Pertama, olah raga berupa berlatih jemparingan atau seni memanah khas Kerajaan Mataram serta menari. Kedua, olah rasa yaitu aktivitas yang dilakukan untuk mengolah jiwa. Kegiatannya berupa membatik. Kemudian ketiga, untuk menjaga kesehatan.
"Atas dasar ketiga hal itu, maka keluarga keraton membiasakan dan rutin minum jamu, untuk menjaga kondisi fisik dan jiwanya dari sakit," terangnya saat ditemui beberapa waktu lalu.
Setelah Mbah Joyo mangkat, tugas sebagai tabib keraton dilanjutkan oleh adiknya yang bernama Mbah Bilowo. Sama seperti Mbah Joyo, tugas Mbah Bilowo setiap hari juga meracik jamu untuk keperluan keluarga keraton.
Kemudian setelah Mbah Bilowo tilar dunyo, tugas meracik jamu dilanjutkan adiknya Mbah Puspo Madyo. Di masa Pusmo Madyo bertugas inilah, resep jamu yang selama ini hanya dinikmati keluarga keraton, diperbolehkan untuk diakses publik.
"Mbah Puspo Madyo sekitar tahun 1930 itu diperbolehkan untuk menyebarkan resep jamu keraton kepada umum," terangnya.
Semenjak diizinkan oleh keluarga Paku Alam itulah, kemudian muncul namanya Jamu Ginggang. Nama Ginggang merupakan pemberian dari keraton yang dalam bahasa Jawa yakni tansah renggang atau jangan ada jarak.
"Artinya bahwa lewat media jamu ini hubungan antara keraton dalam hal ini Paku Alam dengan rakyat, rakyat dengan keluarga keraton tidak boleh renggang. Selalu menjalin dan menjaga erat kebersamaan," kata Rudi.
Mbah Puspo mulanya menjajakan jamu Ginggang di emperan. Baru sekitar tahun 1950an, dibuatlah kedai.
Resep Jamu Dibukukan
Baca Juga: Staycation Semakin Nyaman di Hyatt Regency Yogyakarta dengan Fasilitas Ini
Sepeninggal Mbah Puspo, usaha Jamu Ginggang dilanjutkan anaknya yakni Dasiyah. Pada masa Dasiyah, resep jamu keluarga keraton yang mulanya hanya disampaikan lisan, kemudian dicatat dan dibukukan.
"Nah dari masa Dasiyah yang merupakan ibu saya, resep jamu keraton itu mulai dibuatkan pakemnya, artinya resep yang selama ini disampaikan lisan, dicatat bahan-bahannya lalu dibukukan," kata Rudi.
Disebutkan berdasarkan catatan ibunya, resep jamu warisan keraton sebetulnya memiliki banyak macamnya. Setidaknya ada sebanyak 17 macam jenis jamu yang disajikan. Tapi berdasar peruntukannya, resep Jamu Ginggang diklasifikasikan ke dalam tiga kategori.
Kategori pertama untuk remaja terutama jamu bagi mereka remaja perempuan yang tengah mengalami siklus kewanitaan tiap bulan. Ketegori kedua untuk wanita yakni untuk kesuburan. Sedangkan kategori ketiga yakni untuk kesehatan pria.
"Selain itu ada pula resep jamu untuk sakit yang umum diderita masyarakat seperti batuk, masuk angin atau pegal-pegal. Untuk harganya di kisaran Rp6000 sampai Rp11.000 saja kalau sekarang," ucapnya.
Rudi menyebut bahan setiap resep Jamu Ginggang tergolong kompleks. Contohnya untuk resep jamu watukan atau batuk saja bisa memakai sebanyak 20 jenis rempah.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 23 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 17 Oktober: Klaim 16 Ribu Gems dan Pemain 110-113
- Jepang Berencana Keluar dari AFC, Timnas Indonesia Bakal Ikuti Jejaknya?
- Here We Go! Peter Bosz: Saya Mau Jadi Pelatih Timnas yang Pernah Dilatih Kluivert
- Daftar HP Xiaomi yang Terima Update HyperOS 3 di Oktober 2025, Lengkap Redmi dan POCO
- Sosok Timothy Anugerah, Mahasiswa Unud yang Meninggal Dunia dan Kisahnya Jadi Korban Bullying
Pilihan
-
Hasil Drawing SEA Games 2025: Timnas Indonesia U-23 Ketiban Sial!
-
Menkeu Purbaya Curigai Permainan Bunga Usai Tahu Duit Pemerintah Ratusan Triliun Ada di Bank
-
Pemerintah Buka Program Magang Nasional, Siapkan 100 Ribu Lowongan di Perusahaan Swasta Hingga BUMN
-
6 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori Besar untuk Orang Tua, Simpel dan Aman
-
Alhamdulillah! Peserta Magang Nasional Digaji UMP Plus Jaminan Sosial dari Prabowo
Terkini
-
Cara Sukses Klaim DANA Kaget: Dijamin Dapat Saldo Setiap Hari
-
Makan Bergizi Gratis Gunungkidul Terancam? Dapur SPPG Banyak yang Belum Bersertifikat
-
Rumah Warga di Kulon Progo Terancam Longsor Akibat Tambang Ilegal: Tinggal Sejengkal dari Maut
-
Rapat Perdana UMK 2026 Gunungkidul Digelar: Akankah Ada Kenaikan Signifikan? Ini Bocorannya
-
5 Minuman Khas Jogja Pelepas Dahaga saat Lelah Berkeliling Wisata di Cuaca Panas