"Memang awalnya saya bisa bahasa isyarat pun dari mereka [anak-anak tunarungu]. Akhirnya setelah sering berinteraksi kurang lebih sebulan kemudian sudah bisa bahasa isyarat. Bulan kedua saya sudah mengadakan pengajian rutin di rumah setiap minggu," ungkapnya.
Ustaz Abu mengatakan seiring berjalannya waktu ia mulai menyadari bahwa anak-anak tunarungu itu sudah masuk ke dalam usia dewasa. Sehingga muncul pemikiran, alangkah lebih baik jika anak-anak tunarungu di usia mudah sudah mendapat pendidikan agama itu lebih awal.
"Memang di sekolah-sekolah pun diajarkan kurikulum itu tapi tidak sampai ke mereka sebab bukan menggunakan bahasa isyarat. Terbatas sekali bisa dipahami," ujarnya.
Singkatnya, Ustaz Abu yang kebetulan sedang menghadiri banyak kegiatan di Yogyakarta dan Semarang mencetuskan ide untuk membuat pondok pesantren bagi anak-anak khusus tunarungu.
Baca Juga: Kisah Warga Lapas Cebongan Mencari Tuhan, 4 Bulan Mualaf Ingin Jadi Hafidz
Dengan mencari rumah kontrakan yang gunakan sebagai tempat ponpes tersebut, hingga akhirnya ada seorang teman yang meminjamkan rukonya di kawasan Bantul. Belum banyak memang saat itu santri yang tergabung dalam ponpes.
"Saya pakai [ruko itu] hingga enam bulan, dengan sudah ada 15 orang [yang tergabung dalam ponpes itu], dua orang perempuan dan 13 laki-laki," terangnya.
Disebutkan Ustaz Abu, semakin lama ternyata semakin banyak orang yang mengetahui tentang keberadaan ponpes tersebut. Hingga kemarin saat bulan ramadhan tiba banyak orang yang mencari tahu lebih lanjut.
"Alhamdulillah dari rentan waktu 1,5 tahun ini anak kami sudah 59 orang. Sekarang lagi liburan tersisa 9 orang yang masih di pondok. Ditambah masih ada 28 orang yang mendaftar baru. Sehingga jika dijumlahkan sudah sekitar 80an orang," jelasnya.
Semakin bertambahnya santri membuat tempat awal yang berada di Bantul juga semakin sesak. Maka dari itu diputuskan empat bulan yang lalu ponpes tersebut berpindah ke Sleman atau tempat yang sekarang ini ditempati.
Baca Juga: Disuntik Vaksin, Bupati Rembang Abdul Hafidz: Lebih Sakit Ditampar Istri
"Akhirnya ada kontrakan dua rumah di Sleman, dan berbuah dua rumah yang dihibahkan oleh sang pemilik rumah kontrakan untuk digunakan. Ada 3 rumah di sini [Depok] dan 1 di Kalasan itu untuk 13 tahun ke atas yang laki-laki," ucapnya.
Berita Terkait
-
Hasil BRI Liga 1: Dipecundangi PSBS Biak, PSS Sleman Terbenam di Dasar Klasemen
-
Masjid Agung Sleman: Pusat Ibadah, Kajian, dan Kemakmuran Umat
-
Libur Singkat, Ini Momen Bek PSS Sleman Abduh Lestaluhu Rayakan Idulfitri Bersama Keluarga
-
Gustavo Tocantins Beri Sinyal Positif, PSS Sleman Mampu Bertahan di Liga 1?
-
Dibayangi Degradasi, Pieter Huistra Bisa Selamatkan Nasib PSS Sleman?
Tag
Terpopuler
- Marselino Ferdinan Dicoret Patrick Kluivert! Ini 3 Calon Penggantinya di Timnas Indonesia
- 17 HP Xiaomi Ini Tidak Didukung HyperOS 2.1, Ada Perangkatmu?
- Sebut Pegawai Luhut Sosok Asli di Foto Ijazah UGM, Roy Suryo: Saya Pastikan 99,9 Persen Bukan Jokowi
- 8 Kode Redeem FF Hari Ini 14 April 2025 Masih Aktif Siap Dipakai, Klaim Sekarang!
- Ini Syarat Pemutihan Pajak Kendaraan 2025, Warga Jateng Siap-siap Bebas Denda!
Pilihan
-
Gaikindo Peringatkan Prabowo soal TKDN: Kita Tak Ingin Industri Otomotif Indonesia Ambruk!
-
Piala Dunia U-17 2025: Perlunya Tambahan Pemain Diaspora di Timnas Indonesia U-17
-
Perhatian! Harga Logam Mulia Diprediksi Akan Terus Alami Kenaikan
-
Baru Masuk Indonesia, Xpeng Diramalkan Segera Gulung Tikar
-
Profil Helmy Yahya yang Ditunjuk Dedi Mulyadi jadi Komisaris Independen Bank BJB
Terkini
-
Omzet Ratusan Juta dari Usaha Sederhana Kisah Sukses Purna PMI di Godean Ini Bikin Menteri Terinspirasi
-
Waspada Jebakan Kerja di Luar Negeri, Menteri Ungkap Modus PMI Unprosedural Incar Anak Muda
-
Dana Hibah Pariwisata Sleman Dikorupsi? Bupati Harda Kiswaya Beri Klarifikasi Usai Diperiksa Kejari
-
Empat Kali Lurah di Sleman Tersandung Kasus Tanah Kas Desa, Pengawasan Makin Diperketat
-
Guru Besar UGM: Hapus Kuota Impor AS? Petani Lokal Bisa Mati Kutu