Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Muhammad Ilham Baktora
Minggu, 03 Oktober 2021 | 08:41 WIB
Mohammad Sulkhi Mubarok menunjukkan olahan salak berbentuk pie bernama Paidjo ditemui wartawan di kediamannya, Sinduharjo, Ngaglik, Sleman, Sabtu (2/10/2021). [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]

“Saya melihat kok bisa ya olahan strudel ini dibuat dengan bahan baku apel hijau, padahal dulu buah ini harga pasarannya di petani sangat rendah. Ketika diolah bisa bernilai tinggi.  Nah dari situ akhirnya timbul ide untuk mengolah salak yang dihargai murah menjadi punya nilai tinggi,” kata mantan ASN yang bertugas di Jawa Tengah itu.

Tak hanya sendiri dirinya membuat pie salak, Mubarok mengajak temannya yang memahami tata boga untuk membuat olahan tersebut. Pada Januari 2021, ia menciptakan olahan salak bernama Paidjo.

“Saya tawarkan dulu ke teman-teman, bagaimana rasanya, enak atau tidak, seperti itu. Lalu empat bulan kemudian sekitar April 2021 baru kami jual secara online dengan nama Pie Salak Jogja atau disingkat Paidjo,” terang dia.

Pemilihan pie sendiri juga tidak serta-merta ia pilih. Pie merupakan makanan dari luar negeri yang cukup bernilai. Sehingga harapannya salak ini menjadi bernilai dengan inovasi makanan yang dia kembangkan. 

Baca Juga: Senin Besok, ANBK Jadi Awal Pembelajaran Tatap Muka SMP di Sleman

Membangun bisnis pie tersebut, tak melulu berjalan mulus. Apalagi di tengah situasi pandemi Covid-19 saat ini. Mubarok tak menampik bahwa produksinya di bulan Agustus sempat tersendat.

“Omzetnya turun, produksi juga dikurangi. Tapi Agustus itu saya tetap membuat sesuai orderan yang masuk,” katanya.

Bertahan dengan PPKM dan sedikitnya wisatawan, usahanya sedikit mendapat angin segar saat ada penurunan kasus Covid-19 sekitar awal September 2021. Meski tidak ada wisatawan, promosi lewat media sosial membuahkan hasil. Permintaan pelanggan cukup meningkat. Dirinya sempat menerima pesanan hingga keluar Jawa, dari Bandar Lampung, Jambi, Bengkulu, Palangkaraya.

Sejalan dengan visinya untuk menjadikan petani salak di Sleman lebih berdaya, Mubarok juga sudah mengenalkan olahan makanannya ke dinas-dinas di Kabupaten Sleman dan DIY.

“Saya juga sounding ke pemerintah, bahwa di Sleman ini ada buah salak yang perlu dikenalkan oleh banyak orang. Artinya promosi ini bisa menjadi langkah meningkatkan kualitas buah salak lebih bernilai. Jangan sampai petani salak diabaikan dan tidak ada lagi penerusnya,” terang Mubarok.

Baca Juga: Bupati Sleman Minta Tambahan Vaksin Untuk Mahasiswa Luar Daerah

Tidak hanya berhenti pada pemberdayaan petani salak. Dirinya juga berharap salak di Jogja menjadi buah tangan bagi wisatawan yang datang.

Load More