Scroll untuk membaca artikel
Fabiola Febrinastri
Rabu, 13 Oktober 2021 | 19:10 WIB
Ilustrasi bisnis mikro. (Dok: BRI)

Sunarso pun menjelaskan, dana segar yang digunakan untuk membiayai Holding UMi tersebut akan lebih diprioritaskan untuk pemberdayaan sekitar 14 juta pelaku usaha ultra mikro, yang sama sekali belum mendapatkan kucuran dana pengembangan usaha.

Riset perseroan menunjukkan, pada 2019, terdapat sekitar 46 juta pengusaha UMi di Tanah Air. Dari jumlah itu, sekitar 20 juta sudah terlayani lembaga keuangan formal seperti bank, BPR, koperasi simpan pinjam, dan fintech. Sekitar 26 juta pelaku usaha UMi belum terlayani Lembaga keungan formal. Bahkan terdapat 14 juta yang belum terlayani sema sekali.

“Maka fokus BRI diarahkan untuk mempercepat dalam memberikan layanan kepada yang belum disentuh lembaga keuangan formal, yang sebanyak 14 juta. Selanjutnya, kami mengembangkan yang sudah dilayani rentenir atau yang pinjam ke kerabat dan lain-lain, untuk dapat dimasukan ke dalam sistem keuangan yang formal. Saya kira itu dulu yang paling penting yang menjadi prioritas dalam waktu dekat ini,” tuturnya menjelaskan.

Sedangkan terkait sebaran penyaluran dan pemberdayaan, pihaknya berkaca dari Kredit Usaha Rakyat (KUR). Menurutnya, yang menerima KUR paling banyak adalah di Jawa dan Bali, serta sebagian Sumatra.

Baca Juga: Bank BRI Terima Kucuran Dana Rp41 Triliun Dari Right Issue, 70 Persen Dari Asing

Pihaknya akan melihat kepadatan penduduk dalam satu wilayah atau density dalam melakukan pemberdayaan dan penyaluran kredit.

“Di semua lini akan ada proses digitalisasi, sehingga dapat menjangkau seluruh wilayah, mulai dari area perkotaan, sub urban yang juga sudah banyak digital minded, sehingga diharapkan dapat berjalan lebih cepat. Intinya, pemerataan tetap kita lakukan dan sasarannya per 100 kepala keluarga berapa yang dapat sentuhan pembiayaan dari lembaga keuangan formal,” tutupnya.

Load More