Usai dua kejadian dugaan pemerkosaan itu, Andini memutuskan rehat dari aktivitasnya di organisasi kampus. Andini kira, ia tak akan mengalami peristiwa pilu itu lagi, ternyata ia salah. Kali ini Raul, seniornya yang lain, di organisasi berbeda, mengajaknya nonton.
"Pulang nonton sore dan dia bilang agar ke kosnya dulu, ada yang ketinggalan," Andini menyebut kala itu ia diajak ke sebuah kos-kosan dekat kawasan Kaliurang.
Tapi kemudian, saat ia duduk di ruang tamu kos, Raul memintanya masuk ke dalam kamar. Andini memberanikan diri masuk, tiba-tiba Raul menanyakan sesuatu yang mengejutkan Andini, dibarengi memperlihatkan alat kontrasepsi.
Andini lagi-lagi hanya mampu terdiam di pojok kamar. Ia tak bereaksi melawan. Andini pikir, kalimat penolakan darinya sudah cukup untuk membuat seniornya menghentikan aksinya.
Aku Tak Mampu Melawan
Andini menuturkan ada hal yang berada di luar kendalinya, yang membuat dirinya tak banyak bisa melakukan banyak perlawanan, saat dua terduga pelaku melakukan kekerasan seksual kepadanya.
Ia punya latar belakang seorang anak yang kerap mendapatkan kekerasan dalam rumah tangga.
"Dari kecil dapat kekerasan dari ayah. Nah itu terbentuk, dulu ketika dipukul atau ditabok itu kan [aku] meringkuk, kayak takut gitu," tutur Andini.
Pengalaman-pengalaman tersebut terbawa hingga ke alam bawah sadar Andini dan membuatnya tertekan saat menghadapi kondisi serupa, di waktu berbeda.
Baca Juga: Anak Korban Kekerasan Seksual Ayah Kandungnya di Balikpapan Diberi Pendampingan Psikolog
"Aku responnya gitu, diam, menangis dan tidak ada kepikiran untuk teriak," ungkapnya.
Empat Bulan Menenggelamkan Diri
Serentetan kejadian mengerikan itu membuat Andini memutuskan berhenti dari aktivitas berorganisasi, setidaknya empat bulan. Ia memilih diam dan bahkan tak melapor apapun kepada kampus mengenai peristiwa yang menimpanya.
"Karena malu, enggak tahu mau ngomong bagaimana," kata dia.
Penyesalan juga tetap dipikul Andini, mengingat ada banyak tugas organisasi yang kemudian terbengkalai karena ia terpuruk oleh keadaan. Rasa bersalah juga melingkupinya.
"Pas aku cerita sama kawanku, dia support. Dia bilang itu bukan salah kamu. Dia mau bantu, dia cari bantuan. Aku cuma bisa nangis. Akhirnya dia menghubungi Rifka Annisa," ucapnya.
Tag
Berita Terkait
-
Kisah Korban Kekerasan Seksual, Trauma yang akan Dibawa sampai Mati
-
Soroti Kasus Kekerasan Seksual, Jaringan Kulon Progo Bergerak Dorong Semua Pihak Lakukan Langkah Konkrit
-
Dugaan Kekerasan Seksual, Appridzani Mahasiswa Pascasarjana UGM Dilaporkan ke Polda Jatim
-
Meski Prevalensi Kasus Kekerasan Seksual Menurun, Menteri PPPA Tegaskan RUU TPKS Harus Tetap Disahkan
Terpopuler
- Dulu Dicibir, Keputusan Elkan Baggott Tolak Timnas Indonesia Kini Banjir Pujian
- Lupakan Vario! 5 Rekomendasi Motor Gagah Harganya Jauh Lebih Murah, Tenaganya Bikin Ketagihan
- Pemain Keturunan Rp52,14 Miliar Follow Timnas Indonesia: Saya Sudah Bicara dengan Pelatih Kepala
- Sedan Bekas Tahun Muda Mulai Rp 70 Juta, Ini 5 Pilihan Irit dan Nyaman untuk Harian
- Pemain Keturunan Palembang Salip Mauro Zijlstra Gabung Timnas Indonesia, Belum Punya Paspor RI
Pilihan
-
3 Kuliner Khas Riau yang Cocok Jadi Tren Kekinian, Bisa untuk Ide Bisnis!
-
Ole Romeny Jalani Operasi, Gelandang Arema FC Pilih Tutup Komentar di Instagram
-
Pengusaha Lokal Bisa Gigit Jari, Barang Impor AS Bakal Banjiri Pasar RI
-
BREAKING NEWS! Satoru Mochizuki Dikabarkan Dipecat dari Timnas Putri Indonesia
-
Tarif Trump 19 Persen Bikin Emiten Udang Kaesang Makin Merana
Terkini
-
Musik Asyik di Kafe Bisa Jadi Masalah Hukum? Simak Penjelasan Kemenkum DIY Soal Royalti Musik
-
Wali Murid Menjerit, Pungutan Seragam MAN di DIY Tembus Rp 1,8 Juta, ORI Investigasi
-
Diplomasi Indonesia Diuji: Mampukah RI Lolos dari Tekanan Trump Tanpa Kehilangan Cina?
-
BPJS Kesehatan Dicoret? Dinsos DIY Buka Layanan Pengaduan, Jangan Tunda
-
UGM Kembalikan Harta Karun Warloka! Apa yang Disembunyikan Selama 15 Tahun?