Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Rabu, 20 Oktober 2021 | 20:05 WIB
Lahar hujan Gunung Merapi mengalir di Sungai Boyong, Rabu (14/4/2021). - (SuaraJogja.id/HO-BPBD Sleman)

SuaraJogja.id - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman menambah satu sensor sistem peringatan dini (EWS), di kawasan lereng Merapi. Khususnya di aliran Kali Boyong, Turgo, Purwobinangun, Pakem, Kabupaten Sleman. 

Kepala Seksi Mitigasi Bencana BPBD Sleman Joko Lelono mengatakan, hal itu menjadi salah satu langkah antisipasi kemungkinan bencana banjir lahar hujan. Terlebih saat ini, Kabupaten Sleman sedang bersiap menghadapi cuaca ekstrim. 

Kehadiran satu sensor itu merupakan hasil kerjasama BPBD Sleman dengan Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI). 

"Sudah mulai uji coba ternyata bisa. Nanti misalnya sensornya kena aliran lahar atau banjir lahar, sensor mengirim sinyal ke repeater RAPI, nanti RAPI akan mengumumkan potensi banjir lahar," ungkapnya, Rabu (20/10/2021).

Baca Juga: Tren Pemakaman Protokol Covid-19 Turun, TRC BPBD Sleman: Jangan Lengah, Tetap Prokes

Potensi banjir lahar yang akan diumumkan oleh RAPI bukan hanya yang akan terjadi di wilayah Kabupaten Sleman, melainkan juga potensi di aliran Kalo Boyong yang berada di Kota Jogja [Kali Code].

Saat ini, total sudah ada 20 unit EWS banjir lahar di kawasan lereng Merapi. EWS dari RAPI menambah satu lagi jumlah EWS yang ada. 

Joko menjelaskan, EWS sensor yang kehadirannya bekerja sama dengan RAPI tersebut beroperasi dengan sebuah sling. 

Sling dipasang membentang di atas permukaan Kali Boyong dengan ketinggian dua meter.

"Jika sling terkena aliran lahar dingin, maka sensor tersebut akan mengirim sinyal ke repeater RAPI," ungkapnya. 

Baca Juga: Juli Belum Usai, TRC BPBD Sleman Sudah Makamkan 500-an Jenazah dengan Protokol Covid-19

Dalam mengantisipasi bencana yang disebabkan oleh cuaca ekstrim, BPBD Sleman menyimak terlebih dahulu arahan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Yogyakarta. Kemudian pihaknya menindaklanjuti arahan mereka.

"Misalnya, begitu sudah mendapatkan pemberitahuan, nanti kami tindaklanjuti dengan mengirimkan surat edaran ke kapanewonan untuk meningkatkan kesiapsiagaan. Khususnya menyiapkan personel-personel Tim Reaksi Cepat untuk mengantisipasi, apabila terjadi ancaman cuaca ekstrim ini," terangnya. 

Joko menambahkan, masing-masing kapanewon sudah menggerakkan Unit Operasional dan akan mengajak Unit Pelaksana untuk mengantisipasi wilayah masing-masing. 

"Kami di Pusdalops memantau kejadian yang akan disupport. Kalau memang ada lapor bencana, nanti akan diketahui kejadian seperti apa. Nanti kami akan mengirim support dengan TRC dan peralatan yang sudah disiapkan di BPBD," tuturnya. 

Berdasarkan prediksi cuaca yang disampaikan BMKG, potensi cuaca ekstrim diperkirakan muncul pada awal November. 

"Kemungkinan awal November kami akan membuat surat ke kapanewon-kapanewon, untuk menyiapkan kegiatan mitigasi. Misalnya teman-teman unit Ops, unit Lak dibantu relawan desa, memantau wilayah untuk sekadar mengurangi pohon yang berpotensi tumbang," ujarnya.

Kontributor : Uli Febriarni

Load More