Scroll untuk membaca artikel
Eleonora PEW
Selasa, 11 Januari 2022 | 10:53 WIB
Rahmat Amroji, pria tunanetra yang tinggal di Pedukuhan Dondong, Kalurahan Jetis, Kapanewon Saptosari, Kabupaten Gunungkidul - (Kontributor SuaraJogja.id/Julianto)

"Alhamdulilalah, kini saya hafal juz 1 sampai 23 dan juz 29 serta 30. Jadi total 25 juzz," papar dia.

Ia menjadi hafiz memang bukan suatu kebetulan. Sejak lahir, Rahmat memang ditakdirkan tidak bisa melihat. Sampai umur 7 tahun ia sama sekali tidak mengenyam bangku pendidikan khusus bagi orang-orang yang senasib dengan dirinya.

Dua tahun Rahmat belajar di Taman Kanak-kanak Umum dan berhasil lulus. Ia kemudian meneruskan pendidikan di SD tak jauh dari rumahnya. Namun baru seminggu masuk pembelajaran, Rahmat kecil mogok belajar. Ia tidak mau meneruskan sekolah di SD tersebut karena dirundung teman-temannya.

"Saya mutung (putus asa) ndak mau sekolah gara-gara di-bully teman-teman karena tidak bisa melihat," tutur Rahmat.

Baca Juga: Ustaz Yusuf Mansur Ancam Polisikan Sejumlah Orang karena Dituding Penipu

Keluarganya pun mengaku prihatin dengan nasib Rahmat. Mereka nyaris putus asa akan memperlakukan Rahmat seperti apa agar memiliki kegiatan. Karena bingung itulah, adik dari neneknya mulai mendidik Rahmat untuk menghafal Al-Qur'an.

Rahmat justru tidak diajari membaca Al-Qur'an karena saat itu memang tidak ada Al-Qur'an braille. Adik dari neneknya tersebut hanya membacakan Al-Qur'an ayat demi ayat dan kemudian meminta Rahmat menghafal.

"Jadi satu ayat atau satu waqof dibacakan berulang-ulang, 3 sampai 7 kali. Saya baru hafal," ceritanya.

Metode mendengarkan itulah yang hingga saat ini ia gunakan untuk menghafal 25 juz Al-Qur'an. Namun Budi Santosa [adik neneknya] tak lagi membacakan ayat demi ayat karena Rahmat hanya mendengar MP3 ataupun ponsel. Setelah selesai 1 juzz, Rahmat kemudian mempresentasikannya di depan Budi.

Tahun 2013 yang lalu, ia langsung meloncat menghafal juz 29 dan 30 meskipun baru hafal 3 juz. Pasalnya, ia ingin mendapatkan ijazah atau sertifikat menghafal dari Syekh Ali Jabar. Lewat kegigihannya, Rahmat mendapat ijazah dari Syekh Ali Jabar.

Baca Juga: 419 Jemaah Umrah Berangkat di Tengah Omicron, Menko Luhut Bicara Faktor Keamanan

"Saya pun beberapa kali mendapat ijazah dari PPPA Darul Quran milik Ustaz Yusuf Mansur," ungkap dia.

Beberapa kali kejuaraan seperti lomba tahfiz ataupun tilawah berhasil ia raih. Untuk tilawah, ia menyabet terbaik se-DIY selama tahun 2020 dan 2021. Kemudian untuk tahfiz 1 juz, ia pernah menjadi terbaik, tetapi akhirnya didiskualifikasi karena umurnya melebihi batas yang diperkenankan atau dianggap terlalu tua.

Selain menjadi tahfiz, Rahmat ternyata juga jago untuk urusan komputer dan juga seni tarik suara. Ia pernah mewakili Indonesia bersama 8 orang penyandang disabilitas lainnya dalam kejuaraan Global Eye Competition. Namun, ia gagal unjuk gigi di tingkat internasional.

Kini, selain menempuh pendidikan di SMALB, Rahmat mengisi hari-harinya dengan membuka praktik pijat urat dan pijat capek. Di samping itu, Rahmat juga berhasil menelurkan sebuah lagu ciptaannya sendiri ke YouTube.

"Judulnya itu "Tangising Ati" dan bisa dilihat di akun YouTube HM Production," papar dia.

Kontributor : Julianto

Load More