SuaraJogja.id - Jumlah kasus Covid-19 di Kabupaten Sleman berangsur menurun. Tercatat hingga Senin (20/9/2021) ada total 691 kasus Covid-19.
Jumlah tersebut jauh lebih rendah bila dibanding jumlah kasus Agustus sebanyak 6.131 kasus dan pada Juli sebanyak 7.659 kasus aktif.
Kepala Dinas Kesehatan Sleman Cahya Purnama menuturkan, dari total 54.013 orang pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di Kabupaten Sleman, sebanyak 50.958 orang di antaranya dinyatakan sembuh. Sedangkan 2.364 orang meninggal dunia, sisanya masih dalam perawatan.
"Tingkat kesembuhan berada di angka 94,34%, lebih tinggi dari angka kesembuhan nasional," terangnya, Rabu (22/9/2021).
Ia mengatakan, merespon sudah menurunnya jumlah kasus Covid-19 harian di Sleman, Pemkab sudah mulai mengurangi kapasitas tempat tidur pasien di tiap rumah sakit.
Sebelumnya, setiap RS diwajibkan mengalokasikan 40% kuota tempat tidur (TT) mereka bagi pasien Covid-19. Misalnya, sebuah RS memiliki total tempat tidur 200 unit, maka 50 unit di antaranya diperuntukkan bagi pasien terkonfirmasi positif Covid-19.
Tetapi saat ini, setiap RS hanya diminta menyediakan sedikitnya 40 unit sampai 50 unit TT bagi pasien Covid-19. Baik itu RS reguler maupun RS rujukan Covid-19.
Dalam persentase, BOR untuk TT isolasi di RS se-Kabupaten Sleman sebesar 21,57% dan TT critical/ICU sebanyak 36,9%.
"Kapasitas total TT isolasi kami ada 677 TT, terisi 146. Kemudian untuk TT ICU, kami punya 119 unit terisi 44 TT," sebut dia.
Baca Juga: Bersiap Hadapi Gelombang Ke-3 Covid-19, Dinkes Sleman Minta Masyarakat Tak Kendor Prokes
Penuruna BOR ini menurut Cahya, begitu jauh dibanding sebelumnya. Bahkan pada Juli 2021 saat kasus sangat melonjak, tingkat keterisian TT di RS nyaris mencapai 100%.
"Rata-rata di atas 90 persen. Masyarakat sampai harus isoman di rumah kan, isolasi terpadu juga penuh," lanjut Cahya.
Selain mengurangi jumlah TT, pihaknya juga mengefektifkan dan mengefisiensi jumlah tenaga kesehatan yang bertugas di bangsal perawatan Covid-19.
Hal itu dilakukan, bertujuan agar jangan sampai jumlah tenaga kesehatan yang bertugas lebih banyak daripada jumlah pasien yang harus dijaga atau rawat.
"Itu kan tidak efektif dan tidak efisien," paparnya.
Kendati terjadi penurunan alokasi TT dan jumlah nakes yang bertugas di bangsal Covid-19, menurut Cahya turunnya kasus tidak sebanding dengan jumlah kematian. Dengan demikian, masyarakat harus tetap waspada.
Tag
Berita Terkait
-
Bertemu Menlu Inggris dan Saudi, Menteri Retno Paparkan Kasus Covid-19 di RI Melandai
-
Penambahan 192 Kasus Covid-19, 7 Daerah di Kaltim Ini Tak Sumbangkan Kasus Meninggal
-
Kasus Covid-19 di Bantul Menurun, Begini Rencana Pemkab Terkait Penutupan Shelter
-
Satgas Bandingkan Penurunan Kasus Covid-19 dengan Lonjakan di Selandia Baru
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Batik Malessa Mendapatkan Pendampingan dari BRI untuk Pembekalan Bisnis dan Siap Ekspor
-
Dukung Konektivitas Sumatra Barat, BRI Masuk Sindikasi Pembiayaan Flyover Sitinjau Lauik
-
Hidup dalam Bayang Kejang, Derita Panjang Penderita Epilepsi di Tengah Layanan Terbatas
-
Rayakan Tahun Baru di MORAZEN Yogyakarta, Jelajah Cita Rasa 4 Benua dalam Satu Malam
-
Derita Berubah Asa, Jembatan Kewek Ditutup Justru Jadi Berkah Ratusan Pedagang Menara Kopi