SuaraJogja.id - Sekitar 100 buruh rokok yang tergabung dalam Forum Serikat Pekerja Rokok Tembakau Makanan dan Minuman Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FSP RTMM-SPSI) akan menggruduk ke Istana Negara pada 11 Oktober 2021 mendatang. Mereka akan mendatangi Presiden Joko Widodo (jokowi) untuk menuntut penundaan kenaikan cukai tembakau yang rencananya akan digulirkan pada 2022 mendatang.
Rencananya para buruh rokok ini akan melakukan long march sejauh 30 km dari kantor pengurus pusat di Ciracas Jakarta Timur menuju ke Istana Negara di Jakarta Pusat. Berasal dari perwakilan sejumlah daerah, mereka akan mengenakan pakaian tradisional asal daerah masing-masing.
"Kalau dari yang jogja ya pakai pakaian adat jogja, begitu pula daerah lain," ujar Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat FSP RTMM SPSI, Sudarto di Yogyakarta, Selasa (05/10/2021).
Aksi tersebut, menurut Sudarto sebagai bentuk penolakan mereka akan kenaikan cukai tembakau. Sebab kebijakan tersebut dinilai merugikan buruh dan pekerja rokok di berbagai industri.
Bila rencana itu benar-benar dilaksanakan maka akan banyak buruh linting yang dipecat atau dirumahkan. Sebab industri rokok semakin merugi dalam produksi sehingga memilih melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada karyawan dan buruh-buruhnya. Apalagi di masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), sejumlah industri rokok gulung tikar.
Di masa PPKM ini, pekerja sektor Sigaret Kretek Tangan (SKT) sangat terdampak pandemi. Mereka yang bekerja dengan satuan HT (Hasil Tembakau) mengalami penurunan penghasilan menyusul berkurangnya permintaan rokok.
"Kenaikan cukai akan membawa dampak luar biasa bagi industri hasil tembakau kita. Padahal banyak buruh linting merupakan perempuan-perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga," tandasnya.
Sudarto menambahkan, selain mencoba bertemu Presiden, mereka juga akan menyerahkan lukisan yang dibuat buruh rokok sekaligus perupa, MN Wibowo. Lukisan berukuran 2 x 15 meter tersebut menggambarkan keterpurukan para petani dan buruh rokok selama ini.
"Besok kita akan serahkan lukisan perasaan dan kondisi kami saat ini. Kami berharap diterima pak jokowi," jelasnya.
Baca Juga: Yayasan Biennale Yogyakarta Tampilkan Pameran Arsip Khatulistiwa Berbasis Teknologi
Sementara Ketua PD FSP RTMM SPSI DIY, Waljid Budi mengungkapkan sejak tahun 2017 sudah ada dua perusahaan rokok yang tutup. Padahal sebelumnya tercatat masih ada 8 pabrik rokok yang beroperasi di sektor SKT.
"Tapi saat ini tinggal enam pabrik. Semua pabrik rokok di Jogja itu SKT. Ini juga menjadi keresahan Sultan[gubernur diy] juga," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! Akhir Pahit Mees Hilgers di FC Twente
- Satu Kata Misteri dari Pengacara Pratama Arhan Usai Sidang Cerai dengan Azizah Salsha
- Uya Kuya Klarifikasi Video Joget 'Dikira Rp3 Juta per Hari itu Gede'
- 15 Titik Demo di Makassar Hari Ini: Tuntut Ganti Presiden, Korupsi CSR BI, Hingga Lingkungan
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 24 Agustus: Raih Skin SG2 dan Diamond di Akhir Pekan
Pilihan
-
Here We Go! FC Utrecht Lepas Miliano Jonathans ke Timnas Indonesia
-
Danantara Pecat Immanuel Ebenezer dari Komisaris Pupuk Indonesia Usai Terjaring OTT KPK!
-
Starting XI Terbaik Liga Inggris Pekan Kedua: Minus Pemain Manchester United
-
Terungkap! Mauro Zijlstra dan Miliano Jonathans Awalnya Beda Proyeksi di Timnas Indonesia
-
Heboh DPR Joget di Tengah Isu Gaji Fantastis: Uya Kuya dan Eko Patrio Langsung Gercep Klarifikasi
Terkini
-
Dominikus Dion Harus Absen Lebih Lama! Ini Kondisi Terkini Skuad PSS Sleman Jelang Pramusim
-
Bupati Sleman Geram! Izin Penyedia Makanan Sekolah Dicabut Jika Terbukti Lalai dalam Kasus Keracunan
-
PBB Sleman 2025: Kabar Baik, Tak Naik, Denda Malah Mau Dihapus!
-
3 Link Aktif DANA Kaget, Buruan Diklaim Biar Enggak Kehabisan
-
Dana Keistimewaan DIY Dipangkas Setengah: Nasib Event Budaya Sleman di Ujung Tanduk