SuaraJogja.id - Sebuah video mengenai seorang kakek yang hidup sebatang kara dalam gubug dan disebut tak mendapat bantuan dari pemerintah viral di media sosial.
Dalam video yang diunggah akun Inem tersebut diungkapkan bahwa sang kakek tinggal sendirian di dalam gubug yang terbuat dari pohon-pohon. Kakek itu hidup memprihatinkan tanpa bantuan pemerintah.
"Hai gaes, jangan di skip dulu yaAku mau kasih info nih
Ada seorang lansia yang tinggal sebatang kara di dalam Gubug
Ini gubug dibuat dari pohon-pohon, beliau sendiri yang bikin".
"Beliau ini sedang sedih karena sudah lama banget tidak ketemu anaknya
Beliau tinggal di rumah memprihatinkan dan tidak ada bantuan pemerintah sama sekali
Tidak ada kasur, tidak ada bantal, tidak ada sedikitpun perabotan yang bisa beliau gunakan".
Baca Juga: Tinggal di Kandang Sapi, Pasutri di Gunungkidul Dibantu Bripka Oktaviani Beli Tanah
"Beliau tidur hanya menggunakan tikar. Lalu ini hanya terbuat dari pohon-pohon ya gaes
Jadi beliau ini usaha mencari pohon menggunakan tanah desa. Beliu tidak bisa mendapatkan bantuan karena beliau bukan asli orang sini. Beliau memiliki dua orang anak satu di Magelang dan satu di Banyuwangi, namanya pujiastuti sama pujiyantoro. Nah mbak puji mas supri, niki bapake kangen sudah puluhan tahun mboten kepanggih.."
Itulah sebagian narasi yang dibuat oleh wanita dengan riasan ala Punokawan dalam akun TikTok @inem.
Belakangan video TikTok tersebut ramai mendapat komentar warganet bahkan banyak dibagikan melalui akun media sosial lain seperti akun facebook Info Cegatan Gunungkidul dan instagram @magelangzone.
Dalam postingan tersebut kakek yang hidup sebatang kara tersebut mengaku berada di Padukuhan Pringsanggar Kalurahan Purwodadi Kapanewon Tepus Gunungkidul. Setelah ditelurusi, ternyata lelaki dalam video itu diketahui bernama Satiman, warga Padukuhan Winangun, Kalurahan Purwodadi, Kapanewon Tepus.
Menanggapi adanya video viral tersebut, Lurah Purwodadi Sugiyanto membantah keras apa yang ada dalam narasi video tersebut. Karena apa yang disampaikan tidak sesuai dengan fakta yang ada. Karena kenyatannýa, semua berkebalikan dengan yang disampaikan dalam video tersebut.
Baca Juga: Muncul Klaster Hajatan Saat Penerapan PPKM, Satu RT di Gunungkidul Masih Masuk Zona Merah
"Beliau itu pak Satiman, warga padukuhan Winangun. Cuma tinggal di tanah kas desa yang letaknya berbatasan antara Pringsanggar dan Winangun,"kata dia, Kamis (16/9/2021) petang.
Sebetulnya saat ini Satiman masih memiliki istri bernama Watiyem dengan status keluarga mendapatkan bantuan rutin sembako. Dan bahkan mendapat bantuan bedah rumah dari program Rumah Tapak Layak Huni (RTLH). Hanya saja Satiman pergi dari rumah tersebut karena terjadi perselisihan dengan istrinya.
"Istrinya sudah benar-benar tidak mau tinggal dengan Satiman,"ungkapnya.
Sebelum menikah dengan Watiyem, Satiman memang lama tinggal di Magelang dan memiliki istri serta dua orang anak. Tanpa alasan yang jelas, Satiman pulang ke Purwodadi dan menikah dengan seorang janda bernama Watiyem tersebut.
Carik Purwodadi, Menik menambahkan, usai cekcok dengan istrinya, Satiman pergi dari rumah dan tinggal dengan kerabatnya yang bersedia menampungnya. Namun selang beberapa waktu kemudian, terjadi perselisihan dengan pemilik rumah yang menampungnya.
Karena tidak ingin ketentraman warganya terganggu maka dukuh setempat membangunkan sebuah gubug (pondok) dibantu warga sekitar. Gubug tersebut berada di tanah kas Kalurahan dan yang memintakan ijin juga dukuh setempat.
"Kalau materialnya itu bantuan pak dukuh Winangun dan warga setempat. Jadi pemerintah dan warga sini tidak kurang-kurangnya membantu beliau. Itu narasi sangat memojokkan kami (pemerintah kalurahan) seolah-olah abai,"keluh dia.
Jika dikatakan anaknya tidak mengirim uang, ia membantahnya karena anaknya selalu rutin mengirimkan uang melalui anaknya yang lain yang tinggal di Nitikan Kapanewon Semanu. Menik juga menampik jika Satiman berpuluh-puluh tahun tidak bertemu anaknya.
Menik menyebut, bulan Juli lalu anaknya telah menemui Satiman. Anaknya memang belum kembali berkunjung menemui Satiman karena terkendala Pemberlakuan Pengetatan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di mana terjadi banyak penyekatan.
Kontributor : Julianto
Berita Terkait
-
Apa Itu Uranium? Firdaus Oiwobo Klaim Punya Gunung Uranium, Bisa Hidupi Masyarakat
-
Rocky Gerung Pertanyakan Mengapa Prabowo Puji Jokowi: Semua Paramater Memburuk
-
Foto Jadul Gibran Jadi Pembicara di Kampus Viral, Sabuk Mewahnya Punya Harga Fantastis?
-
Viral! Satu Keluarga Nekat Turun dari Mobil di Taman Safari, Samperi Hewan hingga Masuk ke Semak
-
Bukan buat Kaum Mendang-mending, Viral Harga Liang Lahat Pemakaman Al Azhar Memorial Garden Tembus Rp3 M
Tag
Terpopuler
- PIK Tutup Jalan Akses Warga Sejak 2015, Menteri Nusron: Tanya Maruarar Sirait
- Honda PCX Jadi Korban Curanmor, Sistem Keyless Dipertanyakan
- Lolly Banjir Air Mata Penuh Haru saat Bertemu Adik-adiknya Lagi: Setiap Tahun Saya Tidak Pernah Tahu...
- Ketajaman Jairo Beerens: Bisa Geser Posisi Romeny, Struick hingga Jens Raven
- Tangis Indro Warkop Pecah Dengar Ucapan Anak Bungsu Dono Soal HKI: Ayah Kirim Uang Sekolah Walau Sudah Tiada!
Pilihan
-
Akhiri Piala Asia U-20 2025: Prestasi Timnas Indonesia U-20 Anjlok Dibanding Era STY
-
Bak Bumi dan Langit! Indra Sjafri Redup, Dua Orang Indonesia Ini Bersinar di Piala Asia U-20 2025
-
Megawati Hangestri Cetak 12 Poin, AI Peppers Tekuk Red Sparks 3-0
-
Pekerjaan Terakhir Brian Yuliarto, Mendikti Saintek Baru dengan Kekayaan Rp18 M
-
Sanken Tutup Pabrik di RI Juni 2025
Terkini
-
Upaya Tekan Kasus Kemiskinan, Kulon Progo Luncurkan BPNT APBD 2025
-
Prabowo Bentuk Danantara, Tokoh Kritik Jokowi Jadi Dewas: 'Tuntut Diadili, Kok Jadi Pengawas?'
-
Cegah Antraks Masuk Bantul, Pasar Hewan dan Kandang Ternak Diawasi Ketat
-
Sita Kursi dan Meja, Satpol PP Tertibkan PKL Bandel di Kotabaru Yogyakarta
-
Tak Perlu Panik Buying jelang Ramadan, Harga Pangan di Kulon Progo Terkendali