Scroll untuk membaca artikel
Eleonora PEW | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 11 Januari 2022 | 09:15 WIB
Ilustrasi boneka arwah anak perempuan. (Pixabay)

SuaraJogja.id - Dosen Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM) Sindung Tjahyadi menduga bahwa kehebohan di masyarakat terkait dengan fenomena spirit doll atau boneka arwah itu hanya sebatas digunakan untuk konten saja. Terlebih dengan melihat fenomena boneka khususnya spirit doll bukan merupakan hal yang baru lagi di tengah masyarakat.

Terangkatnya kembali fenomena tersebut dinilai berasal dari berbagai penyesuaian pada zaman sekarang yang telah dilakukan. Sehingga tetap bisa menarik perhatian khalayak ramai.

"Kalau boneka sendiri kan sudah kebudayaan lama. Jadi tidak ada hal yang baru sebenarnya terkait dengan boneka. Itu menjadi baru ketika kemudian itu dikelola, dibangun, dikonstruksi, untuk ya kalau saya menduga konten saja," kata Sindung saat dikonfirmasi awak media, Senin (10/1/2021).

Dugaan Sindung tersebut bukan tanpa alasan. Ia melihat dari segala keramaian yang terjadi hingga narasi yang dibangun dalam fenomena spirit doll ini sendiri.

Baca Juga: Rela Bayar Mahal Babysitter demi Jaga Spirit Doll, Begini Pandangan Dosen Filsafat UGM

"Terbukti setelah riuh rendah kemudian dengan enaknya dia (spirit doll) dilepas. Padahal narasi yang dibangun. Katanya itu ada roh bayi dan sebagainya. Tanpa menyadari bahwa ketika dia menyatakan spirit doll itu berisi roh bayi, itukan berarti mengandaikan struktur dunia yang sangat berbeda," ungkapnya.

Pertanyaan-pertanyaan terkait fenomena itu kemudian muncul, misalnya saja apakah bisa roh bayi tersebut kemudian dengan mudahnya dipindah tangankan? Atau kemudian spirit doll dengan roh bayi itu tetap sama saja dengan mainan pada umumnya.

Sindung menyebut akan ada berbagai proses jika memang spirit doll itu benar-benar nyata dan akan dipindahkan. Baik menggunakan ritual ataupun prosesi-prosesi lainnya.

"Apakah ada roh bayi itu yang bisa ya kayak kita main mainan itu, diambil, dilepas kemudian ditaruh ditempat lain dan sebagainya. Walaupun dengan negosiasi yang entah itu ritual atau apa, tapi kan ujungnya komodifikasi dan itu sangat materialistik," paparnya.

Menurut Sindung, pada fenomena spirit doll yang marak akhir-akhir ini di kalangan pesohor negeri itu juga sebenarnya dampak dari berbagai hal. Terkhusus hubungan manusia, peradaban, kebudayaan dan bagaimana lingkungan atau kebudayaan sekarang memanusiakan manusia.

Baca Juga: Heboh Soal Spirit Doll, Dosen Filsafat UGM: Bukan Hal Baru di Masyarakat Kita

"Jadi itu bisa saja kalau kita menyorot khusus fenomena spirit doll ya bisa aja itu residu. Residu peradaban modern yang sumpek yang kemudian selalu dan selalu ingin menjaga grafik, kalau grafik pemasaran itu supaya naik terus. Nah ini saat mau turun kemudian 'wah isu apa yang mau diangkat' kan begitu," ujarnya.

Ia memastikan spirit doll bukan sebuah fenomena baru yang tiba-tiba muncul begitu saja. Melainkan sebuah fenomena lama yang kemudian mengalami perubahan disesuaikan dengan model-model dan kondisi sekarang.

Tidak terlepas juga bagaimana manusia zaman sekarang memahami konsep kemanusiaan itu sendiri. Berkaitan pula dengan peradaban dan kebudayaan tadi.

"Jadi memang sekarang ini realitas semakin kompleks dan di antara kompleksitas itu apapaun akhirnya menyelip dan terselip beberapa fenomena yang sebenarnya tidak mendewasakan dan tidak memanusiakan manusia," tuturnya.

"Tapi karena kebutuhan pengembangan konten, komodifikasi dan sebagainya itu akhirnya dikonstruksi supaya kemudian menghasilkan cuan dan itulah yang kemudian sekarang ini kita semakin tertantang dan sungguh memilih kita akan menjadi apa dan sebagainya," tandasnya.

Belakangan boneka arwah ini dipopulerkan oleh selebriti hingga figur publik.

Salah satu yang mempopulerkan spirit doll adalah desainer Ivan Gunawan yang terang-terangan mengumumkan dirinya mengadopsi 2 boneka yang mirip bayi.

Namun kabar terbaru Ivan Gunawan sudah menghibahkan kedua 'anaknya', Miracle dan Marvelous. Kedua boneka yang dianggap anaknya itu telah diberikan ke orang lain.

Alasannya, boneka Ivan Gunawan itu disebut sebagai spirit doll. Berbagai pro dan kontra pun bermunculan usai ia memberi nama dan mengklaim punya anak yang ternyata boneka.

"Saya udah enggak pelihara boneka lagi. Udah enggak ada, karena membuat onar, kalian semuanya heboh," ungkap Ivan Gunawan di kawasan Tendean, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.

Dia merasa boneka miliknya telah membuat heboh di Indonesia. Gara-gara 'anak-anak' itu, Ivan Gunawan juga diserang warganet dan dikejar wartawan hampir setiap hari.

"Saya enggak suka aja ditanya-tanya begini tiap hari," ungkap Ivan Gunawan.

"Jadi saya memilih tidak memelihara lagi. Saya kasih orang," sambungnya lagi.

Jauh sebelum Ivan pun, adopsi boneka juga dilakukan Ria Enes dengan boneka bernama Suzan. Lalu pada awal 2018 paranormal Roy Kiyoshi juga mengadopsi boneka-boneka arwah.

Load More