SuaraJogja.id - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman menyatakan telah memasang sejumlah Early Warning System (EWS) di wilayah Prambanan. Hal ini sebagai antisipasi terjadinya tanah longsor akibat cuaca ekstrem yang diprediksi melanda dalam waktu dekat.
Kepala Seksi Mitigasi Bencana BPBD Sleman Joko Lelono mengatakan, setidaknya sudah ada 4 EWS yang terpasang di wilayah Prambanan.
"Jadi ada 4 EWS di Prambanan untuk tanah longsor. Itu di sekitar wilayah Gayamharjo, Wukirharjo, dan Sambirejo," kata Joko saat dihubungi awak media, Kamis (21/10/2021).
Namun memang, Joko mengakui tidak semua EWS itu berada dalam kondisi yang baik. Dalam artian ada beberapa EWS itu mengalami kerusakan.
Baca Juga: Antisipasi Banjir Lahar, BPBD Sleman Pasang Sensor Baru Peringatan Dini di Kali Boyong
"EWS tanah longsor yang kita pakai sinyal cuma satu. Jadi ada 2 harusnya kan semuanya 4 tapi ini karena yang dua itu kondisinya rusak sinyalnya. Jadi pengiriman sinyal misalnya curah hujannya, arah angin itu rusak. Tapi untuk sirine itu masih hidup," ujarnya.
Disebutkan Joko, secara khusus memang kerusakan itu terjadi pada sistem atau bagian dari sinyal EWS tersebut. Hal itu mengakibatkan data yang diterima tidak bisa dikirim.
Walaupun begitu ia memastikan bahwa semua sirine pada EWS yang sudah terpasang itu tetap berfungsi dengan baik.
"Jadi kalau misalnya ada pergerakan sirine itu masih bunyi cuma datanya tidak ngirim. Kendalanya telemetrinya. Jadi yang hidup cuma dua telemetrinya. Tapi kalau sirine semua hidup," tuturnya.
Joko menuturkan di wilayah potensi longsor itu sendiri sebenarnya juga tidak terlalu padat dengan pemukiman warga. Namun bukan berarti tidak ada antisipasi yang kemudian dilakukan.
Baca Juga: Antisipasi Ancaman Lahar Hujan Merapi, BPBD Sleman Prioritaskan Pengawasan di 2 Sungai Ini
BPBD Sleman sendiri menyiasati hal itu dengan pemasangan EWS sederhana yang juga dipasang di sejumlah titik sekitar area potensi longsor.
"Jadi kita pakai EWS yang sederhana cuma kalau ada tarikan geseran apa tanah dia akan bunyi. Jadi pakai EWS sederhanalah. Sementara untuk perwakilan yang daerah itu kita ada 3 (EWS) yang pakai telemetri," ungkapnya.
Joko memastikan pihaknya sudah siap dalam menghadapi potensi cuaca ekstrem di Bumi Sembada. Selain dengan mempersiapkan Tim Reaksi Cepat (TRC), relawan di masing-masing wilayah pun turut digerakkan.
"Ya kita sudah siap. Untuk relawan di tingkatan Kabupaten BPBD, TRC juga sudah persiapkan semuanya ya karena peralatan kita juga sudah ready. Terus peralatan lain-lainnya itu temen-temen kedaruratan sudah siap karena ini sudah masuk musim penghujan," tegasnya.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta mengimbau masyarakat terkait dengan cuaca ekstrem yang bakal terjadi memasuki awal musim penghujan di wilayah DIY. Musim pancaroba itu diperkirakan bakal terjadi pada pertengahan hingga akhir Oktober ini.
"Masyarakat tetap diimbau tetap waspada, hati-hati saat memasuki awal musim penghujan 2021-2022 ini karena potensi terjadi cuaca ekstrem masih bisa terjadi," kata Kepala Stasiun Klimatologi Sleman Yogyakarta, Reni Kraningtyas.
Reni menyebut bahwa puncak musim hujan di wilayah DIY sendiri baru akan terjadi pada awal tahun 2022 mendatang. Tepatnya ketika memasuki Januari hingga ke Februari mendatang.
Kendati demikian, potensi cuaca ekstrem bisa saja terjadi pada musim pancaroba atau awal musim penghujan. Tidak semerta-merta hanya pada puncak musim penghujan saja.
"Namun potensi terjadinya cuaca ekstrem di masa pancaroba pun bisa terjadi saat ini, masuk awal musim hujan pun bisa terjadi. Cuma puncaknya musim hujan itu akumulasi intensitas curah hujan dalam satu bulan kita prediksikan yang paling tinggi adalah di bulan Januari," terangnya.
Berita Terkait
-
Banjir dan Longsor di Nepal Tewaskan 148 Orang, 58 Masih Hilang
-
Daftar Identitas 12 Korban Tanah Longsor Penambangan Ilegal Di Solok Sumatra Barat
-
Badan Geologi Sebut Tambang Ilegal Tingkatkan Potensi Longsor Lebih Besar di Solok
-
Proyek 'Mercusuar' Jokowi Dibayangi Banjir dan Longsor Besar
-
Longsor Sampah Tewaskan 23 Korban di Uganda, Orang dan Hewan Ternak Terkubur Gundukan
Terpopuler
- Dicoret Shin Tae-yong 2 Kali dari Timnas Indonesia, Eliano Reijnders: Sebenarnya Saya...
- Momen Suporter Arab Saudi Heran Lihat Fans Timnas Indonesia Salat di SUGBK
- Elkan Baggott: Hanya Ada Satu Keputusan yang Akan Terjadi
- Elkan Baggott: Pesan Saya Bersabarlah Kalau Timnas Indonesia Mau....
- Kekayaan AM Hendropriyono Mertua Andika Perkasa, Hartanya Diwariskan ke Menantu
Pilihan
-
Dua Juara Liga Champions Plus 5 Klub Eropa Berlomba Rekrut Mees Hilgers
-
5 Rekomendasi HP Infinix Sejutaan dengan Baterai 5.000 mAh dan Memori 128 GB Terbaik November 2024
-
Kenapa KoinWorks Bisa Berikan Pinjaman Kepada Satu Orang dengan 279 KTP Palsu?
-
Tol Akses IKN Difungsionalkan Mei 2025, Belum Dikenakan Tarif
-
PHK Meledak, Klaim BPJS Ketenagakerjaan Tembus Rp 289 Miliar
Terkini
-
Logistik Pilkada Sleman sudah Siap, Distribusi Aman Antisipasi Hujan Ekstrem
-
Seharga Rp7,4 Miliar, Dua Bus Listrik Trans Jogja Siap Beroperasi, Intip Penampakannya
-
Skandal Kredit Fiktif BRI Rp3,4 Miliar Berlanjut, Mantri di Patuk Gunungkidul Mulai Diperiksa
-
Pakar Ekonomi UMY Minta Pemerintah Kaji Ulang Terkait Rencana Kenaikan PPN 12 %
-
DIY Perpanjang Status Siaga Darurat Bencana hingga 2 Januari 2025