"Salah satunya untuk bahan rempah yang agak jarang disini yakni inggu, itu berasal dari tanaman di daerah India atau Balkan kalau ga salah. Itu jadi bahan pokok untuk jamu watukan," katanya.
Lebih lanjut Rudi mengungkapkan bahan dasar jamu yang berupa rempah-rempah didapat dari jaringan pedagang di Pasar Beringharjo yang merupakan pasar tertua di Yogyakarta. Pada masa kakek hingga ibunya, bahan rempah-rempah dipasok dari pedagang China yang berjualan aneka rempah tepatnya terletak di utara Pasar Beringharjo yakni kawasan Ketandan yang kni dikenal sebagai kampung pecinan di Yogyakarta.
"Zaman dulu kita disuplai bahan rempah-rempahnya sama orang china namanya Nyonya Kian Tiek yang jual di pasar Beringharjo yang sebelah utara tepatnya di kawasan Ketandan. Adas pulowaras, bengle, inggu dan macam-macam lainnya dari sana," terangnya.
Ia menyebut pengunjung kedai Jamu Ginggang saat awal berdiri didominasi para pedagang China hingga orang-orang Belanda pegawai pemerintahan. Sementara saat ini, selain masyarakat di sekitar Yogyakarta juga kerap disinggahi turis dari Prancis, Jepang dan Inggris.
Baca Juga: Staycation Semakin Nyaman di Hyatt Regency Yogyakarta dengan Fasilitas Ini
"Dulu yang beli itu tuan-tuan mister, selain itu ya pedagang china itu dan orang-orang pemerintahan. Kalau sekarang ya warga sekitar Yogyakarta, turis hingga para peneliti dari luar negeri," ucapnya.
Ritual pembuatan Jamu Ginggang
Untuk menjaga cita rasa dan khasiat Jamu Ginggang, sebelum memproses para peracik yang memasak wajib dalam kondisi bersih diri.
Yati (54) salah seorang peracik Jamu Ginggang mengungkapkan bahwa selain bahan-bahan jamu yang harus bersih, para peraciknya juga wajib dalam keadaan suci. Suci yang dimaksud yakni dalam kondisi sudah mandi bersih.
"Dahulu bahkan menurut cerita turun-temurun dari keluarga Mbah Joyo, abdi dalem sebelum meracik jamu selain bersih diri juga wajib bersih spiritual, maka ada pula yang puasa terlebih dulu sebelum mulai memasak," kata wanita yang sudah 30 tahun bekerja sebagai peracik jamu di Kedai Jamu Ginggang tersebut.
Baca Juga: Liputan Khusus: Menjegal Perdagangan Anjing di Yogyakarta
Untuk pengolahannya, lanjut Yati, Jamu Ginggang masih mempertahankan cara tradisional dengan proses ditumbuk, digerus, dipipis hingga dijur.
“Dahulu pernah coba diubah dengan cara yang modern. Saat itu ada peneliti dari Prancis yang mengusulkan begitu. Tetapi begitu disajikan banyak yang tidak suka, akhirnya ya kembali ke cara tradisional seperti sedia kala pengolahannya,” tambahnya.
Dusun Kiringan: Markas Para Penjaja Jamu Gendong
Jejak penyebaran resep jamu dari para abdi dalem yang kemudian dinikmati khalayak selain dari kedai Jamu Ginggang juga bisa ditengok di Dusun Kiringan. Dibutuhkan waktu sekitar 32 menit dari pusat Kota Yogyakarta untuk menuju kawasan yang terletak di Desa Candes, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul tersebut.
Dusun Kiringan yang saat ini berstatus Desa Wisata merupakan sentra produksi jamu gendong yang cukup besar di kawasan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sosok pionir yang memproduksi jamu di Dusun Kiringan bermula dari wanita bernama Joparto. Ia merupakan buruh membatik di Kota Yogyakarta .
Berita Terkait
Tag
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah Desain Timeless: Enak Dilihat Sepanjang Waktu, Mulai Rp 30 Jutaan
- Pemain Keturunan Rp 312,87 Miliar Juara EFL Masuk Radar Tambahan Timnas Indonesia untuk Ronde 4
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas Mesin Diesel Harga di Bawah Rp100 Juta
- Selamat Tinggal Mees Hilgers, Penggantinya Teman Dean James
- 5 Alasan Honda Supra X 125 Old Masih Diminati, Lengkap dengan Harga Bekas Terbaru Juni 2025
Pilihan
-
Daftar Rekomendasi Mobil Bekas Favorit Keluarga, Kabin Lapang Harga di Bawah Rp80 Juta
-
6 Mobil Bekas Kabin Luas Bukan Toyota, Harga di Bawah Rp80 Juta Pas Buat Keluarga!
-
3 Mobil Toyota Bekas di Bawah Rp80 Juta: Kabin Lapang, Hemat Bensin dan Perawatan
-
Catatan Liputan Suara.com di Jepang: Keajaiban Tas, Uang dan Paspor Hilang Kembali ke Pemilik
-
Proyek Rp1,2 Triliun Kerap Bermasalah, Sri Mulyani Mendadak Minta Segera Diperbaiki
Terkini
-
Disepakati DPRD DIY, Trans Jogja Buka Rute Yogyakarta-Wonosari: Kapan Mulainya?
-
ARTJOG 2025: Dari Instalasi hingga Inklusi, Seni yang Berdaya
-
Kulon Progo Punya 2 Motif Batik Baru: Gunungan Wayang Jadi Ikon Baru Daerah
-
Duta Pariwisata Baru, Rizky Nur Setyo dan Salma Wibowo Terpilih jadi Dimas Diajeng Kota Jogja 2025
-
Geger di Bantul! Granat Zaman Perang Ditemukan Saat Kerja Bakti, Tim Gegana Turun Tangan!