SuaraJogja.id - Cuplikan sejarah mencatat Raja Yogyakarta yang juga Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X pernah menjadi penerjemah untuk abdi dalemnya yakni Mbah Marijan. Kepada Kick Andy, Sri Sultan mengungkapkan alasannya kemudian menjadi penerjemah bagi sosok penjaga Gunung Merapi tersebut.
Diketahui, momen saat Sri Sultan Hamengku Buwono X menjadi penerjemah bagi Mbah Marijan itu diketahui terjadi kala acara penutupan rapat konsultasi nasional Partai Golkar pada 2007 silam. Saat itu, Mbah Marijan didapuk untuk memberikan nasehat kepada seluruh kader partai Golkar yang hadir termasuk di antaranya Ketum Golkar Jusuf Kalla yang juga menjabat sebagai Wakil Presiden kala itu.
Juru kunci Gunung Merapi itu naik podium lalu memberikan petuahnya dengan menggunakan bahasa Jawa. Di saat itulah kemudian Raja Yogyakarta yang juga Gubernur DIY, Sri Sultan HB X menterjemahkan setiap kalimat berbahasa Jawa yang diucapkan Mbah Marijan ke bahasa Indonesia.
Dikutip dari channel YouTube metrotvnews, di hadapan Kick Andy, Sri Sultan Hamengku Buwono X mengungkapkan alasannya kemudian menjadi penerjemah dadakan untuk abdi dalemnya Mbah Marijan.
Ia mengungkapkan bahwa sebelum naik podium, Mbah Marijan sempat berujar bahwa kurang lancar mengucap bahasa Indonesia.
"Jadi waktu itu beliau bilang kurang lancar dalam berbahasa Indonesia, untuk itu kemudian saya yang menerjemahkannya," ucapnya.
Sri Sultan HB X menyebut bahwa tindakannya itu bukanlah hal yang aneh atau bahkan direndahkan lantaran jadi penterjemah bagi abdi dalemnya.
"Yang menganggap aneh itu mungkin penafsiran orang lain. Tapi bagi saya tidak merasa aneh atau direndahkan. Yang menganggap direndahkan mungkin mereka memakai logika seperti kerajaan di dongeng Cinderella," katanya disambut riuh tepuk tangan penonton yang hadir menyaksikkan acara tersebut.
Lebih lanjut, putra dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX itu menyebut bahwa sikap yang diambilnya kepada abdi dalem tersebut merupakan bentuk menghargai. Menurutnya, meski ada hubungan atasan dan bawahan sikap saling menghargai adalah sesuatu yang penting.
Baca Juga: Viral Kisah Kegagalan Evakuasi Mbah Maridjan saat Gunung Merapi Meletus: Menanggung Sumpah
"Hubungan bawahan dan atasan, kalau saya memperlakukan bawahan dengan baik itu etika dan itu semestinya yang dilakukan oleh seseorang," ucapnya.
Sri Sultan Hamengku Buwono X menyebut kehadiran Mbah Marijan sendiri di acara Golkar tersebut merupakan undangan darinya.
"Saya ini yang memerintahkan dia untuk hadir. Karena diundang wapres tidak mau, saya kemudian minta ia untuk hadir. Mbah Marijan bersedia datang lantaran merasa beliau bawahannya Sri Sultan bukan wapres," terangnya.
Dikutip dari Antaranews, Mbah Marijan datang ke acara penutupan rapat konsultasi nasional Partai Golkar mengenakan pakaian kebesarannya berupa beskap kain surjan warna hijau tua lengkap dengan keris yang terselip di punggungnya.
Mbah Marijan memberikan nasehat menggunakan bahasa Jawa Kromo Inggil di hadapan para kader Golkar yang hadir saat itu.
Ia mengatakan sebagai juru kunci Gunung Merapi sejak 1974, apa yang dijalaninya sebagai abdi dalem harus dilaksanakan dengan keikhlasan.
Berita Terkait
-
Dilaporkan Natalius Pigai ke Bareskrim, Begini Respons Sri Sultan HB X
-
Mengenal Tradisi Jamasan Benda Pusaka Tombak Kyai Agnya Murni Pemberian Sri Sultan HB X
-
Viral Video Sri Sultan HB X Keliru Bawa Catatan Pidato, Aksi Spontannya Hibur Publik
-
Kalahkan Ganjar hingga Sri Sultan HB X, Anies Raih Penghargaan Lingkungan Hidup
Terpopuler
Pilihan
-
Profil Riccardo Calafiori, Bek Arsenal yang Bikin Manchester United Tak Berkutik di Old Trafford
-
Breaking News! Main Buruk di Laga Debut, Kevin Diks Cedera Lagi
-
Debut Brutal Joan Garcia: Kiper Baru Barcelona Langsung Berdarah-darah Lawan Mallorca
-
Debit Manis Shayne Pattynama, Buriram United Menang di Kandang Lamphun Warrior
-
PSIM Yogyakarta Nyaris Kalah, Jean-Paul van Gastel Ungkap Boroknya
Terkini
-
Remisi Kemerdekaan: 144 Napi Gunungkidul Dapat Angin Segar, 7 Langsung Bebas!
-
ITF Niten Digenjot, Mampukah Selamatkan Bantul dari Darurat Sampah?
-
Gagasan Sekolah Rakyat Prabowo Dikritik, Akademisi: Berisiko Ciptakan Kasta Pendidikan Baru
-
Peringatan 80 Tahun Indonesia Merdeka, Wajah Penindasan Muncul jadi Ancaman Bangsa
-
Wasiat Api Pangeran Diponegoro di Nadi Keturunannya: Refleksi 200 Tahun Perang Jawa