Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Senin, 22 November 2021 | 08:04 WIB
Angkutan Umum Wonosari-Panggang yang sempat mati suri lantaran tak laku kini jadi shuttle bus bagi para wisatawan yang akan berkunjung ke sejumlah objek wisata di Girikarto. [Kontributor / Julianto]

SuaraJogja.id - Pertumbuhan kendaraan pribadi ditambah dengan kemajuan teknologi belakangan ini membuat peran angkutan umum sebagai moda transportasi pilihan mulai tersisih.

Angkutan umum yang masih hidup kini hanya di kota-kota besar dan jalur-jalur tertentu. Di jalur pedesaan bahkan pegunungan, angkutan umum sudah mati sejak akhir tahun 90an. Keberadaan angkutan umum semakin terhimpit dengan banyaknya penyedia jasa angkutan berbasis aplikasi daring.

Jalur-jalur dari Kota ke Pedesaan juga sudah tak terdengar lagi. Pengusaha angkutan umum memilih mempensiunkan armadanya karena tak kuat untuk memeliharanya. Jika armada mereka masih dipelihara, biasanya memakai sistem kanibal dengan armada lain.

Salah satu yang telah mati adalah angkutan umum jalur Panggang-Wonosari. Belasan armada yang melayani jurusan ini sudah mati sejak akhir tahun 1990an. Sebagian besar anggota Paguyuban Angkutan Wonosari Panggang (PAWP) sudah menjual armadanya dan hanya beberapa gelintir yang masih bertahan.

Baca Juga: Nunggak Pajak Rp 9,485 Miliar, Aset Pengusaha Gunungkidul Disita Pegawai Pajak

Anjar Junantoro, salah satu pengusaha angkutan umum jurusan Panggang-Wonosari menuturkan para pemilik angkutan umum berjenis anakan bus jurusan Panggang-Wonosari memilih tidak beroperasi. Pasalnya puluhan tahun sudah tidak ada penumpang di jalur ini.

"Sekarang mobil banyak, sepeda motor juga. Apalagi sekarang banyak Handphone,"ujar dia, Minggu (21/11/2021).

Bagi yang belum menjual armadanya, mereka sangat kembang kempis. Mereka hanya mengandalkan carteran seperti orang hajatan, menengok orang sakit ataupun takziah. Untuk beralih ke angkutan wisata, mereka kalah bersaing dengan biro-biro perjalanan baru.

Namun angin segar kini menghinggapi mereka. Dibukanya beberapa destinasi wisata baru di kawasan kalurahan Girikarto Kapanewon Panggang membuat mereka semangat lagi menatap masa depan. Usaha mereka mulai menggeliat lagi karena beralih fungsi menjadi suttle bus menuju ke obyek wisata di Kalurahan Girikarto.

"Di sana ada HeHa Ocean View, Teras Kaca, Taman Watu dan Pantai Gesing. Bus besar tidak bisa masuk,"papar dia.

Baca Juga: Libur Nataru Ditiadakan Dampak Wabah, Gunungkidul Positif Retribusi Wisata Membaik

Obyek wisata di Kalurahan Girikarto memang kini menjadi favorit. Banyak wisatawan yang mendatangi kawasan tersebut untuk liburan. Hal ini tentu menjadi berkah bagi pengusaha angkutan umum yang semula melayani rute Panggang-Wonosari.

Setiap hari, mereka mangkal di Rest Area Bulusari Padukuhan Sawahan Kalurahan Girisekar Kapanewon Panggang. Di rest area ini, puluhan bus besar yang membawa rombongan ke empat obyek wisata di Kalurahan Girikarto berhenti.

"Kalau pas ramai sabtu minggu jumlahnya bisa puluhan yang berhenti di sini,"papar dia.

Para penumpang yang dibawa bus besar tersebut langsung pindah dengan anakan bus yang kini berfungsi sebagai suttle bus. Karena jalan yang sempit memaksa bus-bus besar tersebut berhenti di Rest Area Bulusari yang berada di Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS).

Anjar mengatakan, saat ini sudah ada 32 anakan bus yang mangkal di rest area Bulusari untuk mengantar ke kawasan pantai. Setiap hari mereka mengantar jemput wisatawan dari rest area menuju pantai sejauh 8 kilometer.

"Per bus paling banyak kita isi 20 orang. Tarifnya sekitar Rp 250 ribu pulang pergi,"ujar dia.

Jika kondisi ramai, perhari mereka bisa mengantar penumpang 7 kali pulang pergi. Namun jika hari biasa hanya 1 atau 2 kali saja karena semuanya bergantung kepada wisatawan yang datang. Kondisi ini sudah mulai terjadi sejak awal Februari 2021 yang lalu.

Hal ini tentu membawa kehidupan mereka lebih baik setelah terpuruk puluhan tahun. Bahkan tak sedikit dari pengusaha angkutan umum ini yang telah memperbarui armadanya dengan mobil yang usianya lebih muda.

"Ada 7 armada yang baru. Second sih tapi mereka baru saja beli,"ungkapnya.

Ketua Pokdarwis Bulusari, Uga Harwadi menambahkan puluhan warga Girisekar telah terlibat dalam aktivitas di rest area Bulusari ini. Kehidupan mereka semakin membaik dari yang sebelumnya hanya buruh kasar dan petani, kini sudah mampu mendapatkan penghasilan sendiri tanpa menggantungkan oranglain.

"Agar tidak terjadi konflik. Maka kami berlakukan sistem antrian,"paparnya.

Karena membawa dampak positif bagi kehidupan warga sekitar maka ia berharap pariwisata tetap dibuka pada Natal dan Tahun Baru nanti. Jikapun Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3 dilaksanakan pemerintah maka ia berharap tidak ada penyekatan lagi.

Kontributor : Julianto

Load More