Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Jum'at, 16 April 2021 | 18:29 WIB
Ilustrasi bunuh diri. (Shutterstock)

SuaraJogja.id - Mbah K, perempuan berusia 82 tahun asal Pedukuhan Wunung, Kalurahan Wunung, Kapanewonan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, ditemukan tewas gantung diri, Jumat (16/4/2021) dini hari di dapur rumahnya. Jasad korban kali pertama ditemukan oleh anaknya, yang hendak makan sahur.

Kasus Mbah K adalah kasus bunuh diri yang ke-16 kalinya terjadi di Gunungkidul selama tahun 2021 ini. Belum genap empat bulan, kasus bunuh diri di wilayah Gunungkidul, yang menembus angka 16, memang cukup memprihatinkan. Padahal, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul sudah punya Satgas Berani Hidup yang dibentuk beberapa waktu lalu.

Bupati Gunungkidul Sunaryanta mengakui bahwa kasus ini menjadi perhatian Pemkab Gunungkidul. Oleh karenanya, ia menilai, satuan petugas (Satgas) Berani Hidup yang dibentuk oleh Pemkab Gunungkidul di masa pemerintahan sebelumnya bekerja tidak maksimal.

"Satgas ini sejatinya dibentuk untuk mengurangi angka bunuh diri di Gunungkidul, yang terus tinggi dalam beberapa tahun terakhir," ujarnya, Jumat (16/4/2021), di kompleks Pemkab Gunungkidul.

Baca Juga: Studi: Magic Mushroom Bisa Rawat Depresi, Setara dengan Antidepresan

Oleh karenanya, dalam waktu dekat pihaknya akan melakukan kajian terhadap keberadaan satgas tersebut. Jika memang sudah tidak efektif lagi untuk menanggulangi bunuh diri di wilayah kabupaten Gunungkidul, maka ia tidak segan-segan akan membubarkan Satgas tersebut.

Di samping itu, Pemkab Gunungkidul saat ini tengah mengintensifkan berkomunikasi dengan perguruan tinggi untuk melakukan penelitian dan kajian. Kendati demikian, pihaknya kini terus berupaya keras untuk menekan angka bunuh diri di wilayah Gunung Kidul, yang masih cukup tinggi ini.

"Kita juga gencar road show ke beberapa perguruan tinggi, salah satunya membicarakan masalah tingginya angka gantung diri ini. Kita meminta bantuan mereka memecahkan persoalan ini," katanya Sunaryanta.

Tak hanya itu, pihaknya juga masif melakukan koordinasi dengan beberapa organisasi dan tokoh agama untuk membantu pemerintah memberikan edukasi kepada masyarakat. Diharapkan mereka dapat membantu pemerintah memberikan edukasi terkait dengan larangan bunuh diri dalam agama.

Pemkab Gunungkidul mengaku masih mencari formulasi terbaik untuk mengatasi tingginya angka gantung diri di Gunungkidul. Diharapkan penelitian yang dilakukan perguruan tinggi menghasilkan formulasi terbaik untuk perumusan masalah tersebut.

Baca Juga: Kisah Penyintas Depresi Pasca Melahirkan

"Dari penelitian itu kita berharap akan merumuskan satu hal yang tepat," katanya.

Terpisah, Kasubag Humas Porles Gunungkidul Iptu Suryanto menegaskan, berdasarkan data yang dimiliki, hingga April selama tahun 2021 ada 16 kasus gantung diri di Gunungkidul. Kondisi ini cukup memprihatinkan meskipun pihaknya sudah berusaha keras menanggulanginya.

"Kita sudah maksimalkan peran Babinkamtibmas untuk melakukan pendekatan dan pemantauan di masyarakat," terangnya.

Sebelumnya diberitakan, Mbah K ditemukan tergantung di  dapurnya pada Jumat dini hari saat waktunya makan sahur. Kapolsek Wonosari AKP Mugiman mengungkapkan, korban ditemukan gantung diri oleh anaknya, S (48).

Saat itu S hendak pergi ke dapur untuk memasak makanan sahur keluarganya. Sekitar pukul 03.30 WIB ia terbangun dan langsung pergi ke dapur.

Namun sesampainya di dapur, ia melihat ibunya sudah tergantung di sebuah blandar (kuda-kuda), yang tingginya sekitar 220 cm.  Ia bergegas kembali ke kamarnya untuk memberitahu perisitiwa tersebut kepada suaminya. Keduanya lantas berteriak meminta tolong.

"Warga seketika itu langsung mendatangi lokasi kejadian," terangnya, Jumat (16/4/2021) pagi.

Peristiwa tersebut lantas dilaporkan ke Perangkat Desa setempat dan dilanjutkan ke Mapolsek Wonosari dan juga Koramil setempat. Sejurus kemudian, petugas Polsek Wonosari bersama dengan Petugas Puskesmas Wonosari I datang ke lokasi kejadian.

Petugas langsung mengevakuasi jasad korban dan memeriksa kondisinya. Dalam pemeriksaan tersebut, petugas tidak menemukan adanya bekas penganiayaan pada jasad korban, sehingga pihaknya menyimpulkan, korban meninggal murni karena bunuh diri.

"Jenazah langsung kami serahkan ke pihak keluarga untuk segera dimakamkan," ujarnya.

Mugiman menyebutkan, berdasarkan keterangan keluarga korban, dalam 2 minggu terakhir korban sering mengeluh sakit di kepala alias pusing. Hasil dari pemeriksaan dari tim Medis Puskesmas Wonosari 1 pada jasad korban, memang tidak ada luka, lidah menjulur.

Selain itu, juga ada bekas jeratan di leher, dubur mengeluarkan cairan, kemaluan mengeluarkan darah, dan kondisi badan sudah kaku, diperkirakan korban sudah meninggal beberapa waktu sebelum ditemukan gantung diri oleh anaknya. Peristiwa ini tentu menggegerkan warga sekitar.

Catatan Redaksi: Hidup sering kali sangat berat dan penuh tekanan, tetapi kematian tidak pernah menjadi jawabannya. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit dan berkecenderungan bunuh diri, sila hubungi dokter kesehatan jiwa di Puskesmas atau rumah sakit terdekat.

Kontributor : Julianto

Load More