SuaraJogja.id - Peninggalan kerajaan Majapahit yang bisa dilihat hingga kini. Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kerajaan terbesar di Indonesia yang didirikan oleh Raden Wijaya pada 10 November 1293 Masehi di Jawa Timur.
Awal mula berdirinya Kerajaan Majapahit dari runtuhnya Kerajaan Singasari. Masa kejayaan Kerajaan Majapahit ada di masa pemerintahan Hayam Wuruk dan Gajah Mada pada 1350-1389 Masehi.
Karena kejayaannya, Kerajaan Majapahit menguasai beberapa wilayah dan memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma selatan, dan Vietnam.
Namun, sejak ditinggalkan oleh Hayam Wuruk dan Gajah Mada, Kerajaan Majapahit mengalami masa keruntuhan. Salah satu alasannya yaitu adanya perebutan kekuasaan oleh keturunan Hayam Wuruk, pertikaian dan gempuran kerajaan Islam. Kerajaan Majapahit runtuh pada 1518 di masa pemerintahan Patih Hudhara.
Baca Juga: Ironi Sejarah Bali Kuno Dan Pusat Perdagangan Budak di Badung
Terdapat beberapa peninggalan kerajaan Hindu Budha terakhir di Indonesia, simak berikut ini!
1. Candi Sukuh
Candi Sukuh terletak di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah. Dibangun 1437 dengan bentuk piramid dan memiliki bentuk yang unik disbandingkan candi yang lain. Candi Sukuh memiliki beberapa objek Lingga dan Yoni yang melambangkan seksualitas dengan beberapa relief yang memperlihatkan organ intim manusia.
Ditemukan pada 1815 oleh residen Surakarta, Johnson yang diperintahkan oleh Thomas Standford Raffles untuk melengkapi data dari buku “The Histroty of Java”.
Konon, candi tersebut dibuat oleh seorang tukang kayu desa yang bukan dari kalangan keraton. Candi Sukuh dibuat secara tergesa-gesa yang terlihat kurang rapi. Diduga candi tersebut dibuat saat menjelang runtuhnya Kerajaan Majapahit.
Baca Juga: 8 Kerajaan Hindu Budha di Indonesia, dari Kutai hingga Majapahit
2. Candi Cetho
Candi Cetho terletak di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Karanganyar, Jawa Tengah. Candi Cetho berasal dari akhir masa keruntuhan Kerajaan Majapahit pada abad ke-15 Masehi dan ditemukan pada 1842. Tempat tersebut sering digunakan masyarakat Kejawen asli Jawa untuk bertapa. Candi Cetho memiliki 13 buah terah dan anak tangga yang dilekngkapi archa dan punden di sepanjang tangga. Selain itu di atas candi terdapat puri yang biasa disebut dengan Puri Saraswati.
3. Candi Pari
Candi yang dibangun pada masa pemerintahan Prabu Hayam Wuruk ini terletak di Desa Candi Pari, Kecamatan Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Candi Pari dibangun dengan batu bata yang berbentuk persegi empat seperti pura yang ada di Bali. Perkiraan dibuat pada 1371 Masehi yang bertujuan untuk mengenang dan memperingati hilangnya adik angkat dari salah satu putra Prabu Brawijaya. Di atas pintu Candi Pari terdapat batu tua yang bentuknya dipengaruhi dengan adanya budaya Campa, yaitu kebudayaan yang berasal dari Vietnam.
4. Candi Jabung
Candi Jabung yang terletak di Desa Jabung, Kecamatan Paiton, Probolinggo, Jawa Timur pernah disunggahi oleh Hayam Wuruk saat lawatan keliling Jawa Timut pada 1359. Candi tersebut memiliki struktur bangunan yang mirip dengan Candi Bahal, peninggalan Kerajaan Sriwijaya.
Candi Jabung memiliki dua bangunan utama dengan ukuran besar dan kecil yang biasa disebut dengan Candi Sudut. Memiliki Panjang 13.13 meter, lebar 9.60 meter dan tinggi mencapai 16.20 meter dibangun dengan bata merah kualitas bagus. Candi Jabung didirikan pada 1354 Masehi.
Gapura yang dibangun sekitar abad ke-14 ini berukuran 13x11 meter dan tinggi mencapai 15.5 meter terletak di Desa Jatipasar, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.
Dilihat dari gaya arsitektur, Gapura Wringin Lawang memiliki bentuk yang hampir mirip dengan Candi Bentar. Menurut para ahli, gapura tersebut merupakan gerbang masuk ke kediaman Gaja Mada.
Sama dengan Gapura Wringin Lawang, Gapura Bajang Ratu juga terletak di Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Menurut Kitab Negarakertagama, gapura yang dibangun pada abad ke-14 Masehi ini merupakan pintuk masuk ke bangunan suci yang memperingati wafatnya Raja Jayanegara.
Struktur bangunan Gapura Bajang Ratu berbentuk vertikal dengan tiga bagian, yaitu kaki, badan, dan atap. Jika dilihat dari atas, gapura tersebut memiliki bentuk segi empat dengan Panjang 11.5x10.5 meter, Lorong 1.4 meter dan tinggi 16.5 meter.
7. Candi Brahu
Candi Brahu yang dibuat oleh Mpu Sendok ini digunakan untuk tempat pembakaran jenazah raja Majapahit. Nama Brahu berasal dari kata Wanaru atau Warahu yang didapatkan dari sebutan bangunan suci. Candi yang dibangun dengan kultur Budha memiliki Panjang 22.5 meter, lebar 18 meter dan tinggi 20 meter. Candi yang dibangun sekitar adab ke-15 ini terletak di Kawasan situs arkeologi Trowulan di Dukuh Jambu Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.
8.Candi Tikus
Sama seperti Candi Brahu, Candi Tikus juga terletak di situs arkeologi Trowulan. Awalnya candi tersebut berada di bawah tanah, hingga akhirnya ditemukan dan digali pada 1914 dan dilakukan pemugaran pada 1984-1985. Dinamakan Candi Tikus karena saat penemuannya, bangunan tersebut menjadi sarang tikus. Jika dilihat bangunannya, terdapat menara kecil yang diperkirakan dibangun pada abad ke-13 sampai abad ke-14 karena menara kecil merupakan ciri khas bangunan pada abad tersebut.
Candi dengan nama asli Wishnubhawanapura dibangun pada abad ke-14 Masehi ini digunakan untuk memuliakan seorang raja Kerajaan Wengker yang ada di bawah kekuasaan Majapahit, Bhre Wengker. Bangunan candi Surawana memiliki struktur bangunan 8x8 meter yang dibangun dengan material batu andesit. Namun bangunan dengan corak Hindu ini sudah hancur dan hanya tersisa kaku candi dengan tinggi 3 meter. Candi Surawana terletak di Desa Canggu, Kecamatan Pare, Kediri, Jawa Timur.
Candi yang hanya memiliki atap dan badan candi ini terletak di Desa Gadungan, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Candi Wringin Branjang memiliki ukuran panjang 4oocm, lebar 300cm dan tinggi 500cm. Tidak memiliki relief seperti candi pada umumnya dan biasa digunakan untuk menyimpan alat upacara dan sejenisnya.
Kontributor : Vincentia Ivena Kasatyo
Berita Terkait
-
Bagaimana Artefak Kerajaan Majapahit Bisa Diselundupkan ke Amerika Serikat?
-
Gelar Acara Tasyakuran, Nama Anak Denny Caknan Kena Kritik: Terlalu Berat
-
Fakta-Fakta Candi Sukuh Karanganyar, Mirip Chichen Itza di Meksiko
-
Ini Dia Uang Kuno Jaman Majapahit, Masih Ada di Banyuwangi
-
4 Wisata Hits Instagramable di Mojokerto, Dijamin Auto Gagal Move On!
Tag
Terpopuler
- Vanessa Nabila Bantah Jadi Simpanan Cagub Ahmad Luthfi, tapi Dipinjami Mobil Mewah, Warganet: Sebodoh Itu Kah Rakyat?
- Reaksi Tajam Lex Wu usai Ivan Sugianto Nangis Minta Maaf Gegara Paksa Siswa SMA Menggonggong
- Kini Rekening Ivan Sugianto Diblokir PPATK, Sahroni: Selain Kelakuan Buruk, Dia juga Cari Uang Diduga Ilegal
- TikToker Intan Srinita Minta Maaf Usai Sebut Roy Suryo Pemilik Fufufafa, Netizen: Tetap Proses Hukum!
- Adu Pendidikan Zeda Salim dan Irish Bella, Siap Gantikan Irish Jadi Istri Ammar Zoni?
Pilihan
-
Kekerasan di Pos Hauling Paser, JATAM Desak Pencabutan Izin PT MCM
-
Jelajah Gizi 2024: Telusur Pangan Lokal Hingga Ikan Lemuru Banyuwangi Setara Salmon Cegah Anemia dan Stunting
-
Pembunuhan Tokoh Adat di Paser: LBH Samarinda Sebut Pelanggaran HAM Serius
-
Kenapa Erick Thohir Tunjuk Bos Lion Air jadi Dirut Garuda Indonesia?
-
Sah! BYD Kini Jadi Mobil Listrik Paling Laku di Indonesia, Kalahkan Wuling
Terkini
-
Akademisi UGM: Program Transmigrasi di Papua Masih Dibutuhkan
-
Satpol PP Kota Yogyakarta Terjunkan 100 Personel Amankan Kampanye Terbuka
-
DPD Golkar Gunungkidul Pecat Kader AMPI karena Dukung Paslon Selain Endah-Joko
-
Geger, Remaja Diduga Klitih Diamankan Warga di JJLS Gunungkidul
-
Peringati Hari Pahlawan, The 101 Yogyakarta Tugu dan Museum Benteng Vredeburg Hadirkan Pameran Seni Peaceful Harmony