Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Senin, 24 Januari 2022 | 06:05 WIB
Ilustrasi pelecehan seksual terhadap mahasiswa (Suara.com/Ema)

SuaraJogja.id - PERINGATAN: Isi dari artikel ini dapat memicu trauma, khususnya bagi para penyintas kekerasan seksual. Beristirahatlah sejenak saat anda merasa tidak nyaman saat membaca artikel ini dan segera hubungi layanan konseling psikologis apabila memiliki tendensi membahayakan keselamatan diri sendiri.

Raut mukanya seketika berubah masam. Lidahnya kelu untuk beberapa saat ketika peristiwa buruk yang sempat rapat-rapat ditutup diingatnya kembali. Dengan kalimat yang kadang berantakan, Andini berusaha menjelaskan perihal kekerasan seksual yang pernah dialami.   

"Aku sendiri, aku berdua saja dengan temanku. Aku tidak punya massa," ucapnya di tengah obrolan bersama Tim Kolaborasi Liputan Kekerasan Seksual di Indekos, Sabtu (4/12/2021).

Perempuan yang terdaftar sebagai mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta tersebut mengaku kekerasan seksual yang menimpanya terjadi sekitar tahun 2019 lalu. Peristiwa mengerikan itu terjadi bermula ketika ia mengikuti kegiatan organisasi kemahasiswaan yang berlangsung hingga larut malam.

Baca Juga: Anak Korban Kekerasan Seksual Ayah Kandungnya di Balikpapan Diberi Pendampingan Psikolog

Lantaran kemalaman dan kunci kos dibawa sang kakak, Joni yang merupakan ketua organisasi tempat Andini berkegiatan berinisiatif menawari untuk singgah ke kosnya di kawasan Karangmalang sambil menunggu kabar dari kakaknya.

Andini menerima tawaran itu. Namun hingga beberapa lama sang kakak urung memberi kabar. Andini pun tertidur di ruang tamu kosan Joni. 

Sebelum memasuki subuh, Joni meminta Andini tidur di kamarnya berdalih tidur di luar banyak nyamuk. Andini yang terlanjur dilanda kantuk menerima tawaran itu, terlebih sampai di kamar, ada teman lain yang berada di sana. 

Di tengah tidurnya, dalam kondisi setengah sadar, Andini sempat terbangun dan melihat tubuh terduga pelaku berada di atas tubuhnya. Sejak malam itu, ia berupaya menghindari seniornya itu.

Namun berselang beberapa hari kemudian, Joni mencoba menjalin interaksi lagi dengannya menggunakan modus mengajak Andini mengembalikan sejumlah perlengkapan organisasi yang selesai dipinjam ke suatu tempat. 

Baca Juga: Buka Posko Pengaduan Kekerasan Seksual, Nasdem Beri Dampingan Hukum Hingga Layanan Kesehatan

info grafis kekerasan seksual di DIY. [Iqbal / suarajogja.id]

Frasa 'demi organisasi' berkecamuk dalam batinnya dan membuat Andini tak enak hati menolak. Suatu siang Andini ikut dan diajak ke sebuah indekos di kawasan Nologaten. Kosan itu berada di sebuah gang yang sepi, hanya ada deretan motor, namun tak ada seorangpun sejauh ia memandang. Joni kemudian masuk ke sebuah kamar. Sementara Andini memilih tetap berada di luar.

"Dia narik masuk kamar. Dia kunci pintu terus maksa aku. Aku takut, aku kepikiran yang kemarin [peristiwa sebelumnya]," ucapnya. 

Andini mengaku sempat terjatuh di kasur dan terduga pelaku menahan tubuhnya hingga ia tak mampu bergerak. Andini yang saat itu hanya bisa menangis dan tak punya kekuatan kemudian berkilah ia sedang mengalami menstruasi hari itu. 

"Dia malah maksa tetap melakukan itu," terang Andini. 

Saat itu Andini hanya terus berkata tidak dan seketika tubuhnya kaku. Fisiknya tak mampu melawan. 

"Aku merasa dibohongi, dia bilangnya keperluan organisasi, tapi itu jahat banget," ungkapnya. 

Load More