SuaraJogja.id - Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mendapat aduan dari masyarakat soal pemulasaraan jenazah pasien Covid-19 yang dinilai belum sesuai syariat Islam. Oleh karenanya, sebanyak 39 relawan dari berbagai daerah di DIY telah mendapatkan pelatihan dan siap terjun ke masyarakat.
Wakil Rais Syuriah PWNU DIY H Hilmy Muhammad mengatakan, peningkatan kasus positif dan juga meninggal dunia akibat Covid-19 membuat petugas pemulasaraan kewalahan. Dampaknya, ada prosedur pemulasaraan, termasuk dari sisi agama yang kemudian kurang tepat dan baik.
"Dalam beberapa kali kesempatan, saya mendapat keluhan dari masyarakat yang anggota keluarganya dimakamkan dengan protokol Covid-19," kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima SuaraJogja.id, Kamis (5/8/2021).
Keluhan yang ia terima yakni, jenazah tidak boleh diambil, padahal hasil tes menunjukkan negatif Covid-19. Tak hanya itu, keraguan pihak keluarga korban terkait dengan pemulasaraan apakah sudah sesuai syariat Islam.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Terus Meningkat, Dinkes Jogja Kesulitan Rekrut Nakes
“Keresahan ini harus kami jawab. MUI dan NU sudah membuat prosedur pemulasaraan jenazah, tetapi seringkali tidak dilaksanakan secara benar. Alasannya adalah darurat dan banyaknya jenazah yang harus diurus,” terangnya.
Gus Hilmy, panggilannya, juga sudah menyampaikan teguran kepada Kementerian Agama (Kemenag) RI atas perlakuan rumah sakit kepada jenazah. Ia mempertanyakan pengawasan Kemenag RI dalam pengawasan pemulasaraan sesuai prosedur Islam.
“Sayangnya tidak ada pengawasan itu. Kalau tidak bisa menangani sendiri, pemerintah semestinya menginisiasi dan mengajak kerja sama dengan berbagai lembaga yang kompeten. Jangan justru merasa mampu menangani sendiri padahal kewalahan," ujar dia.
Menurutnya, Lembaga Layanan Sosial Husnul Khotimah NU DIY melatih tim untuk menjadi relawan pemulasaraan dengan protokol Covid-19. Upaya penambahan relawan dari PWNU DIY ini lantaran kebutuhan yang mendesak.
Terlebih kasus kematian beberapa hari belakangan mencapai puluhan per hari. Dalam beberapa kasus, terjadi gejolak antar masyarakat terkait proses pemulasaraan.
Baca Juga: Tiga Warga Jember Perusak Ambulans Pengantar Jenazah Covid-19 Ditetapkan Tersangka
“Banyaknya penolakan soal pemulasaraan yang terjadi di daerah-daerah, mengharuskan pendekatan ala santri. Kami ingin pendekatan penanganan jenazah ini tidak hanya perspektif kesehatan semata, tapi juga berperspektif agama dan budaya,” ungkap Hilmy yang juga anggota DPD RI itu.
Terpopuler
- Sekantong Uang dari Indonesia, Pemain Keturunan: Hati Saya Bilang Iya, tapi...
- Agama Titiek Puspa: Dulu, Sekarang, dan Perjalanan Spiritualnya
- Lisa Mariana Ngemis Tes DNA, Denise Chariesta Sebut Tak Ada Otak dan Harga Diri
- 6 Perangkat Xiaomi Siap Cicipi HyperOS 2.2, Bawa Fitur Kamera Baru dan AI Cerdas
- Kang Dedi Mulyadi Liburkan PKL di Bandung Sebulan dengan Bayaran Berlipat
Pilihan
-
Profil CV Sentosa Seal Surabaya, Pabrik Diduga Tahan Ijazah Karyawan Hingga Resign
-
BMKG Bantah Ada Anomali Seismik di Bogor Menyusul Gempa Merusak 10 April Kemarin
-
6 Rekomendasi HP Rp 4 Jutaan Terbaik April 2025, Kamera dan Performa Handal
-
5 Rekomendasi HP Rp 2 Jutaan Snapdragon, Performa Handal Terbaik April 2025
-
Hasil BRI Liga 1: Diwarnai Parade Gol Indah, Borneo FC Tahan Persib Bandung
Terkini
-
Maut di Jalan Wates: Ninja Hantam Tiang, Satu Nyawa Melayang
-
Jogja Diserbu 4,7 Juta Kendaraan Saat Lebaran, 9 Nyawa Melayang Akibat Kecelakaan
-
Malioboro Bau Pesing? Ide Pampers Kuda Mencuat, Antara Solusi atau Sekadar Wacana
-
BI Yogyakarta Catat Penurunan Drastis Peredaran Uang Tunai saat Lebaran, Tren Transaksi Berubah
-
Kantongi Lampu Hijau dari Pusat, Pemkab Sleman Tancap Gas Isi Kursi Kosong OPD