SuaraJogja.id - Kasus stunting di Kabupaten Bantul pada tahun 2021 meningkat cukup signifikan. Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul tak menampik kenaikan kasus ini disebabkan karena faktor pandemi Covid-19.
Bupati Bantul Abdul Halim Muslih menjelaskan, pada 2020 lalu Pemkab mencatat terdapat sekitar 1.850 bayi yang mengalami stunting, atau kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang pada 1.000 hari pertama.
"Tahun 2020 terjadi 1.850-an bayi stunting. Angka itu termasuk besar. Karenanya, perlu dilakukan langkah yang lebih sistematis, memadukan antar Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Karena OPD memiliki karakter program dan kegiatan yang bisa menanggulangi stunting. Tidak mungkin penanggulangan stunting dibebankan ke Dinkes saja," jelas Halim saat membuka kegiatan Rembug Stunting Kabupaten Bantul di Kompleks Kantor Pemkab Bantul, Rabu (16/6/2021).
Halim menuturkan, banyak faktor yang menyebabkan angka kasus stunting di Bantul bertambah, selain karena adanya pandemi Covid-19, pernikahan dini juga harus diantisipasi.
Baca Juga: Hingga Pertengahan Juni, Bantul Masuk dalam Zona Risiko Tinggi Penyebaran Covid-19
"Pernikahan dini harus dihindari, karena ada Undang-Undang mengenai pernikahan. Kedua persiapan generasi yang belum matang secara biologis dan psikologis. Ini juga berpengaruh pada anak yang akan dilahirkan. Ini perlu sosialisasi dan penyadaran masyarakat," jelas Halim.
Terpisah, Kepala Dinkes Bantul, Agus Budi Raharja mengaku bahwa sejak 2016-2019 kasus stunting selalu turun. Mulai dari angka 10,98 persen (2016) turun menjadi 7,73 persen (2019).
"Pada 2020 itu naik lagi hingga 9,74 persen dengan jumlah sekitar 1.850-an kasus," kata Agus ditemui di Kantor Kompleks Pemkab Bantul.
Agus menjelaskan pada 2021 hingga Februari lalu terjadi kenaikan hingga 10,6 persen. Sehingga ini harus menjadi perhatian serius oleh Pemkab Bantul.
"Ini menjadi warning, karena mungkin implikasi dari pandemi, salah satunya terkait dengan angka stunting yang merangkak naik. Rembug stunting menjadi penting. Kami coba intervensi dengan komprehensif, agar itu bisa terjadi penurunan," katanya.
Baca Juga: Pedagang Rasakan Efek Demam Usai Divaksin AstraZeneca, Begini Kata Dinkes Bantul
Faktor gizi makanan, kata Agus menjadi salah satu yang menjadi penyebab dari meningkatnya kasus stunting tersebut.
Berita Terkait
-
Cegah Stunting Lewat Investasi Jangka Panjang
-
Telkom Kenalkan Aplikasi Stunting Hub untuk Pantau Kesehatan Gizi Anak Indonesia
-
Tekan Angka Stunting, KBF Indonesia Mulai Jalankan Makan Bergizi Gratis di Papua
-
Serius Atasi Stunting, Dinsos P3AP2KB Kabupaten Kudus Andalkan DMS Cazbox by Metranet
-
27 Persen Anak-anak di Marunda Darurat Stunting, BRI Life Gandeng Rumah Zakat Salurkan PMT
Terpopuler
- Dedi Mulyadi Syok, Bapak 11 Anak dengan Hidup Pas-pasan Tolak KB: Kan Nggak Mesti Begitu
- Baru Sekali Bela Timnas Indonesia, Dean James Dibidik Jawara Liga Champions
- JakOne Mobile Bank DKI Diserang Hacker? Ini Kata Stafsus Gubernur Jakarta
- Terungkap, Ini Alasan Ruben Onsu Rayakan Idul Fitri dengan "Keluarga" yang Tak Dikenal
- Review Pabrik Gula: Upgrade KKN di Desa Penari yang Melebihi Ekspektasi
Pilihan
-
Prabowo Percaya Diri Lawan Tarif Trump: Tidak Perlu Ada Rasa Kuatir!
-
Magisnya Syawalan Mangkunegaran: Tradisi yang Mengumpulkan Hati Keluarga dan Masyarakat
-
PT JMTO Bantah Abu Janda Jadi Komisaris, Kementerian BUMN Bungkam
-
Pantang Kalah! Ini Potensi Bencana Timnas Indonesia U-17 Jika Kalah Lawan Yaman
-
7 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan RAM 8 GB Terbaik April 2025
Terkini
-
Petani Jogja Dijamin Untung, Bulog Siap Serap Semua Gabah, Bahkan Setelah Target Tercapai
-
Guru Besar UGM Diduga Lecehkan Mahasiswa, Jabatan Dicopot, Status Kepegawaian Terancam
-
Kualitas dan Quality Control Jadi Andalan UMKM Gelap Ruang Jiwa dalam Sediakan Produk
-
Update Tol Jogja-Solo usai Lebaran: Pilar Tol Mulai 'Nampak', Tapi Pembebasan Lahan Masih Jadi PR
-
Jadi Binaan BRI, UMKM Unici Songket Silungkang Mampu Tingkatkan Skala Bisnis