SuaraJogja.id - Gubernur DIY Sri Sultan HB X angkat bicara terkait munculnya dua klaster penularan Covid-19 di Sleman. Penularan virus yang diakibatkan klaster takziah di Plalangan, Pandowoharjo dan Blekik, Sardonoharjo memunculkan 81 kasus baru di DIY.
"Saya hanya punya harapan bagaimana Sleman itu makin ketat. Mengketati dalam arti pengawasan untuk tidak berkerumun. Ya [sekarang ini] sering seenaknya sendiri," ungkap Sultan di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Selasa (30/3/2021).
Menurut Sultan, Pemkab Sleman seharusnya memperhatikan mobilitas warganya, sehingga mereka tidak seenaknya sendiri beraktivitas tanpa menjaga protokol kesehatan (prokes).
Banyak warga yang beralasan mencari makan untuk bisa keluar rumah. Berbagai kegiatan dan pesta pun tetap digelar meski ada larangan pembatasan kerumunan.
Padahal di Sleman, kasus aktif Covid-19 sampai saat ini masih cukup tinggi, mencapai 1.000 kasus. Berbagai upaya untuk menurunkan penambahan kasus baru pun tak berjalan optimal karena ketidakdispilinan warganya dalam menerapkan prokes.
"Tidak ada perkawinan [katanya], [padahal] ada perkawinan ning didelikke [tapi disembunyikan] gitu lo. Saya kira itu yang rugi masyarakat sendiri. Jadi saya mohon sleman itu memperhatikan mobilitas masyarakat untuk tidak seenaknya sendiri.
Karena itu Sultan meminta Pemkab Sleman bisa lebih mendisiplinkan warganya dalam menerapkan prokes, khususnya di Sleman. Selain itu memperketat penerapan kebijakan Pengetatan secaa Terbatas Kegiatan Masyarakat (PTKM) Mikro.
"Jadi harapannya kita semua [kasus Covid-19] sudah turun, Sleman belum turun dari seribu. Saat ini [kasus aktif] di atas seribu," ungkapnya.
Sementara itu, Sekda DIY Baskara Aji mengungkapkan, klaster tersebut muncul karena adanya kerumunan. Padahal sesuai instruksi dari gubernur maupun bupati/walikota, selama pandemi tidak boleh ada kerumunan.
Baca Juga: Meningkat, Klaster Takziah di Plalangan Tambah 4 Kasus Positif
Untuk itu pemkab/pemkot harus menegakkan aturan penerapan prokes. Jangan sampai warga tetap berkerumun tanpa mentaati aturan.
"Kalau kemudian muncul klaser baru maka ini berarti karena kurangnya kehati-hatian kita [untuk tidak berkerumun]," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
-
Meningkat, Klaster Takziah di Plalangan Tambah 4 Kasus Positif
-
Klaster Takziah Muncul di Plalangan, Satu Warga Meninggal Dunia
-
Camat Ngaglik Pastikan Tak Ada Lockdown Usai Ada Klaster Takziah di Blekik
-
Kasus Covid-19 Klaster Senam di Kabupaten Tegal Bertambah Jadi 46 Orang
-
Duh! Ratusan Penghuni Lapas Nusakambangan Terkonfirmasi Positif Covid-19
Terpopuler
- Pendidikan Gustika Hatta, Pantas Berani Sebut Indonesia Dipimpin Penculik dan Anak Haram Konstitusi
- Gebrak Meja Polemik Royalti, Menkumham Perintahkan Audit Total LMKN dan LMK!
- Detik-Detik Pengumuman Hasil Tes DNA: Ridwan Kamil Siap Terima Takdir, Lisa Mariana Tetap Yakin
- Kasih Kode Mau Bela Timnas Indonesia, Ryan Flamingo Kadung Janji dengan Ibunda
- Putrinya Bukan Darah Daging Ridwan Kamil, Lisa Mariana: Berarti Anak Tuyul
Pilihan
-
Heboh Warga Solo Dituduh Buron 14 Tahun, Kuasa Hukum Tak Habis Pikir: Padahal di Penjara
-
7 Rekomendasi HP Gaming Rp 2 Jutaan RAM 8 GB Terbaru Agustus 2025, Murah Performa Lancar
-
Neraca Pembayaran RI Minus Rp109 Triliun, Biang Keroknya Defisit Transaksi Berjalan
-
Kak Ros dan Realita Pahit Generasi Sandwich
-
Immanuel Ebenezer: Saya Lebih Baik Kehilangan Jabatan
Terkini
-
Erix Soekamti, dari Panggung Musik ke Lapangan Padel: Gebrakan Baru untuk Olahraga Jogja?
-
Penganiayaan Santri Putri: Pondok Klaim Sudah Tangani Sesuai Prosedur, Tapi Keluarga Korban Tak Terima
-
Santri Diduga Dianiaya di Ponpes Sleman, Orang Tua Kecewa dan Lapor Polisi Usai Dianggap Bertengkar
-
Koperasi Sleman Siap Saingi Minimarket? Ini Jurus Ampuh Tingkatkan Daya Saing
-
Disperindag Sleman Ungkap Penyebab Harga Beras Naik: Bukan Hanya Soal Stok