Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Senin, 09 Agustus 2021 | 17:06 WIB
toko di kawasan Malioboro dijual karena merugi, Senin (9/8/2021). [Kontributor / Putu Ayu Palupi]

SuaraJogja.id - PPKM yang masih saja diberlakukan di DIY membuat pemilik toko di kawasan Malioboro semakin merugi. Bagaimana tidak, pembatasan mobilitas masyarakat dan akses ke Malioboro sejajk 3 Juli 2021 lalu membuat toko-toko di kawasan utama Kota Yogyakarta itu sepi pembeli.

Sebut saja Sodikin, pemilik dua toko di Malioboro mengaku setiap hari sejak pemberlakuan PPKM di DIY tidak mendapatkan penghasilan yang memadai. Meski mulai membuka toko, tidak banyak pembeli yang datang.

"Saya punya dua toko di malioboro, satunya sehari dapat [penghasilan] Rp250 ribu, tapi satunya sama sekali tidak dapat apa-apa," ujarnya saat dikonfirmasi, Senin (09/08/2021).

Menurut Ketua 1 Perkumpulan Pengusaha Malioboro-Ahmad Yani (PPMAY) tersebut, dia mencoba menjual tokonya sebesar Rp 70 juta sampai Rp 100 juta per meter persegi. Namun hingga saat ini tidak ada pembeli yang tertarik meski dia sudah menurunkan harganya.

Baca Juga: Bantu Cukupi Ketersediaan Oksigen di Rumah Sakit, Polda DIY Salurkan 12 Ton Oksigen Cair

Penjualan toko terpaksa dilakukannya karena sejak pandemi COVID-19 di DIY pada awal 2020 lalu, omzetnya menurun. Namun dia masih bisa berjualan karena pembatasan mobilitas masyarakat tidak seketat sekarang.

Sebelum penerapan PPKM Darurat hingga Level 4, omzet yang didapatnya tinggal 10 persen dibandingkan sebelum pandemi. Namun pasca penerapan kebijakan tersebut, omzetnya tak lebih dari 1 persen.

Sodikin sebenarnya mendukung program pemerintah dalam memutus mata rantai penularan COVID-19 melalui PPKM. Namun dia berharap ada kebijakan yang tidak merugikan pelaku usaha di Malioboro.

"Tidak masalah ada ppkm, tapi kami sebagai pelaku usaha jangan dirugikan. Kami berharap ada solusi bagi pekerja dan pengusaha agar kami bisa bertahan di masa krisis pandemi ini," ungkapnya.

Karenanya diharapkan Pemerintah tidak terus memperpanjang PPKM. Hal ini penting agar pelaku tidak menjual tokonya karena tak mampu bertahan.

Baca Juga: Vaksinasi Bagi Santri di DIY Dimulai, Fahmi: Target Menyesuaikan Jumlah Nakes

"Selain saya ada pemilik toko yang menjual tokonya di malioboro saat ini karena tidak ada penghasilan sama sekali," imbuhnya.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

Load More