SuaraJogja.id - Keterbatasan kondisi fisik seseorang bukan menjadi penghalang untuk bisa lebih mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Prinsip inilah yang coba diaplikasikan oleh pengasuh Pondok Pesantren Rumah Tahfidz Tunarungu Darul A’Shom yang berada di Dusun Kayen, Desa Condongcatur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman.
Sesuai dengan namanya, ponpes ini digunakan oleh semua santri tunarungu atau keterbatasan seseorang terkait dengan masalah pendengaran. Para santri itu datang dari berbagai daerah dengan berbagai latar belakang, usia, hingga pemahaman yang berbeda satu sama lain.
Adalah Ustaz Abu Kahfi, pria berusia 47 tahun yang menjadi pendiri sekaligus pengasuh di ponpes Rumah Tahfidz Tunarungu Darul A'Shom tersebut.
Ustaz Abu menjelaskan bahwa ponpes ini sudah berdiri sekitar 1,5 tahun silam atau tepatnya pada 19 September 2019. Berdirinya ponpes bagi anak-anak tunarungu itu bertepatan dengan kepindahan pria asal Bandung itu ke Yogyakarta.
Baca Juga: Kisah Warga Lapas Cebongan Mencari Tuhan, 4 Bulan Mualaf Ingin Jadi Hafidz
"Awal berdirnya itu pada 19 September 2019. Ponpes ini berdiri di Bantul, jadi sekitar satu setengah tahun yang lalu," kata Ustaz Abu saat ditemui SuaraJogja.id, di Rumah Tahfidz Tunarungu Darul A’Shom, Selasa (11/5/2021).
Lebih jauh sebelum ponpes ini berdiri, Ustaz Abu menceritakan bahwa sudah lebih dari 11 tahun rencana mengurus anak-anak tunarungu itu muncul. Bukan tanpa alasan, ia merasa resah dengan sejumlah anak tunarungu dengan pemahaman agama yang ternyata masih sangat minim.
Pertemuan dengan dua orang anak tunarungu di Jakarta beberapa tahun silam itu seolah menjadi pengetuk pintu hati Ustaz Abu untuk melakukan sesuatu. Benar saja, kedua anak tunarungu itu lantas diajak oleh dia menuju pondok pesantren tempatnya mengajar dulu yang berada di Bandung.
Dari situ, interaksi antara Ustaz Abu dan anak-anak tunarungu mulai terbangun. Pada awalnya memang ia tidak langsung mengarahkan anak-anak tunarungu itu untuk mengenal agama.
"Waktu itu dibawa ke pondok dulu untuk latihan olahraga dan sebagainya. Hingga akhirnya terus menerus berinteraksi satu sama lain," tuturnya.
Baca Juga: Disuntik Vaksin, Bupati Rembang Abdul Hafidz: Lebih Sakit Ditampar Istri
Komunikasi yang mulai terbentuk itu menjadi bahan pelajaran juga oleh Ustaz Abu untuk mulai memperdalam bahasa isyarat. Tujuannya agar mereka bisa saling memahami satu sama lain dengan baik.
Berita Terkait
-
Tersisa 5 Pekan, Berikut Daftar Tim BRI Liga 1 2024/2025 yang Terancam Degradasi
-
Hasil BRI Liga 1: Momen Pulang ke Rumah, PSS Sleman Malah Dihajar Dewa United
-
BRI Liga 1: Hadapi Dewa United FC, PSS Sleman Bawa Misi Selamatkan Diri
-
Hasil BRI Liga 1: Dipecundangi PSBS Biak, PSS Sleman Terbenam di Dasar Klasemen
-
Masjid Agung Sleman: Pusat Ibadah, Kajian, dan Kemakmuran Umat
Tag
Terpopuler
- Advokat Hotma Sitompul Meninggal Dunia di RSCM
- Hotma Sitompul Wafat, Pengakuan Bams eks Samsons soal Skandal Ayah Sambung dan Mantan Istri Disorot
- 10 HP Midrange Terkencang Versi AnTuTu Maret 2025: Xiaomi Nomor 1, Dimensity Unggul
- 6 Rekomendasi Parfum Indomaret Wangi Mewah Harga Murah
- Pemutihan Pajak Kendaraan Jatim 2025 Kapan Dibuka? Jangan sampai Ketinggalan, Cek Jadwalnya!
Pilihan
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB Terbaik April 2025
-
Hasil BRI Liga 1: Comeback Sempurna, Persib Bandung Diambang Juara
-
RESMI! Stadion Bertuah Timnas Indonesia Ini Jadi Venue Piala AFF U-23 2025
-
Jenazah Anak Kami Tak Bisa Pulang: Jerit Keluarga Ikhwan Warga Bekasi yang Tewas di Kamboja
-
6 Rekomendasi HP Murah dengan NFC Terbaik April 2025, Praktis dan Multifungsi
Terkini
-
Kisah Udin Si Tukang Cukur di Bawah Beringin Alun-Alun Utara: Rezeki Tak Pernah Salah Alamat
-
Dari Batu Akik hingga Go Internasional: Kisah UMKM Perempuan Ini Dibantu BRI
-
Pertegas Gerakan Merdeka Sampah, Pemkot Jogja Bakal Siapkan Satu Gerobak Tiap RW
-
Lagi-lagi Lurah di Sleman Tersandung Kasus Mafia Tanah, Sri Sultan HB X Sebut Tak Pernah Beri Izin
-
Rendang Hajatan Jadi Petaka di Klaten, Ahli Pangan UGM Bongkar Masalah Utama di Dapur Selamatan