SuaraJogja.id - DPK Asosiasi Pengusaha Indonesia Kabupaten Sleman menyatakan keberatan atas nominal upah minimum kabupaten (UMK) Sleman yang telah ditetapkan.
Ketua DPK Apindo Sleman Sigit Yuwono mengatakan, sebagai pengusaha sebenarnya berat melaksanakan keputusan tersebut, karena harus diakui saat ini keberlangsungan perusahaan dalam kondisi yang sangat-sangat sulit. Misalnya saja seperti diketahui pada masa pandemi apalagi waktu PPKM darurat, mayoritas perusahaan hanya diizinkan beroperasi satu shift.
"Padahal di Kabupaten Sleman ini rata-rata perusahaan itu 24 jam, ada yang dua shift ada yang tiga shift. Itu [dampak satu shift] luar biasa buat kami. Maka banyak anggota kami yang tutup, sebagian buka 50 persen sehingga sebagian ada yang Zoom dari rumah," kata dia, Selasa (30/11/2021).
"Hampir semua anggota kami berat untuk melakukan ini dan jujur saja kita merugi sebenarnya. Tapi karena ini kaitannya untuk kesehatan, kaitannya dengan pandemi yang kita ketahui semuanya, maka kami siap melaksanakan itu [kebijakan UMK]," kata dia.
Baca Juga: Naik 5,12 Persen, Kini UMK Sleman Rp2 Juta
Di kesempatan sama ia bersyukur, dengan diturunkannya level PPKM maka perusahaan bisa berangsur operasi lagi, sehingga sebagian dari anggota APINDO sudah bergerak bangkit.
Menyoroti adanya peraturan pengupahan yang berlaku saat ini, APINDO memilih untuk mengikuti ketentuan yang berlaku walaupun ada risiko yang harus dihadapi. Walaupun tetap ada kekhawatiran yang muncul, bila di kemudian hari ada anggota APINDO yang belum mampu membayar upah sesuai UMK.
"Itu kami anggap sebagai utang. Bedanya dengan yang dulu, [mengajukan] penangguhan juga harus ada audit dari akuntan publik, bahwa perusahaan itu betul-betul merugi. Tapi sekarang apapun alasannya, itu [penangguhan] tidak boleh," tutur dia.
Sigit mengakui, ada sisi positif dari peraturan pemerintah tersebut, dalam hal ini perlindungan bagi tenaga kerja.
"Mudah-mudahan ke depan kami masih diberikan kemampuan untuk membayar UMK terbaru ini. Tetapi apabila di kemudian hari kami keberatan, karena ada beberapa anggota kami keberatan, kami tetap komitmen itu menjadi utang. Utang yang harus dibayarkan, tentu ada mekanisme ya," terangnya, sembari tak menampik bahwa tindakan itu tetap sebuah pelanggaran.
Baca Juga: BRI Liga 1: PSIS Semarang Bersiap Hadapi PSS Sleman
Sejauh ini, terkait pelaksanaan pengupahan selalu ada solusi di tingkat bipartit, antara perusahaan dan serikat pekerja, imbuh Sigit.
"Perusahaan salah iya, wanprestasi iya, tapi kami komitmen itu utang. Semoga tahun depan tidak sampai ke arah itu," harapnya.
Perusahaan Sudah Patuh Prokes
Menyinggung penerapan protokol kesehatan (prokes) pencegahan Covid-19 di perusahaan, Ia menyatakan banyak perusahaan yang sudah menerapkan prokes bahkan sejak sebelum pandemi terjadi.
Di industri padat karya seperti tekstil, tenun, kerajinan misalnya, para pekerja wajib menggunakan masker. Apabila tidak dipatuhi, maka karyawan bisa mendapat teguran lisan, yang bisa berlanjut SP 1, SP 2, SP 3 hingga PHK, bila teguran diabaikan.
"Sehingga dengan adanya pandemi ini, kami sudah biasa untuk menggunakan masker. Bahkan di perusahaan tekstil dan perusahaan tertentu ada sumbat telinga dan jarak. Jarak itu sudah kita atur," ucapnya.
Selain itu, mayoritas perusahaan juga telah mengubah kebiasaan karyawan mereka saat makan di tempat kerja, bertujuan untuk mengurangi kerumunan. Bila sebelumnya karyawan makan di kantin dan bergerombol, sejak pandemi makanan bagi karyawan dibungkus dan diantar ke tempat mereka masing-masing.
Ia mengklaim kondisi itu berlangsung sampai sekarang, walaupun secara bertahap sudah bisa makan di kantin, tapi sebagian karyawan mengharapkan tetap dibungkus dan diantarkan saja.
Kontributor : Uli Febriarni
Berita Terkait
-
Tersisa 5 Pekan, Berikut Daftar Tim BRI Liga 1 2024/2025 yang Terancam Degradasi
-
Hasil BRI Liga 1: Momen Pulang ke Rumah, PSS Sleman Malah Dihajar Dewa United
-
Elemen Buruh Bertemu Dasco dan Seskab Teddy, Bahas Satgas PHK hingga Peringatan May Day
-
Benarkah 'Kerja Apa Aja yang Penting Halal' Tak Lagi Relevan?
-
BRI Liga 1: Hadapi Dewa United FC, PSS Sleman Bawa Misi Selamatkan Diri
Terpopuler
- Advokat Hotma Sitompul Meninggal Dunia di RSCM
- Hotma Sitompul Wafat, Pengakuan Bams eks Samsons soal Skandal Ayah Sambung dan Mantan Istri Disorot
- 6 Rekomendasi Parfum Indomaret Wangi Mewah Harga Murah
- Kabar Duka, Hotma Sitompul Meninggal Dunia
- HP Murah Oppo A5i Lolos Sertifikasi di Indonesia, Ini Bocoran Fiturnya
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Murah dengan NFC Terbaik April 2025, Praktis dan Multifungsi
-
LAGA SERU! Link Live Streaming Manchester United vs Lyon dan Prediksi Susunan Pemain
-
BREAKING NEWS! Indonesia Tuan Rumah Piala AFF U-23 2025
-
Aksi Kamisan di Semarang: Tuntut Peristiwa Kekerasan terhadap Jurnalis, Pecat Oknum Aparat!
-
Belum Lama Direvitalisasi, Alun-alun Selatan Keraton Solo Dipakai Buat Pasar Malam
Terkini
-
Dari Batu Akik hingga Go Internasional: Kisah UMKM Perempuan Ini Dibantu BRI
-
Pertegas Gerakan Merdeka Sampah, Pemkot Jogja Bakal Siapkan Satu Gerobak Tiap RW
-
Lagi-lagi Lurah di Sleman Tersandung Kasus Mafia Tanah, Sri Sultan HB X Sebut Tak Pernah Beri Izin
-
Rendang Hajatan Jadi Petaka di Klaten, Ahli Pangan UGM Bongkar Masalah Utama di Dapur Selamatan
-
Dari Perjalanan Dinas ke Upah Harian: Yogyakarta Ubah Prioritas Anggaran untuk Berdayakan Warga Miskin