Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Senin, 03 Mei 2021 | 17:35 WIB
Polisi menunjukkan riwayat pembelian Kalium Sianida (KCN) [SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora]

SuaraJogja.id - Bahan sianida yang terdapat pada sate beracun racikan Nani Aprilliani Nurjaman menurut ahli farmasi dari Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr Arief Nurrochmad sulit dideteksi. Pasalnya racun Kalium Sianida (KCN) atau yang disebut jenis C itu tidak berbau.

"Memang ini racun yang tidak berbau, jadi memang kalau dibau tidak bau gitu. Jadi dia itu kalau dikasihkan ke kopi gitu ya seperti kasus Mirna gitu ya, atau dikasih ke makanan gitu ya itu rasanya nanti agak sedikit pahit kayak almond pahit," ujar Arief saat dihubungi awak media, Senin (3/5/2021).

Arief mencontohkan bahwa dalam kasus Mirna beberapa waktu silam, yang bersangkutan merasakan pahit saat keracunan. Kondisi itu serupa yang dialami oleh Naba Faiz Prasetya (10), anak driver ojol, Bandiman di Bantul, DIY yang tidak tertolong setelah menyantap sate beracun sianida.

"Jadi makanya dulu waktu Mirna keracunan rasanya pahit itu, agak aneh dia bilang. Itu kemarin anaknya [Naba Faiz] juga menurut keterangan dari bapaknya itu terasa agak pahit maka dia minum air yang banyak, justru itu akan menambah dia semakin terserap di dalam tubuhnya itu," ungkapnya.

Baca Juga: Motif Sakit Hati ke Polisi, NA Terancam Hukuman Mati karena Sate Sianida

Tidak dipungkiri Arief membedakan makanan yang sudah beri campuran sianida atau belum itu memang susah. Terlebih ketika hanya dicek menggunakan indera penciuman saja.

Sebabnya memang racun ini berbeda dengan racun-racun lain. Dalam artian tidak ada bau yang bisa mendeteksi bahwa terdapat racun di dalamnya hanya memang rasa yang pada akhirnya mengungkapkan.

"Kalau dibau agak susah, kadang-kadang tidak terdeteksi, tidak seperti pestisida yang lain ya. Kalau racun-racun yang lain kan berbau ya, tapi kalau yang ini memang tidak berbau, sulit untuk dideteksi. Jadi memang baru terasa kalau dirasakan. Terasa agak pahit, tidak tau itu pahitnya karena apa," terangnya.

Lebih lanjut Arief menjelaskan jika racun sianida itu sudah masuk ke dalam tubuh seseorang maka akan menghambat masuknya oksigen ke dalam sel. Sehingga nantinya akan menghambat reaksi pembentukan energi di dalam sel.

Saat oksigen yang itu tidak bisa dikonsumsi atau tidak bisa masuk ke dalam sel. Maka selanjutnya tidak bisa digunakan oleh sel sehingga selnya akan lama kelamaan lemah hingga mati.

Baca Juga: Misteri Sate Beracun Akhirnya Terungkap, Wanita Muda Ditangkap

"Jadi kalau yang dampaknya dia akan seperti orang keracunan, semacam frekuensi pernapasannya itu meningkat. Seolah-olah dia kekurangan oksigen. Terus nyeri kepala, sesak napas, terus agitasinya, sama nanti berkeringat dan berbuih atau berbusa dan warnanya awalnya kemerahan karena itu jantungnya memompa untuk keseluruh tubuh," terangnya.

Sesudah itu lama kelamaan energi akan berkurang sehingga oksigen tidak bisa masuk ke dalam sel. Hingga berakibat pada lemahnya fungsi jantung dan otak yang bersangkutan.

"Kalau jantungnya lemah sama otaknya kekurangan oksigen nanti bisa koma, habis itu lama kelamaan bisa menimbulkan kematian," ujarnya.

Pertolongan pertama terpapar racun sianida

Lalu apa yang harus dilakukan jika memang ada seseorang yang tanpa sengaja mengkonsumsi racun sianida?

Arief menuturkan bahwa pertolongan pertama yang perlu diperhatikan terutama yakni organ-organ vital harus disupplai oksigen. Sehingga oksigen bisa masuk ke organ vital terutama adalah jantung dan otak.

"Jadi nanti kalau dia mengalami keracunan dan tahu itu karena racun sianida ya dia harus dibaringkan dulu. Harus ada dibawa ke ruang terbuka yang banyak oksigen, jangan ruang tertutup ya. Harus ruang terbuka," tegasnya.

Setelah itu yang bersangkutan harus diletakkan dengan kondisi terlentang. Dengan kepala yang sejajar dengan jantung.

Hal itu bertujuan untuk memberikan suplai asupan oksigen dari darah. Jika memang masih belum terlalu lama maka yang bersangkutan harus dibuat supaya muntah.

"Kalau itu dimuntahkan sianidanya bisa ikut dikeluarkan, kalau masih di lambung. Tapi kalau sudah beberapa jam itu harus dibawa ke rumah sakit," ujarnya.

Arief menyarankan bahwa sudah seharusnya peredaran zat kimia berbahaya dalam hal ini racun sianida perlu dibatasi atau dikhususkan. Pasalnya racun sianida ini tidak termasuk dalam kategori obat terkhusus obat resep.

"Iya harusnya itu ada surat kalau memang itu hanya untuk industri dan atau memang ada untuk surat tertentu dan ada lembaga atau industri tertentu yang boleh membeli atau mengimpor, harusnya begitu. Tapi saya ngga tahu kok itu mudah didapatkan di Indonesia," tandasnya.

Sebelumnya diberitakan wanita misterius pengirim sate beracun sianida yang menewaskan Naba Faiz Prasetya (10), anak driver ojol, telah ditangkap jajaran kepolisian.

Wanita yang kini berstatus sebagai tersangka berinisial NA ini sengaja mencampur racun jenis c yang merupakan Kalium Sianida (KCN) ke bumbu sate karena sakit hati dengan orang berinisial T.

Diketahui bahwa pemberi sate beracun sianida berinisial NA (25) sudah merencanakan pembunuhan kepada target berinisial T sejak tiga bulan lalu. Hal itu dilakukan karena motif sakit hati.

"Sudah hampir 3 bulan lalu rencana ini disiapkan (NA). Motifnya sakit hati," jelas Kapolres Bantul AKBP Wachyu Tri Budi Sulistyono saat konferensi pers di Mapolres Bantul, Senin (3/5/2021).

Wachyu menjelaskan bahwa pelaku membeli racun Kalium Sianida (KCN) secara online.

"Dari keterangan yang kami dapat pelaku membelinya (KCN) secara online. Sudah direncanakan sejak lama," terang dia.

NA diketahui membeli racun Sianida pada Maret lalu. Wanita asal Majalengka, Jawa Barat ini membeli di toko online.

"Dari riwayat pembeliannya dibeli pada Maret lalu. Total harga Rp224 ribu," kata Wachyu sambil menunjukkan tangkapan layar riwayat pembelian racun sianida kepada wartawan.

Load More