Scroll untuk membaca artikel
Eleonora PEW
Rabu, 26 Januari 2022 | 14:59 WIB
Ilustrasi keluarga (pexels/Elina Fairytale).

SuaraJogja.id - Trauma masa lalu orang tua memiliki pengaruh cukup signifikan terhadap pola asuh anak, termasuk trauma yang didapat di masa kecil mereka. Untuk itu, psikolog menyarankan para orang tua untuk memproses trauma mereka demi menekan dampaknya terhadap anak mereka.

Psikolog dan konselor pernikahan Adriana Soekandar Ginanjar mengatakan, belum semua orang tua menerapkan pola asuh yang cukup baik untuk tumbuh kembang si kecil di rumah, di antaranya seperti pola asuh dengan kekerasan, baik itu secara verbal maupun nonverbal serta banyak terjadi konflik antarorang tua di depan anak.

"Sering kali hal ini tidak disadari dapat menimbulkan kecemasan dan trauma yang terdalam bagi sang anak," ujar Adriana sebagaimana dikutip siaran resmi Tentang Anak pada Rabu.

Adriana menjelaskan, terdapat beberapa jenis trauma yang dialami oleh manusia, khususnya ketika berumah tangga. Trauma-trauma ini harus dikenali lebih awal agar ke depannya orang tua dapat memproses trauma menjadi bentuk emosi yang baik.

Baca Juga: 5 Hal Ini akan Membantumu Menghadapi Orang Tua Bercerai

"Ketika dapat memproses emosi, tentunya akan membawa dampak yang lebih baik ke sekitar atau keluarga terdekat," kata Adriana.

Setidaknya terdapat tiga jenis trauma dalam berumah tangga, yakni trauma akut, trauma kronis, dan trauma kompleks.

Trauma akut terjadi satu kali, tetapi secara intens, seperti adanya perceraian, bencana alam, pelecehan seksual yang terjadi di masa lampau atau masa kecil.

Trauma kronis terjadi berulang kali dalam jangka waktu yang panjang seperti mendapatkan kekerasan dari orang tua atau orang sekitar, perundungan, melihat kekerasan dan konflik orang tua.

Sementara trauma kompleks merupakan kejadian yang beragam terdiri dari kejadian traumatis yang berbeda-beda.

Baca Juga: Awasi Anak saat Berada Di 5 Tempat Ini, Jangan Lengah!

Jika tidak diperbaiki, trauma di masa lampau ini dapat terus menghantui kehidupan sehari-hari para orang tua bahkan dapat berdampak pada pola asuh ke anak saat ini.

"Tentu kita sebagai orang tua tidak menginginkan hal yang sama atau hal yang buruk terjadi turun temurun ke anak kita," ujar Adriana.

Selain itu, terdapat beberapa faktor lain yang juga mampu melatarbelakangi anak rentan terkena trauma dalam kehidupan, seperti sifat anak yang terlalu tertutup, orang tua yang tidak memahami anak, dan orang tua yang seringkali merasa paling tahu atau paling benar.

Yang dapat dilakukan oleh orang tua agar anak terhindar dari trauma rumah tangga adalah dengan cara mengenal anak lebih baik, terbuka dengan anak agar dapat berkomunikasi dengan orang tua, menghormati anak dengan menghargai keputusan serta tidak menuntut terlalu sering.

Ajarkan juga anak untuk bisa bersuara dan berpendapat di setiap kondisi mulai dari hal-hal kecil yang ditemukan di keseharian. Orang tua juga harus bertindak sebagai detektif atau terus mencari tahu apa yang sebenarnya dibutuhkan anak.

"Mindful parenting untuk mencerna dan mempelajari emosinya agar dapat membuahkan perilaku yang baik juga kepada keluarga," kata Adriana.

Sementara itu, Mesty Ariotedjo, dokter spesialis anak yang juga pendiri dari Tentang Anak mengatakan penting bagi orang tua untuk dapat mengenali dirinya sendiri dan pasangan terlebih dahulu sebelum membantu kebutuhan anak.

"Tidak ada salahnya berkonsultasi dengan ahli agar bisa mendapatkan masukan untuk setiap permasalahan yang ditemukan," ujar Mesty. [ANTARA]

Load More