Scroll untuk membaca artikel
Eleonora PEW | Muhammad Ilham Baktora
Jum'at, 03 September 2021 | 16:54 WIB
Menko Bidang PMK Muhadjir Effendy memberi keterangan pada wartawan usai meninjau screening TBC di Kampung Karanganyar, Brontokusuman, Mergangsan, Kota Jogja, Jumat (3/9/2021). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

SuaraJogja.id - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy Menyebut bahwa kasus Tubercolosis (TBC) di Indonesia cukup tinggi. Indonesia berada di peringkat dua di bawah India berdasarkan angka tertinggi kasus TBC saat ini.

"Ya pokoknya saya minta semua waspada terutama wilayah-wilayah yang padat penduduk, sanitasi buruk dan akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan rendah," terang Muhadjir, ditemui wartawan saat meninjau screening TBC warga Kampung Karanganyar, Brontokusuman, Mergangsan, Kota Jogja, Jumat (3/9/2021).

Menurutny,a lingkungan itu harus diwaspadai karena kemungkinan terjadinya perkembangbiakan penyakit TBC cukup besar.

Muhadjir mengatakan bahwa sampai saat ini jumlah kasus TBC di Indonesia mencapai 860 ribu. Jumlah itu adalah yang teridentifikasi.

Baca Juga: Kisah Penyintas TBC, Putuskan Keluar dari ASN Kini Jadi Produsen Wayang Karton

"Nah ada 45-47 persen warga Indonesia yang belum teridentifikasi apakah memang memiliki penyakit itu (TBC) atau tidak," terang dia.

Dengan demikian, kata Muhadjir, sangat penting dilakukan screening kepada warga yang terindikasi TBC. Pasalnya, jika satu orang dinyatakan mengalami TBC, bisa jadi keluarga atau lingkungan sekitar terjangkit penyakit yang sama.

"Ini gejalanya mirip juga gejala Covid-19. Ada yang OTG (tidak bergejala), jadi karena adanya tracing begini, itu bisa menjadi bisa lebih tahu secara persis karena bisa termasuk mereka yang tidak bergejala bisa terpapar," kata dia.

Adanya mobile screening milik Zero TB Jogja, bekerja sama dengan Pemkot Yogyakarta, dianggap sebagai salah satu solusi untuk mengetahui dan menekan warga yang terjangkit TBC. Muhadjir nantinya akan mempelajari agar bisa diaplikasikan di wilayah lain.

"Ya itu nanti akan saya minta dipelajari dari Deputi 3 yang menangani bidang kesehatan. Nanti juga insyaallah kita bicarakan Kemenkes yang kementerian teknis yang berada di Kementerian PMK," kata dia.

Baca Juga: Tidak Hanya Covid-19, Dokter Paru Indonesia Juga Soroti Kasus TBC yang Tinggi

Menurutnya, mobile screening TBC ini sangat efisien dan pasien bisa mengetahui kondisi paru-parunya.

Tak sampai 10 detik, hasil rontgen bisa keluar dan bisa diketahui apakah kondisi paru mengarah ke TBC atau tidak.

"Ketika saya diperiksa di dalam mobil ternyata monitor di luar dokter sudah bisa tahu kondisi (paru-paru) saya, sehingga ketika turun dari mobil sudah diberi tahu kondisi paru-paru saya. Ini suatu hal yang sangat praktis dan saya kira biaya lebih murah dibanding rontgen yang konvensional," kata dia.

Terpisah, Direktur Zero TB Jogja dr Rini Triarsih mengatakan, screening yang dilakukan oleh mobile health itu kata Rini untuk mencari tahu dugaan warga terindikasi TBC atau tidak.

Teknologi yang disematkan juga sudah berbasis Artificial Intellegent (AI).

"Jadi ini hanya untuk mencari tahu apakah memang ada arah warga ini mengalami TBC dilihat dari bentuk rontgen (paru-parunya). Jadi ini juga untuk meminimalisasi ketidaksetujuan antara dokter terhadap pembacaan Rontgen, karena interpretasi tiap dokter itu untuk membaca Rontgen sangat subjektif. Maka adanya AI ini membantu para dokter," katanya.

Load More