Scroll untuk membaca artikel
Eleonora PEW | Rahmat jiwandono
Kamis, 07 Oktober 2021 | 16:26 WIB
Kepala Dinas Pariwisata Bantul Kwintarto Heru Prabowo ditemui wartawan di Komplek Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bantul, Kamis (15/4/2021). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

SuaraJogja.id - Cikal bakal terkait dengan berdirinya Keraton Jogja tak bisa lepas dari Kabupaten Bantul. Ini dapat dilihat dari kelahiran Kerajaan Mataram di Kalurahan Jagalan, Kapanewon Banguntapan, Bantul.

"Secara geografis kelahiran Mataram ada di Bantul, tepatnya di Jagalan. Masa keemasan Mataram saat dipimpin oleh Sultan Agung di Bantul juga," kata Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Bantul Kwintarto Heru Prabowo, Kamis (7/10/2021).

Selain itu, lokasi makam-makam raja pun terletak di Wukirsari, Imogiri, Bantul.

"Semua Raja Mataram dimakamkan di Bantul," ucapnya.

Baca Juga: Jelang Derbi Mataram, Gibran Bertemu dengan Wali Kota Yogyakarta

Dengan begitu, lanjut dia, ini jadi pesan bagi Dispar Bantul bahwa masyarakat Bantul harus mampu melestarikan budaya Mataram. Pelestarian perlu dilakukan karena modernisasi dikhawatirkan menggeser tata nilai budaya Mataram.

"Perubahan yang terjadi jangan sampai meggeser tata nilainya. Contohnya budaya sopan santun, andap asor (rendah hati), lemah lembut, dan murah senyum. Inilah budaya-budaya yang diajarkan pendiri Mataram, sehingga tata nilai ini tidak boleh tergantikan," tuturnya.

Ia menyampaikan, perubahan cara berpakaian pun jangan sampai melunturkan filosofi soal baju adat Jawa. Sebab, ada nilai-nilai filosofi yang punya makna tinggi.

"Tata peradabannya juga tinggi," imbuhnya.

Untuk merealisasikan hal itu, pihaknya pada awal tahun 2020 sempat melakukan audiensi dengan GKR Mangkubumi. Jajarannya berharap bahwa keistimewaan DIY tak hanya dikembangkan di Bumi Projotamansari.

Baca Juga: Sri Sultan Minta Vaksinasi Bantul dan Gunungkidul Tak Pakai Model Makan Siang

"Jadi tidak hanya di Bantul saja yang mengembangkan Budaya Mataram," terangnya.

Selain itu, ada nilai plus selain cikal bakal berdirinya Keraton Jogja yakni sumbu filosofi di Pantai Parangkusumo dan Tegal Panggung Krapyak, sehingga Bantul harus mengawali keistimewaan DIY dalam rangka melestarikan budaya tradisi.

"Kami melihat itu sebagai potensi untuk wisatawan. Kalau bisa orang datang ke Hutan Pinus Sari Mangunan tidak hanya melihat tumbuhan tapi juga belajar tentang budaya Mataraman dan sejarahnya," ujarnya.

Ia mengklaim, metode ini sudah banyak dilakukan di banyak negara dan sukses. Budaya itu jadi salah satu daya tarik wisata.

"Ini bukan sesuatu yang mustahil," katanya.

Namun demikian, pihaknya perlu koordinas dengan Keraton Jogja karena hak paten budaya Mataram kurasinya ada di keraton.

"Ini (budaya Mataram) sesuai tidak, sehingga kami harus banyak konsultasi ke keraton," katanya.

Load More