Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Rahmat jiwandono
Jum'at, 13 Agustus 2021 | 16:46 WIB
Ilustrasi--pemulasaraan jenazah yang dilaksanakan di Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara. (Antara)

SuaraJogja.id - Jumlah relawan perempuan yang bersedia melakukan pemulasaraan terhadap jenazah perempuan yang meninggal karena Covid-19 masih minim. Atas dasar hal itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul melalui kader Srikandi Sehat ingin mengajak perempuan-perempuan di Bantul untuk turut melakukan pemulasaraan jenazah.

Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengatakan bahwa kader Srikandi Sehat punya jaringan yang merata di seluruh desa maupun dusun di Bantul.

Dengan begitu, jika ada perempuan yang meninggal akibat Covid-19, yang harus melakukan pemulasaraan bukan laki-laki.

"Kaum perempuan sendiri yang harus melakukan pemulasaraan jenazah perempuan yang sudah meninggal dunia. Secara agama Islam pun harus perempuan yang memandikan," jelas Halim, Jumat (13/8/2021).

Baca Juga: Ketersediaan Oksigen di Jogja Minim, Bantul Beli Generator Oksigen 300 Ribu Liter per Hari

Menurutnya, penyebab minimnya perempuan yang mau melakukan pemulasaraan jenazah pasien Covid-19 lantaran takut tertular.

Namun jika menggunakan alat pelindung diri (APD) dengan benar maka tidak akan terpapar virus corona.

"Kalau di masyarakat kan masih sedikit orang yang melakukan pemulasaraan jenazah perempuan. Apalagi ini jenazah infeksius maka perlu penanganan khusus, salah satunya pakai APD," kata dia.

Diakuinya, sampai saat ini masih ditemui kesulitan-kesulitan di masyarakat terkait siapa yang memandikan jenazah itu. Banyak warga yang belum siap. Untuk itu, pihaknya memberi bimbingan teknis (bimtek) pemulasaraan jenazah infeksius.

"Hari ini kami beri bimtek kepada perwakilan Srikandi Sehat dari kapanewon dan kalurahan tentang pemulasaraan jenazah infeksius. Harapannya setelah mendapat bimtek, mereka bisa memimpin pemulasaraan di daerahnya masing-masing," ujarnya.

Baca Juga: Urus Pemulasaraan Jenazah Covid-19, Kec. Kembangan Bentuk Tim Palang Oranye

Selain itu, ada pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri (isoman) yang luput dari pemantauan akhirnya ditemukan meninggal dunia. Padahal jenazahnya harus segera dikubur.

Namun, proses penyucian jenazah terhambat minimnya tenaga yang melakukan rukti hingga pemulasaraan.

"Kondisi ini membuat warga harus ikut membantu rukti dan pemulasaraan guna meringankan tugas Satgas Covid-19 atau pun relawan," katanya.

Halim menekankan, sebagai orang yang beragama apapun punya tanggung jawab untuk menyelesaikan pemulasaraan sampai ke liang kubur.

Ia mencontohkan, dalam agama Islam ada istilah fardhu kifayah yakni kewajiban yang dibebakan oleh agama kepada seluruh warga umat Muslim yang ada di suatu tempat.

"Jika semuanya ini tidak melakukan pemulasaraan jenazah maka semuanya berdosa. Tetapi kalau ada satu atau beberapa orang yang melakukannya maka dia sudah mewakili jemaah/komunitas menggugurkan kewajiban itu," ungkapnya.

Load More