Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Sabtu, 29 Januari 2022 | 07:05 WIB
Intelligent Gate (Dokumentasi: Widya Robotics).

Alwy menuturkan bahwa bahwa produk-produk itu dibuat di Indonesia oleh perusahaannya. Walaupun memang ada beberapa komponen yang kemudian harus didatangkan dari luar karena keterbatasan di Indonesia. 

"Kita ambil laser hardware-nya di luar negeri. Tapi kalau membacanya, softwarenya, yang menggerakkan produknya yang bikin sistemnya itu kita. Bahan baku elektronik ngambil di Indonesia susah, yang penting sistem kita yang buat," ungkapnya.

Masih Perlu Edukasi

Alwy tidak memungkiri bahwa saat ini perusahaan berbasis teknologi AI di Indonesia masih belum terlalu banyak. Sehingga membuat masa depan perkembangan teknologi AI sendiri pun masih sangat terbuka lebar. 

Baca Juga: Logitech G Keyboard Gaming G413 SE, Perpaduan Desain dan Teknologi Canggih

Tidak seperti kemudian robotika dan automation sudah cukup banyak kompetitor yang muncul saat ini. Jadi memang implementasi AI di Indonesia masih cukup berada di belakang.
 
"Jadi AI sekarang itu kalau diibaratkan, kita makan nasi pakai lauk, nah AI masih lauknya. Tapi 5-10 tahun ke depan itu AI jadi nasinya," ucapnya.

Disebutkan Alwy, tiga sektor yang kemudian perusahaannya tuju yakni artificial intelligence, automation dan robotika tadi masing-masing punya kompetitor sendiri. Namun ia tetap yakin dengan tim yang dimiliki Widya Robotics saat ini. 

Mengingat timnya sendiri didominasi oleh kaum-kaum muda. Sehingga kecepatan masih yang bisa diutamakan dalam hal ini.

Intelligent Gate (Dokumentasi: Widya Robotics).

"Bedanya kita itu kita kan timnya kebanyakan orang-orang fresh, artinya masih muda. Jadi kita mengutamakan speed atau kecepatan. Itu yang membuat kita bisa bersaing dengan mereka. Harganya juga bisa bersaing juga," ucapnya.

Belum lagi jika berbicata soal kelebihan produk yang dihasilkan. Misalnya saja load scanner atau computer vision yang diklaim lebih fleksibel.

Baca Juga: Bunda, Yuk Ketahui Perbedaan Teknologi Popok Kekinian dengan Popok Konvensional!

"Maksudnya kadang klien itu karena melihat AI itu masih lauk misalnya ada ayam goreng tapi minta ayam bakar. Sama-sama ayam, sama-sama AI di computer vision tapi aplikasinya beda," ujarnya.

"Jadi ada perusahaan kelapa minta deteksi kelapa, konstruksi diminta deteksi karyawan pekerja, perusahaan otomotif dia deteksi spare part atau jenis kendaraan. Nah kita sangat fleksibel di situ. Kita bisa membuat apa aja yang mereka mau, requestnya asalkan memang domainnya di computer vision. Asal ada modal kamera kamu mau deteksi apa kita bisa bikinin. Nah tidak semua company bisa melakukan itu," imbuhnya.

Hal itu disebakan karena kompleksitas yang tinggi dalam mengatur alat-alat atau produk itu. Sehingga harus selalu mereset algoritma baru untuk setiap klien.

Namun tidak dipungkiri bahwa tantangan yang dihadapi sekarang adalah soal edukasi. Sebab, kaya Alwy, teknologi yang ditawarkan itu adalah teknologi masa depan. 

"Jadi customer itu kita masih menganggap (teknologi itu) lauk, kalau orang makan nasi harus makan nasinya belum tentu lauknya diambil. Nah karena kita nawarin saat ini fasenya lauk, jadi fasenya adalah teknologi yang future. Jadi memang kita butuh effort diedukasi," paparnya.

Alwy berharap pertumbuhan pendapatan perusahaannya dapat konsisten terus naik hingga 200 persen setiap tahunnya hingga lima tahun ke depan. Terlebih dengan harapan untuk menjadikan Widya menjadi perusahaan unicorn. 

Load More