SuaraJogja.id - Menyedihkan, nasib yang dialami oleh tiga bocah asal Padukuhan Sawahan 1, Kalurahan Bleberan, Kapanewon Playen Gunungkidul. Di usia yang masih kecil Nizan (9), Nina (4) dan Nisa (2) harus berpisah dengan ibu mereka, Nimas Sari (27). Ibu tiga bocah ini meninggal dunia karena keguguran sebelum akhirnya divonis Covid-19.
Hidup mereka semakin memprihatinkan pasalnya bapak mereka, Iswanto (30) sehari-hari hanya bekerja sebagai pemulung. Penghasilannya belum tentu cukup untuk memenuhi kebutugan mereka bertiga apalagi untuk membayar gaji seorang pengasuh.
Di rumahnya semi permanen ukuran 5x6 meter berlantai tanah dan menempel rumah kakek-nenek mereka, ketiga bocah ini tinggal. Mereka kini diasuh oleh kakek neneknya ketika ditinggal bapaknya memulung sampah di Kota Yogyakarta.
Kakak Nimas, Andika menuturkan, Nimas meninggal pada hari Senin (9/8/2021). Adik wanitanya tersebut meninggal karena keguguran usai kandungannya yang berusia 4 bulan mengalami kontraksi sehingga pendarahan. Saat itu, ia dan istrinya tidak mengetahui jika hamil.
"Adik saya itu sudah KB spiral. Tiap hari keputihan. Jadi tidak tahu kalau hamil,"tutur Andika, Jumat (13/8/2021).
Pekan lalu, Adiknya mengalamj pendarahan dan dibawa ke sebuah klinik di Gunungkidul. Nimas langsung mendapatkan penanganan dan hanya rawat jalan. Namun Senin pagi, Nimas kembali mengalami pendarahan dan langsung dibawa ke sebuah rumah sakit bersalin terkenal di Kabupaten Sleman.
Namun rumah sakit bersalin tersebut penuh dan akhirnya dibawa ke rumah sakit lain. Di rumah sakit tersebut harus mengikuti prosedur covid lebih dulu, baru bisa dapat perawatan. Namun Nimas tiba-tiba meninggal di UGD dan belum di kamar perawatan.
"Nimas belum di Swab, baru diisolasi,"tambahnya.
Pihaknya mendapat surat kematian dari pihak rumah sakit dan dalam surat tersebut berisi penyebab kematian karena Covid-19. Iapun pasrah dengan kenyataan Nimas meninggal karena covid-19 meskipun sebelumnya karena karena keguguran.
Baca Juga: Gunungkidul Diguncang 10 Kali Gempa, Tak Ada Warga yang Merasakan
Ia hanya pasrah dengan nasib ketiga anak yang ditinggalkan Nimas nanti karena sehari-sehari bapaknya hanya bekerja sebagai pemulung. Dalam sehari pendapatannya tidak menentu namun rata-rata sekitar Rp50.000.
Awalnya keluarga kecil ini mengontrak sebuah kamar di Pasar Gendeng Prambanan. Selain di rumah kontrakan mereka, keluarga ini juga sering tinggal di Padukuhan Sawahan I. Karena lelaki ini juga telah mendirikan rumah semi permanen menempel dengan rumah orangtua Iswanto.
Andika menuturkan, keluarga Iswanto selama ini belum pernah mendapat bantuan dari pemerintah baik PKH ataupun BST. Sehingga Andika berharap dengan musibah ini, keluarga adiknya akan mendapatkan bantuan dari pemerintah karena memang benar-benar orang yang tidak punya.
"Tapi sayangnya dua anak terakhir belum dimasukkan ke Kartu Keluarga (KK). Karena awalnya khawatir biaya sekolah,"tuturnya.
Kontributor : Julianto
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Tinggal Jay Idzes, Mohon Maaf Pintu Klub Sudah Ditutup
- Resmi! Thijs Dallinga Pemain Termahal Timnas Indonesia 1 Detik Usai Naturalisasi
- Makin Menguat, Striker Cetak 3 Gol di Serie A Liga Italia Dinaturalisasi Bersama Mauro Zijlstra
- Thijs Dallinga Ogah Bahas Peluang Bela Belanda, Sepakat Perkuat Timnas Indonesia?
- 1 Detik Naturalisasi 9 Pemain Keturunan Ini Harga Pasaran Timnas Indonesia Tembus Rp 1 Triliunan!
Pilihan
-
3 Film Jadi Simbol Perlawanan Terhadap Negara: Lebih dari Sekadar Hiburan
-
OJK Beberkan Fintech Penyumbang Terbanyak Pengaduan Debt Collector Galak
-
Tarif Trump 19% Berlaku 7 Agustus, RI & Thailand Kena 'Diskon' Sama, Singapura Paling Murah!
-
Pemerintah Dunia dan Tenryuubito: Antagonis One Piece yang Pungut Pajak Seenaknya
-
Persija Jakarta Bisa Lampaui Persib di Super League 2025/2026? Eks MU Beri Tanggapan
Terkini
-
Target PAD Pariwisata Bantul Terlalu Ambisius? Ini Strategi Dinas untuk Mengejarnya
-
Marak Pembangunan Abaikan Lingkungan, Lanskap Ekosistem DIY Kian Terancam
-
Status Kedaruratan Ditingkatkan Pasca Kasus Leptospirosis, Pemkot Jogja Sediakan Pemeriksaan Gratis
-
Bosan Kerja Kantoran? Pemuda Ini Buktikan Keripik Pisang Bisa Jadi Bisnis Menguntungkan di Kulon Progo
-
PSBS Biak 'Kuasai' Maguwoharjo, Pemkab Sleman Beri Lampu Hijau, Bagaimana Nasib PSIM?