Scroll untuk membaca artikel
Eleonora PEW | Rahmat jiwandono
Minggu, 05 September 2021 | 14:30 WIB
Petani cabai di Sanden, Bantul, Sri Mardiani sedang menyirami tanaman cabai merahnya. - (SuaraJogja.id/Rahmat Jiwandono)

SuaraJogja.id - Dampak anjloknya harga cabai di pasaran turut dirasakan oleh petani cabai. Bahkan penurunan harga lebih dari separuhnya.

Seorang petani cabai di Sanden, Bantul, Sri Mardiani menuturkan, para petani cabai merugi akibat harga di pasaran turun. Itu ia rasakan musim pertama tanam cabai.

"Sejak musim tanam pertama pada Juni 2021 lalu, harga murah bikin kami rugi besar," katanya kepada SuaraJogja.id, Minggu (5/9/2021).

Kekinian hargai cabai di pasar hanya Rp4 ribu per kilonya. Padahal harga normalnya mencapai Rp10 ribu per kilo.

Baca Juga: Mitos Legendaris Orang Bantul, Pengantin Lewat Perempatan Palbapang Wajib Lempar Ayam

"Seharusnya per kilo Rp10 ribu, ini turunnya jauh sekali. Harganya anjlok sempat Rp4 ribu per kilo," terangnya.

Menurutnya, turunnya harga cabe di tingkat petani diduga karena melimpahnya produksi cabe yang tidak diikuti dengan serapan yang optimum. Dia berharap pemerintah mendampingi petani cabai secara intensif.

"Permintaan dari tengkulak yang biasa membeli cabai ke petani juga menurun. Ini juga ada pengaruhnya karena PPKM," katanya.

Adapun jenis cabai yang ia tanam yakni imperial atau cabai merah besar. Cabai-cabai itu ditanam di lahan miliknya seluas 1.400 meter persegi.

"Ini jenis cabai yang saya tanam cabai merah besar," katanya.

Baca Juga: Enam Korban Tewas Kecelakaan Maut di Breksi Dimakamkan Sabtu ini di Pemakaman Daraman

Kendati harga cabai belum kembali normal, Sri tetap bersyukur. Sebab, saat musim panen kemarin harga sempat mencapai Rp20 ribu per kilo.

"Hasil penjualan cabai pada musim panen kemarin lumayan mencapai Rp20 ribu per kilo. Ya walau sekarang ini turun drastis tetap bersyukur," tambahnya.

Load More