Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Rahmat jiwandono
Jum'at, 03 September 2021 | 08:23 WIB
Bupati Bantul Abdul Halim Muslih melakukan jamasan kepada tombak Kyai Agnya Murni di rumah dinas bupati, Kamis (2/9/2021). [Rahmat Jiwandono / SuaraJogja.id]

SuaraJogja.id - Bupati Bantul Abdul Halim Muslih melakukan jamasan tahunan terhadap pusaka kabupaten yaitu Kyai Agnya Murni pada Kamis (2/9/2021). Hari ini bertepatan dengan 24 Sura 1955. 

Halim menjelaskan, tombak Kyai Agnya Murni sendiri adalah pemberian Gubernur DIY Sri Sultan HB X pada 20 Juli 2000 silam. Benda itu lantas menjadi pusaka milik Kabupaten Bantul 

"Di mana pusaka ini memberi perlambang Agnya artinya pemerintahan, Murni artinya bersih atau suci," ungkapnya saat melakukan jamasan di Rumah Dinas Bupati Bantul. 

Harapannya dengan kepemilikan pusaka ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul menjadi pemerintahan yang bersih dan suci. Sesuai dengan semangat reformasi birokrasi. 

Baca Juga: Bupati Bantul Optimistis Target Vaksinasi Tercapai Sebelum Akhir Tahun

"Artinya yaitu menghadirkan birokrasi yang bersih dan akuntabel, efektif efisien, dan melayani publik dengan baik. Mindset seperti ini harus dimiliki ASN Pemkab Bantul," ujar dia. 

Menurutnya, tombak itu ketika dipasang secara vertikal memberi lambang hubungan antara manusia dengan Tuhan. 

"Artinya ini kesucian yang berdasarkan pada keyakinan/kepercayaan/keimanan kepada Tuhan yang Maha Esa," terangnya. 

Selain itu, jamasan ini punya filosofi membersihkan diri sendiri dan juga pemerintahan yang dilambangkan oleh pusaka Kyai Agnya Murni. 

"Tujuannya memberi pedoman atau motivasi agar seluruh ASN yang menyelenggarakan pemerintahan ini senantiasa mengevaluasi diri dari perilaku yang tidak benar," katanya. 

Baca Juga: Setelah Penemuan Wajan Raksasa, Kini Muncul Rantai Raksasa di Pajangan Bantul

Pangarsa Paguyuban Abdi Dalem Bantul, Projo Suwasono menambahkan bahwa selain pemberian pusaka tombak Kyai Agnya Murni. Sebanyak 17 kapanewon juga masing-masing memiliki benda pusaka. 

"Pusaka yang diberikan itu semua untuk selalu percaya diri dalam melaksanakan tugas di wilayah masing-masing," ujarnya. 

Ia menyebut jumlah benda pusaka meliputi enam tombak dan 17 tombak milik setiap kapanewon. Sehingga total ada 23 tombak. 

"Semua benda pusakanya berbentuk 23 tombak," katanya. 

Adapun proses jamasan yang dilakukan kepada tombak-tombak tersebut yakni disiram air lalu digosok dengan jeruk nipis, diolesi minyak, dan diberi warangan. 

"Warangan ini fungsinya untuk mengawetkan keris," imbuhnya.  

Load More