Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Minggu, 15 Juni 2025 | 10:35 WIB
Kulon Progo resmi meluncurkan dua motif batik baru dalam gelaran Romansa Pansela 2025 di Laguna Glagah, Jumat (13/6/2025) (dok.Istimewa)

SuaraJogja.id - Kulon Progo resmi meluncurkan dua motif batik baru sebagai identitas daerah.

Dua motif baru itu adalah Songsong Agung Ngambararum dan Binangun Kertoraharjo.

Peresmian dilakukan langsung oleh Bupati Kulon Progo R. Agung Setyawan dan Wakil Bupati Ambar Purwoko dalam gelaran Romansa Pansela 2025 di Laguna Glagah, Jumat 13 Juni 2025 kemarin.

Adapun motif utama batik ini mengambil bentuk gunungan Pare Anom yang terinspirasi dari dunia wayang.

Baca Juga: Panen Raya Menanti, Kulon Progo Terima Traktor & Pompa Air: Petani Siap Tingkatkan Produksi

Gunungan melambangkan perjalanan hidup manusia, sedangkan pare anom (padi muda) merepresentasikan pertumbuhan dan harapan akan kemakmuran.

Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Kulon Progo, Triyono, menuturkan bahwa peluncuran ini untuk terus menguatkan identitas Kulon Progo dengan simbol gunungan dan slogan binangun.

"Sekaligus menambah khasanah, perbendaharaan dan koleksi batik khas Kulon Progo sebelumnya, seperti Batik Galaran, Gringsing, Geblek Renteng," kata Triyono.

Proses penciptaan batik ini melalui kurasi ketat dari para pakar. Mulai dari Isidorus Tyas Sumbo Tinarbuko selaku Dosen Prodi Desain Komunikasi Visual ISI Yogyakarta, Djandjang Purwo Sedjati selaku Dosen Prodi Kriya ISI Yogyakarta dan Pemimpin Redaksi SKH Kedaulatan Rakyat Octo Lampito.

Terdapat dua motif batik khas Kulon Progo sesuai dengan fungsinya yaitu, Batik Songsong Agung Ngambararum karya Bayu Permadi digunakan untuk baju batik resmi.

Baca Juga: Guru Pensiun Massal, Rekrutmen Terbatas: Kulon Progo Cari Akal Atasi Krisis Tenaga Pendidik

Sedangkan batik Binangun Kertoraharjo sebagai batik seragam sekolah, pegawai, seragam perusahaan daerah maupun seragam yang lain.

Bupati Kulon Progo, R. Agung Setyawan menyebut proses yang dilakukan untuk menghasilkan batik ini cukup fair. Sebab di kurasi oleh para ahli dalam bidangnya.

"Ini sesuatu yang luar biasa karena mekanismenya benar benar dilalui secara terbuka, terdapat kurang lebih 23 peserta yang mengirimkan dan memberikan desainnya dan telah dinilai, dikurasi secara baik, professional dan sesuai dengan apa yang diperoleh Kulon Progo untuk melakukan peneguhan kembali tentang symbol dan filosofi tentang Kulon Progo Binangun" ucap Agung.

Disampaikan Agung, adanya batik ini sebagai bentuk sebuah pengakuan terhadap keindahan, kecirikhasan, dan nilai budaya tinggi dari motif-motif batik hasil karya para perajin lokal.

"Tujuannya mengembalikan filosofi yang di mana, beberapa saat kita lihat, kita jarang melihat yang namanya gunungan binangun ada di simbol-simbol gedung dan tempat-tempat strategis di Kulon Progo," ucapnya.

"Mengenai karya kreativitas batik yang sudah ada tetap kita hargai sebagai karya terbaik yang ada di Kulon Progo," imbuhnya.

Load More