SuaraJogja.id - Pandemi Covid-19 yang belum usai ditambah dengan adanya PPKM Darurat memberi dampak yang sangat besar bagi para pekerja informal di DIY. Salah satu pekerja informal yang terdampak adalah kusir andong.
Penutupan akses di sejumlah tempat wisata yang menjadi tempat dimana sejumlah kusir andong mencari nafkah semakin mempersulit keadaan tersebut. Tidak sedikit akhirnya kusir andong yang memutuskan mencari peruntungan lain.
Ketua Paguyuban Kusir Andong DIY Purwanto mengatakan berdasarkan data yang dimiliknya sejak pandemi Covid-19 jumlah anggota yang tergabung di Paguyuban Kusir Andong DIY terus berkurang secara signifikan.
Jika pada enam tahun silam anggota aktif paguyuban yang tercatat ada sebanyak 536 orang. Semenjak pandemi Covid-19 pada 2020 lalu berkurang menjadi 474 orang saja.
"Terakhir dua bulan yang lalu, kita data tinggal 385 orang saja yang masih aktif. Anggota kita masih 470an," kata Purwanto saat dihubungi awak media, Selasa (13/7/2021).
Purwanto tidak menampik bahwa banyak kusir yang sudah memilih untuk menjual kuda miliknya. Tak hanya itu saja, andong atau kereta kuda yang ada pun turut dijual untuk bertahan hidup.
"Iya ini ibaratnya memang kuda makan kuda. Ada yang tidak bisa membeli makan akhirnya jual kuda untuk membeli makan kuda," tuturnya.
Disebutkan Purwanto, tidak banyak hal yang bisa dilakukan oleh para kusir andong di masa sekarang ini. Selain menjual kuda dan andongnya, mereka juga hanya bisa mengandalkan tabungan saja.
Namun untungnya, pangsa pasar untuk penjualan kuda masih cukup luas. Termasuk sejumlah wilayah di luar Yogyakarta.
Baca Juga: Naik 1000 Kasus, Kasus Covid-19 di DIY Hari Ini Pecah Rekor 2731 Kasus
Purwanto mengatakan satu ekor kuda sandelwood yang berukuran kecil saja bisa menyentuh harga Rp. 15 juta. Sedangkan untuk peranakan mencapai Rp. 20-25 juta per ekor belum indukan besar yang tembus Rp. 40-50 juta per ekor.
"Nah kalau andong itu biasanya dijual ke orang yang punya rumah besar atau hotel untuk dipajang gitu. Kisarannya bisa Rp.40 juta tapi pasarnya memang lebih sedikit daripada kuda," terangnya.
Kendati nominal dari penjualan kuda dan andong itu tergolong cukup besar, kata Purwanto, uang itu bakal terpakai dengan banyak juga. Selain untuk menghidupi keluarga juga digunakan mengurus kuda-kuda ternak lainnya.
"Dipelihara itu untuk narik lagi besok. Kalau tidak dipelihara, tidak dikasih makan mati, besok mau beli kuda pasti mahal kan," ucapnya.
Bantuan pemerintah belum terasa
Purwanto menilai bantuan dari pemerintah kepada pekerja informal khusus kusir andong di DIY masih belum tersampaikan. Padahal sudah bukan pertama kali pihaknya mengajukan untuk mendapat bantuan.
Berita Terkait
-
Jembatan Pleret di Boyolali Ambrol, Akses Warga Nogosari-Andong Terputus
-
Imbas Pandemi, Pendapatan Tukang Becak dan Kusir Andong Malioboro Menurun
-
Keliling Naik Andong di Malioboro, Perhatikan Protokoler Kesehatan Ini Ya
-
Andong Malioboro Ikut Cegah Covid-19, Kusir dan Penumpang Disekat
-
Curhat Kusir Andong Malioboro di Saat Pandemi, Sehari Cuma Dapat Rp60 Ribu
Terpopuler
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Calon Pelatih Indonesia John Herdman Ngaku Dapat Tawaran Timnas tapi Harus Izin Istri
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
Pilihan
-
CERPEN: Liak
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
Terkini
-
BRI Perkuat Pemerataan Ekonomi Lewat AgenBRILink di Perbatasan, Seperti Muhammad Yusuf di Sebatik
-
Liburan Akhir Tahun di Jogja? Ini 5 Surga Mie Ayam yang Wajib Masuk Daftar Kulineranmu!
-
Jelang Libur Nataru, Pemkab Sleman Pastikan Stok dan Harga Pangan Masih Terkendali
-
Waduh! Ratusan Kilometer Jalan di Sleman Masih Rusak Ringan hingga Berat
-
Dishub Sleman Sikat Jip Wisata Merapi: 21 Armada Dilarang Angkut Turis Sebelum Diperbaiki