Scroll untuk membaca artikel
Eleonora PEW
Senin, 27 September 2021 | 17:06 WIB
Gedung BNI 1946 Titik Nol Kilometer Yogyakarta - (SUARA/Eleonora PEW)

SuaraJogja.id - Ada beberapa istilah khas Jogja yang tak jarang membuat wisatawan atau perantau baru garuk-garuk kepala kebingungan.

Terlebih, istilah khas Jogja ini umum digunakan dalam komunikasi sehari-hari, sehingga wajar jika diksi yang mereka gunakan sudah melekat menjadi kebiasaan.

Dikenal sebagai kota wisata, Jogja pun sering didatangi wisatawan dari luar daerah. Bukan cuma itu, sebagai kota pelajar, banyak pula perantau dari luar daerah yang tinggal di Jogja.

Bagi wisatawan yang hendak mengunjungi Jogja maupun perantau yang baru kali pertama tinggal di Jogja, tampaknya ada beberapa istilah khas Jogja yang perlu dipelajari dulu sebagai pengetahuan dasar untuk berinteraksi dengan orang Jogja.

Baca Juga: 7 Objek Wisata Jogja Uji Coba Dibuka Saat PPKM Level 3, Spot Lain Dilarang Curi Start

Apa saja istilah khas Jogja itu? Simak lima di antaranya berikut ini, seperti dirangkum Guideku.com--jaringan SuaraJogja.id:

1. Bangjo

Tanpa kalian sadari, jika sedang bertanya arah jalan kepada penduduk lokal, kamu akan mendengar kata "bangjo".

Sejumlah pesepeda melintasi kawasan Titik Nol Kilometer Kota Yogyakarta, Selasa (9/6/2020). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

Bangjo ini menggambarkan lampu APILL, yang biasa disebut orang Yogyakarta dengan bangjo, kependekan dari lampu abang-ijo atau merah-hijau.

2. Burjo

Baca Juga: Bank BPD DIY Kerja Sama Bareng BI dan Dispar Mudahkan Pembayaran Aplikasi Visiting Jogja

Selain bangjo, kalian pasti juga akan menemui kata "burjo". Ya, burjo ini merupakan sebuah singkatan dari bubur kacang hijau.

Namun di Jogja, burjo berarti sebuah warung dengan menu khas yang biasanya dikelola orang Kuningan. Bahkan, tak semua burjo di Jogja menjual bubur kacang hijau dan justru malah sudah pasti menjual menu mi instan. Meski begitu, sejak beberapa waktu lalu, burjo perlahan digeser dengan sebutan baru, yakni warmindo.

3. Shopping Centre

Suasana pasar buku Shopping Center di Yogyakarta, yang telah kembali beroperasi, Kamis (16/9/2021). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

Kali pertama mendengar kalimat Shopping Centre, kalian pasti membayangkan sebuah tempat penuh dengan pedagang batik dan oleh-oleh khas Jogja.

Eits jangan salah, Shopping Centre di Yogyakarta ini hanya menjual buku, novel, majalah, hingga koran. Nah, loh.

4. Singkatan nama daerah

Tak kalah unik, warga Jogja menyingkat nama-nama daerah, seperti contohnya untuk nama jalan di Yogyakarta. Jamal, misalnya, adalah singkatan dari Jalan Magelang, dan Jakal adalah singkatan Jalan Kaliurang.

Selain nama jalan, tak sedikit juga nama tempat yang sering disingkat warga Yogyakarta, di antaranya Sarlegi atau Pasar Legi. Nama asli pasar ini sebenarnya Pasar Kota Gede, tetapi biasanya tempat ini ramai di weton Legi dalam tanggalan Jawa.

5. Petunjuk Arah

Biasanya jika sedang menanyakan sebuah arah jalan di Jogja, kalian akan kebingungan jika hanya terbiasa dengan kanan dan kiri sebagai penunjuk arah.

Objek wisata Yogyakarta di kawasan Titik Nol Kilometer - (SUARA/Eleonora PEW)

Sebab, warga lokal Jogja lebih terbiasa menggunakan arah mata angin dalam bahasa Jawa. Lor artinya utara, kidul artinya selatan, kulon artinya barat, dan wetan artinya timur.

Bukan tak tau arah, masyarakat Jogja menggunakan alam sebagai kompas. Misalnya nih, matahari terbit di sebelah timur dan tenggelam di sisi barat. Selain itu, warga Jogja juga menggunakan Gunung Merapi sebagai penanda arah utara.

Load More