara tersebut. 

Ketua Tim Pengembang Genose C19, Prof. Kuwat Triyana menyebutkan, empat bandara tersebut adalah Yogyakarta International Airport, Bandara Juanda Surabaya, Bandara Sultan Mahmud Badarudin Palembang dan Bandara Husein Sastranegara Bandung.

"Layanan GeNose C19 ini resmi akan diberlakukan per 1 April mendatang," ucapnya.

Uji coba layanan pemeriksaan GeNose C19 di bandara ini tidak berbeda dengan layanan pemeriksaan GeNose yang ada di stasiun kereta api. Terkait aturan dan prosedur alur pemeriksaan GeNose bagi penumpang di bandara, masih menunggu aturan resmi dari Kementerian Perhubungan dan Satgas COVID-19.

"Mudah-mudahan dalam dua hari ini sudah keluar,” tuturnya.

Soal jumlah alat GeNose yang digunakan di masing-masing bandara, Kuwat mengatakan jumlah tersebut menyesuaikan jumlah pengunjung di setiap bandara.

Dalam hitungannya, setiap bandara minimal bisa menggunakan sekitar 8-10 unit GeNose. Sebab, dalam satu hari, satu alat GeNose bisa memeriksa sekitar 250 orang sekaligus. Jika ada 10 unit maka memeriksa sekitar 2.500 orang dalam sehari. Kuwat menyarankan agar penumpang yang ingin melakukan pemeriksaan GeNose C19 datang ke bandara lebih awal.

Kuwat menyebut, timnya telah memproduksi sebanyak 3.000 unit alat GeNose. Belakangan permintaan dari lembaga pendidikan, sekolah, kantor hingga perhotelan, permintaan akan GeNose hingga bulan Agustus mendatang mencapai 50.000 unit.

Namun begitu, kapasitas produksi GeNose saat ini di UGM mampu memproduksi hingga 15.000 unit per bulan.

“Itu belum permintaan dari luar negeri,” kata dia.

Meski permintaan pengadaan GeNose semakin bertambah, Kuwat menuturkan GeNose akan terus dikembangkan apalagi alat tersebut mengandalkan kecerdasan buatan (AI). Timnya juga akan terus berinovasi, agar alat tersebut juga bisa mendeteksi virus yang mengalami mutasi.

Kontributor : Uli Febriarni

Load More