Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Kamis, 07 Oktober 2021 | 18:02 WIB
Pedagang cabai Pasar Induk Cibitung. (Imam Faisal)

SuaraJogja.id - Harga dan serapan sejumlah komoditas pertanian dan peternakan di Kabupaten Sleman sempat anjlok. Hal itu terjadi akibat panen raya sekaligus masih minimnya restoran, hotel maupun warung makan yang beroperasi saat PPKM darurat dan PPKM Level 3.

Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sleman Nia Astuti mengungkapkan, saat ini harga komoditas pangan di Sleman masih normal, meskipun ada kecenderungan naik, terutama untuk komoditas cabai.

Hal ini disebabkan karena musim panen cabai di daerah sentra di wilayah DIY-Jateng seperti Magelang, Wonosobo, Salatiga dan Kulon Progo sudah berakhir pada Agustus-September.

"Jadi seperti yang sudah diperkirakan, harga cabai kembali melonjak pada Oktober—Desember hingga nanti musim panen di bulan Januari di tahun berikutnya," ungkapnya, Kamis (7/10/2021).

Baca Juga: Resmi! Irfan Bachdim Tinggalkan PSS Sleman

Diketahui, harga cabai merah keriting hari ini berada pada kisaran Rp27.125/kg naik Rp2.125/kg dari sebelumnya. Cabai merah besar Rp28.250/kg, naik Rp3.875/kg. Selanjutnya harga cabai merah besar Rp28.250/kg, naik Rp3.875/kg dari sebelumnya.

Cabai rawit hijau juga mengalami kenaikan sebesar Rp500/kg, sehingga kini harganya Rp25.875/kg. Terakhir, cabai rawit merah Rp20.875/kg naik sebesar Rp750.

Menurut Nia, walau harga cabai berangsur naik, bila dibandingkan dengan harga cabai 2020 pada periode yang sama, harga cabai tahun ini masih lebih rendah.

"Yang perlu diwaspadai adalah peningkatan permintaan. Akibat adanya pelonggaran aktivitas ekonomi dan mobilitas masyarakat, seiring dengan semakin menurunnya angka penularan Covid-19 dan penurunan level PPKM di beberapa daerah," terang Nia.

Selain cabai, harga daging ayam broiler masih terhitung tinggi yaitu di level harga Rp32.714/kg (harga acuan Rp35.000/kg).

Baca Juga: Brownies Salak Kanaya: Produk Lokal UMKM Sleman Bercita Rasa Unik

Berbanding terbalik dengan harga telur ayam broiler yang justru masih terus mengalami penurunan. Saat ini telur ayam diperdagangkan di level Rp17.571/kg (harga acuan Rp24.000/kg).

Beberapa hal yang menjadi penyebab dari harga daging dan telur ayam ini antara lain sejak awal 2021 banyak peternak ayam pedaging yang bangkrut.

"Sehingga banyak yang bermigrasi menjadi peternak ayam petelur. Hal ini disebabkan karena harga pullet --ayam yang siap bertelur-- turun drastis hingga 50 persen," kata dia.

Penyebab lainnya yakni masa afkir ayam petelur sekarang bisa mencapai umur 100 pekan.

"Lebih lama dibandingkan umur afkir rata-rata sebelumnya yaitu 83 pekan," tutur Nia.

Masih ada penyebab lainnya, imbuh Nia. Puncak produksi ayam petelur dengan adanya teknologi dan perbaikan genetis dan pakan sekarang mencapai 420 butir/ekor/siklus produksi. Lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang rata-rata puncak produksinya 350-400 butir/ekor/siklus produksi.

"Ketiga hal di atas menyebabkan produksi telur ayam berlimpah, sedangkan di sisi lain permintaan dari masyarakat masih terbatas. Karena belum banyaknya sekolah, katering, pariwisata, restoran yang beroperasi," tandasnya.

Plt Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (DP3) Sleman Suparmono membenarkan bahwa selama PPKM darurat atau Level 3, serapan dan harga produk pertanian tertekan.

"Ya selain PPKM juga ada siklus tahunan. Misalnya saja cabai, cabai saat itu serapannya sedikit dan bertepatan panen raya. Tapi sekarang rata-rata sudah mulai di atas, tinggi-tinggi lagi ya," kata dia.

Bukan hanya produk yang sudah disebut tadi di atas, Suparmono menyatakan produk ikan Sleman sudah mulai membaik penyerapannya.

"Karena begitu PPPKM level 3 turun, konsumsi kita makin naik. Apapun faktanya di lapangan, banyak orang masuk Sleman," ujarnya.

"Itu yang mendorong serapan pasar produk-produk pertanian. Dan nanti PPKM kita [Sleman] levelnya turun lagi, pariwisata dibuka dan dampaknya untuk produk pertanian sangat besar," lanjut Suparmono.

DP3 Sleman terus mendorong sejumlah produsen komoditas pertanian bisa meningkatkan hasil produksinya. Khususnya beras, daging, ikan dan telur.

Kontributor : Uli Febriarni

Load More